Sejatinya telah berkali-kali tajamnya belati cobaan menikamku, hingga aku tercabik dan terburai kehilangan bentuk; sampai-sampai aku merasa kebal dan mati rasa.

Runcingnya kerikil-kerikil jalan kehidupan ini juga telah sedemikian sering menggores melukaiku hingga aku terluka dan berdarah-darah.

Aku pun telah terbiasa dan berteman karib dengan beratnya beban di pundakku yang dengan terpaksa kupikul.

Sesungguhnya! Semua itu membuatku teramat lelah, hilang asa dan ingin menyerah.

Kerapkali aku bertanya; mungkinkah diri ini hanyalah seorang pecundang yang sudah sepantasnya kalah dan keluar dari medan pertempuran?

Ataukah diriku tak lebih dari seorang pengecut cengeng yang hanya pandai menghambur-hamburkan airmata?

Entahlah! Yang pasti tak lagi ada keinginan untuk tetap berdiri; berjuang dan meneruskan perjalanan ini. Tak lagi ada asa di dada untuk tetap melangkah menapaki lika-liku kehidupan yang selayaknya puzzle ini.

Pun tak kulihat secercah cahaya yang pelita yang dapat menerangi dan menuntun langkahku di tengah pekatnya gulita ini agar aku tak tersandung, jatuh dan terperosok ke lembah kehancuran ataupun jurang keputusasaan.

Sungguh! Hati ini sangat nelangsa, tak berkarib dengan sesiapapun. Tak bersanak pun tak memiliki sahabat dan sibiran jiwa. Bahkan dunia dan seisinya sedemikian bengis menatapku tajam. Jangankan mengharapkan belas kasih, peduli pun tidak terlihat.

Sungguh! Betapa malangnya nasib ini; kesepian di tengah-tengah riuh gemuruhnya keramaian. Kepada siapa hendak mengadu, sedang diri ini tak memiliki sesiapapun untuk teman bermanja dan berteduh.

Lalu akupun sadar! Memang tak ada sesiapapun manusia di muka bumi ini yang mau menjadi tempatku berkeluh kesah. Tak ada seorangpun yang mau peduli atas duka lara dan nestapa yang kurasa Namun aku punya Rabb yang Maha Kuasa. Dan sebaik-baiknya tempat mengadu adalah Rabbku semata; yang padaNya aku bebas berbicara menceritakan sesak di dada dan lara yang melingkupi jiwa.

Wahai aku, Sesakit apapun lara yang mencabikmu; janganlah engkau pernah merasa sendiri, ada Allah tempatmu bercerita. Jangan risau, Allah takkan pernah mengabaikanmu, sebab bila di dadamu masih ada keyakinan dan keimanan yang kuat terpatri pada-Nya maka Allah akan menyambutmu dengan penuh kasih saying dan suka cita.

Maka datanglah kepada kepada Allah dengan penuh kerendahan hati, maka Allah akan berlari menyambutmu. Menangislah kepada-Nya; curahkan dan beritahukanlah segala yang telah membuatmu sakit, maka Dia akan menyembuhkanmu dengan cinta dan kasih sayangNya.

Mengadulah kepada Allah; tumpahkan segenap lara jiwamu. Maka rasakanlah; lara yang mencabik-cabik jiwamu akan segera sirna.

Allah akan membasuh lukamu dengan manisnya rahman rahim-Nya, jika engkau lekas bersimpuh pada-nya memohon ketenangan hanya pada-Nya.

Luka batinmu akan sembuh, bila engkau bersegera mengadu kepada Allah. Karena sesungguhya saat engkau datang kepada Allah, Allah akan memelukmu dengan kebaikan-Nya, sehingga luka itu tak lagi perih engkau rasakan.

Saat engkau berlari dan mendekat kepada Allah secepatnya itu pula Allah akan mendekapmu dengan Rahmat-Nya, dan bila rahmat-Nya yang menjadi penawar atas lukamu, sudah tentu ketenangan akan engkau rasa.

Ketahulah! Ketika engkau memasrahkan hidupmu kepada Allah, maka Allah menghujanimu dengan kebaikan, kasih sayang, perlindungan dan pertolongan-Nya.

Dear aku, Hanya Allah lah sebaik-baiknya tempatmu mengadu. Ingatlah itu!

. Nurmalia Siregar Pekanbaru, 27.07.2021 Tuesday, 08.00 PM