Nurma Inna

Nama saya Nurmainah. Tinggal di sebuah kota kecil bernama Panyabungan. Saat ini mengajar di SMP dan SMA IT Al Husnayain. Jadi guru adalah takdir saya. Menulis a...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bangsa yang Bebal
www.discovermagazine.com

Bangsa yang Bebal

Tantangan Menulis Hari ke -69 #TantanganGurusiana

Bebal dalam KBBI daring diartikan sebagai sukar mengerti, tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran), bodoh. Kata ini tepat menggambarkan bangsa kita saat ini di tengah merebaknya wabah Corona.

Kebebalan pertama dimulai oleh petinggi negeri ini. Saat negara lain mulai waspada dan mulai melindungi negerinya dari warga negara lain, petinggi kita justru melihat itu sebagai peluang bisnis yang menggiurkan. Anggaran sebesar 72 miliar disiapkan oleh pemerintah untuk pembiayaan promosi wisata Indonesia di luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, jasa influencer internasional akan disewa demi suksesnya pariwisata Indonesia di tengah lesunya pariwisata dunia akibat wabah Corona.

Kebebalan berikutnya adalah ketika pemerintah menyatakan Indonesia bebas Corona di saat negara tetangga sudah positif dimasuki Corona. Bahkan keraguan dunia tentang pernyataan itu dianggap angin lalu. Konon virus Corona tidak akan berkembang biak di iklim tropis. Indonesia bebas Corona karena do'a qunut. Begitu pernyataan optimis dari para petinggi negeri ini.

Namun ternyata iklim tropis dan doa qunut tak mampu membendung masuknya virus Corona ke negeri gemah ripah loh jinawi tapi salah urus terus sejak zaman dahulu kala ini. Awal Maret 2 orang teridentifikasi Corona. Angkanya semakin naik drastis dengan tingkat kematian lebih tinggi dari kesembuhan. Optimisme bahwa kita berhasil melawan difteri apalagi Corona yang dikemukakan oleh menteri terkait diuji dengan minimnya fasilitas kesehatan. Bahkan masker dan hand sanitizer pun menghilang dari pasaran.

Pemerintah pun lalu menyadari bahwa Corona adalah sesuatu yang harus disikapi dengan serius. Pada tanggal 16 Maret, Presiden Joko Widodo menghimbau agar masyarakat belajar di rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah atau social distancing (renggang sosial). Social distancing diperlukan untuk menghambat laju persebaran virus Corona ini. Sekolah pun di liburkan. Anak-anak sekolah belajar di rumah dengan penugasan dari guru.

Namun apa yang terjadi? Kebebalan demi kebebalan dipertontonkan oleh masyarakat masyarakat negeri ini. Libur sekolah malah dimanfaaatkan untuk jalan-jalan dan berwisata. Cafe-cafe tetap ramai dikunjungi oleh anak-anak muda. Hajatan-hajatan tetap dilangsungkan, baik hajatan partai maupun hajatan perkawinan.

Kebebalan yang lain ditunjukkan oleh orang yang tidak mengindahkan fatwa MUI. Menyamakan kewaspadaan dan ikhtiar menghindar dari virus sebagai tindakan yang lebih takut pada Corona daripada Allah. Padahal di Uni Emirat Arab sendiri sebagian masjid ditutup untuk sholat jamaah dan sholat Jumat. Begitu juga di Arab Saudi. Kita tentu mahfum Corona tidak mengenal suku, ras dan agama. Semua akan dibabat habis apabila tidak waspada. Bahkan di tengah Corona yang semakin mewabah, sebuah organisasi keagamaan akan mengadakan pertemuan akbar dengan jumlah peserta mencapai 6.000. Namun lewat negosiasi yang alot, pertemuan itu berhasil dibatalkan.

Tidak hanya monopoli orang awam, orang-orang yang harusnya menjadi teladan dalam menyikapi virus Corona dan himbauan presiden untuk sosial distancing juga ternyata sama bebalnya. Seorang anggota dewan dari latar belakang dunia hiburan malah memanfaatkan masa reses dengan jalan-jalan ke Eropa. Padahal Eropa sendiri adalah wilayah pandemi kedua setelah China. Dan beliau yang terhormat juga mengunggah foto-foto selama liburan di media sosial. Sebuah tindakan yang tidak peka akan keadaan terkini dari seorang anggota dewan. Instruksi partai agar setiap kader terjun untuk mensosialisasikan Corona selama reses tidak diindahkan. Di Kalimantan, orang nomor dua di sebuah kota tetap akan nekad melaksanakan pesta perkawinan anaknya bila tidak dikritik oleh masyarakat luas. Tokoh yang harusnya menjadi pelopor dalam social distancing malah justru membuat resah masyarakat sekitarnya.

Kebebalan yang paling hakiki ditunjukkan oleh seorang anggota dewan dari partai yang sama dengan si artis di atas. Bertajuk sosialisasi Corona, sebuah video mempertontontonkan bagaimana anggota dewan yang terhormat tersebut mensosialisasikan social distancing, diantaranya tidak boleh melakukan pertemuan lebih dari seratus orang. Ironisnya itu disampaikan di hadapan peserta yang didaulat menjadi duta Corona di wilayah itu di sebuah balai pertemuan dengan jumlah peserta lebih dari seratus orang.

Bangsa kita memang bebal. Tidak semua tapi cukup membahayakan di saat-saat seperti ini. Bebal saja mungkin masih bisa dikoreksi. Tapi saat bebal bertemu dengan egoisme, jadilah dia bebal yang hakiki. Itulah orang-orang yang tetap keluyuran dan jalan-jalan saat dia bisa tinggal di rumah, orang-orang di yang tetap menggelar pesta karena alasan sudah keluar biaya, orang-orang yang tetap berkumpul meski sudah dihimbau untuk tidak. Sementera banyak orang yang ingin tetap tinggal di rumah tapi tidak bisa karena harus bekerja.

Semoga Allah memberi hidayah untuk orang-orang bebal dan egois ini, dan memberi keselamatan pada orang-orang yang harus keluar untuk bekerja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Negeriku sayang.. negeriku malang. Hanya bisa berdoa semoga kondisi mencekam ini segera berlalu dan kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT... Aamiin.

24 Mar
Balas



search

New Post