Nurohim

Guru ndeso dan pelosok yang ingin selalu belajar agar tidak gaptek. Mulai mengajar sejak tahun 2009 di SDN kaliwlingi 02 Kab. Brebes Jawa Tengah sampai dengan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan

Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan

#TantanganGurusiana

Tantangan hari ke-9

Hari ini adalah tanggal 14 Februari 2020, tepatnya hari jumat kliwon menurut penanggalan jawa. Seperti biasanya setiap hari jumat kliwon program sekolah mengadakan yasinan dan tahlilan bersama di musholla sekolah. Kegiatan ini saya usulkan dari awal tahun pelajaran 2019/2020 dan sampai sekarang masih berjalan dengan baik. Awalnya kegiatan ini diprotes oleh guru agama karena mungkin berbeda pemahaman. Namun, saya memberi masukan dan meyakinkan sebagai bentuk kegiatan keagamaan yang berujung pada pembentukan karakter siswa. Di sini kita jangan mempermasalahkan hukum kegiatan tersebut. Karena setiap madzhab memiliki jalan yang berbeda, namun tujuan yang sama. Dan alhamdulillah akhirnya diperbolehkan oleh kepala sekolah dan menjadi program sekolah yang rutin dilaksanakan setiap hari jumat kliwon.

Pagi ini saya berangkat ke sekolah menempuh jarak sekitar 25 km dari rumah menuju sekolah tempat mengajar. Saya yang bertempat tinggal di Kabupaten Tegal sedangkan tempat mengajar di Kabupaten Brebes di ujung utara pulau Jawa, yakni desa Kaliwlingi. Perjalanan yang melelahkan namun saya nikmati dengan senang hati. Saya yakin itu semua adalah jalan hidup yang harus saya jalani dan merupakan ketentuan terbaik menurut pandangan Allah SWT. Setelah sampai di sekolah, saya pun menyiapkan segala peralatan untuk kegiatan yasinan dan tahlilan bersama.

Sebelum kegiatan dimulai, siswa saya arahkan untuk berwudlu terlebih dahulu. Siswa putri saya dahulukan untuk berwudlu, kemudian dilanjutkan siswa putra. Ketika sudah berwudlu, kita mengawali kegiatan dengan sholat dhuha berjamaah. Saya memahami bahwa rata-rata siswa belum bisa melaksanakan sholat dhuha secara mandiri (sendiri) walaupun setiap hari saya mengarahkan dan melaksanakan sholat dhuha berjamaah sebelum waktu istirahat. Namun, hal ini sebagai bentuk pembelajaran sekaligus pembentukan karakter bagi siswa melalui kegiatan keagamaan yang positif. Setelah selesai sholat, dilanjutkan dengan doa sholat dhuha secara berjamaah.

Kegiatan inti pun mulai dilaksanakan yakni yasinan dan tahlilan bersama. Siswa putra dan putri dipisah menggunakan sekat berupa garis. Putra berada di sebelah kiri sedangkan putri berada di sebelah kanan. Kami pun memulai kegiatan tersebut dengan tawasul terlebih dahulu. Semua siswa membawa nama-nama yang akan ditawasulkan, terutama yang sudah meninggal. Ini menjadi bukti bahwa orang tua siswa mendukung penuh kegiatan keagamaan ini. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin secara bersama-sama. Sebagian besar siswa sudah lancar membaca alqur’an, walaupun sedikit dari beberapa siswa yang belum bisa membaca alqur’an terutama surat yasin. Setelah selesai, dilanjutkan dengan tahlilan dan doa bersama. Acara berlangsung dengan khidmat dan lancar, tanpa ada halangan apapun. Di akhir kegiatan, kita bersholawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan bersalaman satu sama lain. setelah kegiatan selesai, siswa masuk kembali ke kelas untuk melaksanakan pembelajaran seperti biasanya.

Dari kegiatan di atas, ada beberapa hal positif yang terkandung di dalamnya. Pertama, ajarkanlah nilai ketuhanan terhadap siswa sedini mungkin. Hal ini sebagai pembentuk pondasi bagi diri siswa agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Hal inilah sebagai tameng bagi siswa dalam menjalani kehidupan di masyarakat agar selalu berhaluan di jalan yang benar. Kedua, sebagai bentuk realisasi penerapan pengamalan nilai pancasila terutama sila ketuhanan. Segala bentuk kegiatan keagamaan termasuk pada bentuk pengamalan nilai pancasila. Dengan demikian, siswa mampu memahami bahwa pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa menjadi landasan dalam berkehidupan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga, proses menanamkan jiwa pada siswa agar selalu beribadah kepada Allah SWT. Beribadah tidak hanya sholat, melainkan banyak kegiatan keagaman lainnya. Salah satunya adalah kegiatan yasinan dan tahlilan bersama. Keempat, menciptakan siswa yang sholeh dan sholehah. Dalam hadits dikatakan bahwa salah satu amalan yang tidak akan putus adalah anak sholeh yang mendoakan orang tuanya. Kegiatan ini mengajarkan siswa agar mampu mendoakan orang-orang di sekitar kita yang sudah meninggal. Kelima, sebagai bentuk pelaksanaan program pendidikan karakter bagi siswa. Salah satu nilai dalam pendidikan karakter adalah religius. Diharapkan siswa memiliki jiwa religius sehingga menghindarkan siswa dari hal yang bersifat negatif.

Nah, mungkin masih banyak kegiatan keagamaan lain yang bisa kita terapkan pada sekolah dalam rangka proses pembentukan karakter siswa. Kita sebagai guru diharapkan mampu menjadi guru yang mampu mengajarkan ilmu terapan pada siswa, sekaligus sebagai agen pendidik dalam rangka mencetak insan yang cerdas dan beragama. Manusia tanpa berkarakter tidak akan memiliki harga diri, sedangkan manusia yang beragama akan selalu berada di jalan yang benar. Tidak ada kekerasan dalam beragama, karena agama islam mengajarkan kebaikan kepada Allah SWT sekaligus kebaikan kepada sesama manusia tanpa melihat dari unsur apapun. Semoga bermanfaat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post