Nurohim

Guru ndeso dan pelosok yang ingin selalu belajar agar tidak gaptek. Mulai mengajar sejak tahun 2009 di SDN kaliwlingi 02 Kab. Brebes Jawa Tengah sampai dengan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai Mimpi (Part 5)

Menggapai Mimpi (Part 5)

Tantangan hari ke-12

Setelah lulus SMA, Alfan berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia memiliki cita-cita ingin memasuki fakultas keguruan di salah perguruan tinggi negeri di ibu kota jawa Tengah. Ia memiliki minat yang besar untuk menjadi seorang guru matematika. Ia pun mengutarakan keinginannya pada orang tuanya.

“Bu, saya ingin kuliah seperti kakak. Tetapi pengin di semarang, Bu” ujar Alfan.

“Alfan, bapak ibu tidak punya uang untuk membiayaimu kuliah. Apalagi ingin kuliah di semarang, Ibu tidak sanggup untuk membiayainya. Karena harus membayar biaya kuliah, biaya kos, biaya makan, dan lain-lain. Sedangkan Bapak Ibu hanya seorang buruh tani” jawab Ibu.

“Tapi kakak kok boleh kuliah. Kenapa saya ndak boleh, Bu?” tanya Alfan membela diri.

“Kakakmu kuliah di kota sebelah, tidak jauh bisa sambil membantu pekerjaan orang tua. Kakakmu juga kuliahnya D2, paling hanya 2 tahun sedangkan kamu penginnya S1 sampai 4 tahun. Bapak Ibu ndak sanggup biayanya, Alfan. Uang kuliah kakak saja dapat dari pinjaman saudara Bapak atau Ibu untuk membayar biaya kuliahnya” jawab Ibu sambil meneteskan air mata.

“Ya sudah, Bu. Alfan ingin mendaftar kuliah di ikatan kedinasan saja. Kuliah di kedinasan tidak membayar bu alias gratis. Saya minta doa restu dari Ibu, semoga dimudahkan segala urusanku” ujar Alfan dengan perasaan agak kesal.

Akhirnya ibu memberi ijin pada Alfan untuk mengikuti tes seleksi penerimaan mahasiswa baru di sekolah ikatan kedinasan. Orang tua Alfan memberi bekal uang untuk mendaftar kuliah di sekolah statistik milik pemerintah yang berstatus ikatan dinas. Sebetulnya ia merasa bingung untuk berangkat ke Jakarta. Karena selama ini ia belum pernah pergi ke Jakarta. Namun, sebelum berangkat ia dan mencatat menyimpan alamat dan kendaraan apa saja yang hendak digunakan untuk sampai di lokasi.

Akhirnya ia pun memberanikan diri pergi ke Jakarta sendirian. Hal itu ia lakukan demi ingin melanjutkan pendidikannya. Ia berangkat dari kota kelahirannya menggunakan kereta api. Setelah sampai di Stasiun tujuannya, ia langsung melanjutkan tujuannya menggunakan angkutan kota. Setelah sampai di lokasi pendaftaran, ia langsung mendaftarkan diri dan begitu selesai ia segera pulang ke kampung halaman. Ia menuju stasiun, ternyata ia ketinggalan kereta. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada setiap orang lewat terminal yang terdekat dari stasiun. Ia pun memutuskan untuk menggunakan bis umum. Namun, ia kena musibah yakni harus membayar ongkos naik bis sebanyak dua kali lipat. Pada waktu itu, terminal itu banyak ditempati oleh para preman yang suka memaksa penumpang menaiki armada bis dengan bayaran dua kali lipat dari harga normal. Tapi ia pasrah dan ternyata di dalam bis ada beberapa orang yang mengalami nasib yang sama dengan Alfan.

Setelah 6 jam perjalanan akhirnya ia pun sampai juga di kota tempat kelahirannya. Ia turun di jalur pantura dan harus melanjutkan perjalanan lagi sekitar 3 km. Ia baru menyadari ternyata uangnya habis, sehingga Alfan harus berjalan kaki menuju ke rumah. Waktu menunjukkan tengah malam, namun ia memberanikan diri untuk berjalan sendirian di tengah kegelapan malam. Sekitar 1 jam lebih berjalan kaki ia tempuh, dan sampailah di rumah. Ia pun langsung beristirahat.

Setelah beberapa hari, ia akan bersiap-siap untuk mengikuti tes seleksinya. Ia pun meminta doa restu ke orang tuanya sekaligus meminta ijin untuk berangkat.

“Bu, besok hari senin saya akan tes seleksinya. Saya minta ijin dan doa restunya, Bu. semoga diberi kemudahan dalam segala hal” ujar Alfan pada Ibunya.

“Ya, Alfan. Ibu selalu mendoakanmu semoga Allah SWT memberikan jalan yang terbaik bagimu. Kamu nanti berangkat dengan siapa? Apa sendirian lagi?” jawab Ibu sambil memelas.

“Terima kasih ya, Bu. Insyaallah Alfan akan berangkat dengan teman sekelas, cuma berdua. Nanti menginap dulu di rumah saudaranya. Oya Bu, nanti rencana Alfan sekalian mendaftar lagi sekolah kedinasan di bidang keuangan. Boleh ndak Bu?” tanya Alfan.

“Uang untuk mendaftar ndak ada lagi, Alfan. Biaya untuk berangkat tes saja sedikit, hanya untuk berangkat dan pulang saja. Ibu ndak ada uang lagi, Alfan” jawab Ibu.

“Bu, Alfan punya tabungan. Simpanan ini sengaja untuk mendaftar sekolah, Bu. memang tidak banyak, tetapi Insyaallah cukup Bu” ujar Alfan meyakinkan ibunya.

Sebenarnya dalam hati ibu tidak mengijinkannya. Namun, karena Alfan memaksa akhirnya ibu mengijinkannya. Alfan pun mempersiapkan segala keperluan untuk pendaftaran sekaligus bekal selama di pusat ibu kota. Alfan pun bersiap untuk menerima resiko dan permasalahan yang akan ia hadapi. Dan ternyata, Alfan juga mengikuti tes seleksi penerimaan mahasiswa baru di politeknik milik salah satu perusahaan ban motor dan mobil yang terkenal di daerah tangerang tetapi orang tuanya tidak mengetahuinya. Alfan berpamitan dengan orang tuanya, dan ia akan pulang jika sudah mengikuti seluruh tes seleksinya. Ia pun berangkat bersama temannya menuju ibu kota menggunakan bis umum.

To be continued...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post