Nurkholis

Aku terlahir dg nama Nurkholis' biasa dipanggil kholis. 'Kesibukanku sehari hari guru, tinggalku di Desa Tutul Kec. Balung Kab. jember: Jawa Timur. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berani Hidup VS Berani Mati

Berani Hidup VS Berani Mati

Ada dua semboyan yang akrab ditelinga kita, keduanya menjadi energi dan amunisi atas kualitas eksistensi diri. Berani mati demi NKRI, di telinga indah didengar, terbayang semangat yang kuat, tergambar kepahlawanan, terbingkai sosok pilihan walau dalam penglihatan masih sering dipertanyakan. Berani hidup demi Indonesia , yang ini juga tak jauh beda, terkesan sosok yang tiada duanya, tersimpan semangat membara, ada potret patriotisme sejati meski masih didapati dalam tataran wacana. Berani hidup ataupun berani mati,  itu hak setiap pribadi, substansinya sangat bergantung dari sisi mana keduanya bisa memberi makna buat mereka yang mengusungnya.

Berani hidup misalnya, di situ ada muatan beban yang diemban, mereka yang berani hidup tidak cukup hanya bermodal berani, perlu bekal yang mengawal, ada modal pengetahuan yang sepadan,  ketrampilan yang menjanjikan, dan juga tekad yang kuat untuk mewujudkan keinginan, tanpa itu semua. Siapa saja bisa hidup tetapi sejatinya sama saja dengan mereka yang mati karena tak memberi arti.  Falsafah jawa mengatakan “Urip kuwi urup” artinya hidup itu menyinari sekaligus mencerahkan, mereka yang berani hidup adalah yang memberi manfaat untuk orang lain, dengan ilmunya, dengan kekayaannya, dengan kekuasaannya, dengan ketrampilannya, dan dengan apa saja yang dimilikinya,  jika tidak, mereka itu itulah pribadi yang takut mati dan berani hidup tanpa daya, hidupnya hanya untuk mengamankan diri dari beban yang akan diemban dan lebih mengandalkan orang lain sebagai sandaran,  mereka telah salah menganggap bahwa hidup di dunia itu sesuatu yang abadi.

Bagaimana dengan berani mati ? beranilah mati untuk sesuatu yang berarti, karena sejatinya mati tak perlu dinanti, bahkan datang tanpa diundang. Yang menjadi tanda tanya adalah sejauh mana kiprah dan geraknya telah memberi makna untuk sesama sebelum mati untuk selamanya. Sering mereka yang berani mati karena lebih karena tak kuasa mengendalikan diri, ada yang bunuh diri karena tak sanggup menghadapi beban hidup, ada yang rela mati karena korupsinya terendus polisi, ada yang berani mati hanya tergiur sebuah pengakuan murahan, itulah mereka yang berani mati hanya untuk hidup saat ini dan melupakan hidup nanti sesudah mati. Beranilah mati sebagaimana para pejuang negeri yang berani mati untuk sesuatu yang mulia dan pasti, berani mati karena membebaskan rakyat dari tirani, berani mati karena mengusir penjajah negeri, berani mati karena mempertahankan harga diri. Itulah mereka, telah tiada dan hanya tinggal nama, mereka pergi namun telah memberi arti buat siapa saja yang mengenalnya. Benarlah kata bijak “hiduplah mulia atau mati sahid” hidup mulia karena karyanya, dan mati sahid ( orang menjadi saksi atas segala kebaikannya) bagaimana dengan kita ?

 

Balung 24 Januari 2021

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap tulisannya, moga Falsafah jawa mengatakan Urip kuwi urup bisa diaplikasikan,....sukses selalu Pak Nurkholis

24 Jan
Balas

Terimakasih telah membaca. Semoga memberi inspirasi

28 Jan
Balas

Mantap uraiannya pak, salam literasi.

24 Jan
Balas

Salam kembali

29 Jan



search

New Post