Nurkholis

Aku terlahir dg nama Nurkholis' biasa dipanggil kholis. 'Kesibukanku sehari hari guru, tinggalku di Desa Tutul Kec. Balung Kab. jember: Jawa Timur. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA WAJAH CORONA TERBELAH

KETIKA WAJAH CORONA TERBELAH

Genderang perang melawan corona sudah lama ditabuh, segala daya dan upaya telah dicoba, namun hasilnya masih jauh dari kata reda. Korban sudah banyak berjatuhan, corona semakin hari tambah nyaring suaranya, gemanya terdengar membahana diseluruh desa maupun kota, hari terus berganti corona pun bertambah sakti, bahkan terus menari tiada henti hingga penduduk bumi kehabisan energi.

Seluruh sendi kehidupan hampir lumpuh tak berdaya menghadapinya, ekonomi lesu seperti tak bernadi, pranata sosial semakin feodal karena karena bumi kita hanya dimiliki segelintir pemodal, budaya permusahan mewarnai hidup keseharian, entah itu rakyat dengan aparat ,majikan dengan bawahan, para pejabat tinggipun tak lagi kebal dengan koreksi dibanyak sisi. Mencela menjdi biasa, memaki sudah tak tabu lagi, menyalahkan dan membenarkan saling bertarikan berebut pengakuan.

Corona memang satu nama, tetapi wajahnya terbelah sehingga menyulitkan untuk dicegah. Dihadang semakin menghilang, dibasmi semakin menjadi, entah dengan upaya apa corona menjadi sirna. Ia adalah sosok alian yang beterbangan , maya dan tak kasat mata, yang terus mencari inang tempat bersarang. Belahan wajah corona yang paling gagah adalah wajah pasrah bahwa corona itu hadir dikirim Tuhan buat umat manusia , kapan datang dan pergi semuanya bergantung ilahi. Manusia tak kuasa merekayasa, mati itu sesuatu yang pasti ,tinggal antri dalam barisan sambil menunggu giliran. Tak ada ruang untuk menolak , yang ada Cuma iya atau tidak.

Lain lagi dengan belahan kedua, corona terlihat sebagai produk konspirasi yang dimainkan sekelompok elit yang ingin mendapatkan kepentingan pragmatis baik ekonomis, politis, yuridis ataupun sekedar melempar amunisi mainan agar negara menjadi kedodoran.

Beda lagi dengan belahan wajah ketiga, dimata manusia corona terlihat seram , menakutkan dan mengerikan, corona sebagai siklus rutinan yang didatangkan Tuhan sekaligus cobaan agar tergambar jelas potret keshalihan dan kekafiran, ketaatan dan keingkaran umatnya. Jagat dunia pun dibuatnya merapatkan barisan, pasang strategi, sekaligus memberi ruang berpikir jernih agar bisa meresapi, seraya mencari ikhtiar menuju sebuah solusi.

Wajah yang terbelah itulah yang membuat pemerintah sulit menemukan skema penyelesaian, Skenario yang dimainkan pun melahirkan perlawanan, amunisi yang ditembakkan juga salah sasaran, inilah penyebab utama kenapa corona tak segera pergi dari bumi pertiwi. Bagi wajah pertama wabah hanya dipandang sebagai tamu yang tak lama lagi segera pergi, dan tak perlu perlakuan yang berlebihan, terkait risiko itu otoritas Tuhan, bagi wajah kedua corona hanya sebagai sandiwara yang sedang ditonilkan agar ditonton orang banyak, sementara sang pemain hanya tersenyum lebar melihat negara semakin tak berdaya, adapun wajah ketiga yang disepakati dunia, secara spartan butuh penyelesaian berkelanjutan. Jargon pakai masker, jaga jarak, cuci tangan lahir dari pemahaman bahwa hidup itu harus saling menjaga , tidak boleh membahayakan orang lain ataupun dibuat bahaya oleh sesamanya, tanpa mereduksi praktek pelaksanaan ibadah. berangkat dari sebuah konsep bahwa jika dihadapkan dua pilihan kemaslahatan dan kemadlorotan, maka menolak kemadlorotan mesti didahulukan daripada mendapatkan kemaslahatan. Akibatnya ada sebagian masjid ditutup sementara karena menghidari bahaya. Tanpa mengesampingkan peran Tuhan, berusaha mencegah adalah bentuk ikhtiar yang dipandang benar dibanding menyerahkan diri pada takdir yang mengalir. Bukankah nabi pernah marah kepada sahabat yang meniggalkan ontanya tanpa diikat sebagai bentuk kepasrahan kepada takdir yang akan ditimpakan. Tidak begitu, ikatlah terlebih dahuli ontamu barulah engkau pasrahkan kepada Tuhan untuk mengamankan Itulah sebababnya teruslah tegakkan protokol kesehatan. Agar corona segera sirna.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang dahsyat dan dari sudut pandang yang berbeda. Salam literasi.

01 Aug
Balas

Terima kasih. Tunggi lanjutan berkutnya

01 Aug

keren pak ulasannya

21 Jul
Balas

Terima kasih semoga bermanfaat

21 Jul



search

New Post