Nurul Kumala Azzahra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
(80). SISTEM PEMBELAJARAN PASCA PANDEMI COVID-19
Pembelajaran di kelas

(80). SISTEM PEMBELAJARAN PASCA PANDEMI COVID-19

Oleh: Noeroel Koemala

***

Pada tanggal 2 Juli 2020 yang lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim pada Rapat Kerja bersama Komisi X DPR mengungkapkan bahwa akan ada perubahan struktural terkait sistem pendidikan di Indonesia Dimana pasca pandemi nanti, para peserta didik mayoritas akan menggunakan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

" Sistem pendidikan kita pembelajaran jarak jauh. Ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model, adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi (karena sudah terbiasa)," jelas Mendikbud. (JawaPos.com, 2/07/2020).

Nantinya, para guru dan kepala sekolah akan diberikan kesempatan untuk melakukan berbagai macam sistem pembelajaran hybrid model, baik itu melakukan daring atau luring.

Dilansir dari: Kompas.com, 16 Juni 2020, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad menegaskan bahwa PJJ tidak sama dengan pembelajaran dalam jaringan ( daring ).

Menurutnya, PJJ dibagi menjadi dua jenis yaitu Pembelajaran Luar Jaringan (luring) dan pembelajaran Dalam Jaringan (daring). Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS).

Pembelajaran daring ini dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Zoom, Google Meet, dan Google Classroom. Tetapi jika ada hambatan pada pulsa, gawai, jaringan internet dan juga guru yang tidak dapat mengintegrasikan, maka pembelajaran dapat dilakukan dengan metode Luring. Pada pembelajaran Luring, media yang digunakan adalah buku pegangan guru dan siswa, radio dan televisi.

Jika PJJ benar - benar dilaksanakan secara permanen pasca pandemi Covid - 19 , bagaimanakah implementasi pendidikan agama, pendidikan karakter, pendidikan jasmani dan pendidikan keterampilan pada peserta didik ? Apakah semuanya diserahkan pada orang tua masing - masing siswa ? Mampukah orang tua siswa melakukannya ? Lalu untuk apa guru belajar ilmu paedagogik jika tidak mengajar di kelas ?

Walaupun setiap orang tua adalah guru pertama bagi anak dan rumah adalah sekolah pertama bagi anak, sampai kapanpun peran guru dalam pendidikan karakter dan budi pekerti tidak dapat tergantikan oleh mesin komputer. Selama masa belajar di rumah yang situasinya sangat berbeda dengan situasi pembelajaran di kelas, peserta didik akan tumbuh menjadi pribadi yang egois dan tidak suka bergaul dengan masyarakat di sekitarnya.

***

(BERSAMBUNG)

Taman Mutiara, 5 Juli 2020

#taGur ke 80

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu

05 Jul
Balas

Mantul bunda cantik

06 Jul
Balas

Semangat ya bunda..semoga selalu sehat dan terus berkarya

06 Jul
Balas

Kereen bun monggo kita sampaikan aspirasi kita kepada pemkab utk internet pendidikan agar memudahkan kita dan anak anak belajar

06 Jul
Balas

Wah mantap ulasannya pak.

06 Jul
Balas

Buetul Bu Nurul, Sebagai Orang Tua kita kelojotan juga. Disamping harus menguasai seluruh mapel, juga dituntut untuk menyediakan sarananya, hp..... mana anak minta yang maha lagi..!

06 Jul
Balas



search

New Post