Adalah aku, seseorang yang sedemikian mencintai alam; langit biru dengan susunan awan-awan yang menghiasinya dan suasana alam sekitar yang dilukis Indah dengan pepohonan hijau nan rindang.

Terlihat aku yang duduk di kursi panjang tepat di pojok kanan di sebuah taman; menyusun cerita hari ini dengan penuh senyuman; berharap hari yang akan datang berjalan lebih Indah dari sebelumnya.

Tapi kenyataannya; kehidupan seperti sebuah puzzle; misteri yang tak dapat kutebak arahnya. Pun ia selayaknya labirin yang entah di mana dan bagaimana akan berakhir. Ia juga tak ubahnya seperti roda; terkadang di atas dilain waktu akan berada di di bawah; hari ini kita mungkin akan bahagia namun bisa jadi esok sebaliknya.

Esok hari akan datang dengan cerita dan nuansa yang berbeda. Di tempat yang sama aku menyusun cerita lagi; melukis cita-cita yang mungkin lusa akan terwujud.

Walaupun aku menyadari bahwa kenyataan yang akan kuhadapi mungkin akan berbeda; tak sesuai dengan angan dan inginku. Ketika anganku tak menjadi nyata dan rasa putus asa mendera hingga membuatku terpuruk. Aku tak kuasa menahan perasaan; sesuatu membasahi pipiku sejak awal bercerita. Air mata yang menjadi saksi dari cerita sedihku itu. Tak ada yang tahu, kecuali aku dan Rabbku.

Sesekali aku mengarahkan wajahku ke langit lalu melukis setiap angan yang tersemat di benakku. Itu cara terampuh menenangkan hatiku, karena kutahu saat ini Rabbku pasti melihat semuanya.

Allaah Ta'ala; Rabb semesta yang Maha Baik. Meskipun seringkali lupa kepada-Nya tapi Allaah tidak akan pernah melupakanku. Allaah Azza wa Jalla adalah temanku bercerita. Kumulai dengan memuji-Nya lalu menceritakan kisahku disetiap harinya.

Setelah bercerita, semua seolah-olah membaik.

Satu hal yang aku dapat...

"Ada kenikmatan tersendiri saat bercerita dengan Rabbku".

.

.

.

.

📝Nurmalia Siregar

Pekanbaru, 13.10.2020

Tuesday, 08.00 AM

.