Nurohman

Seorang pemulung aksara yang gemar mengais dan memungut serakan kata dari keranjang bahasa lalu merangkainya menjadi tumpukan rasa. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENUTUP LUBANG-LUBANG YANG MENGANGA

MENUTUP LUBANG-LUBANG YANG MENGANGA

Semua orang pasti pernah mengalami dan berada dalam situasi yang tidak ideal. Dalam proses mengerjakan sesuatu, kadangkala ada satu atau beberapa persyaratan minimal yang tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan terjadinya kemungkinan ketidak-berhasilan dalam mewujudkan target atau tujuan yang diinginkan.

Namun demikian, semua orang juga memiliki apa yang disebut dengan kreatifitas yang seringkali didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam memunculkan gagasan atau ide yang tidak hanya baru, tetapi juga bermanfaat. Dua hal yang harus digarisbawahi dalam hal kreatifitas adalah kebaruan dan kebermanfaatan. Jadi, meskipun sesuatu tergolong baru, tetapi jika tidak bermanfaat, bisa jadi bukan sebentuk kreatifitas. Begitu pula jika sesuatu yang bermanfaat, tetapi tidak baru, juga bukan merupakan sebentuk kreatifitas.

Pagi tadi, bersama tiga orang kawan, saya mampir di sebuah warung bakso. Tidak perlu saya jelaskan siapa yang mentraktir dan siapa yang ditraktir karena itu adalah sebuah rahasia. Setelah memesan dan mulai makan, perhatian saya tertuju kepada wadah saus dan kecap yang ada di beberapa meja di warung tersebut. Semuanya terlihat biasa-biasa saja kecuali satu hal: pada hampir semua wadah tadi, tutup yang digunakan bukan sesuatu yang biasa-biasa saja.

Karena sepertinya tutup aslinya sudah rusak—orang Jawa menyebutnya pothel—, sang pemilik menggantinya dengan sesuatu yang lain. Bukan plastik, daun, kayu, apalagi kertas, tetapi cabe—mungkin sebaiknya harus saya tulis cabai ya agar tidak menyalahi aturan di KBBI. Bagi saya, hal tersebut merupakan sesuatu yang —meminjam istilahnya anak muda zaman now—wauuuu! Sebuah ide yang tidak hanya sangat kreatif, tetapi juga estetis-ekonomis dan solutif.

Cara tersebut saya anggap kreatif karena memenuhi dua unsur yang saya tuliskan di awal tadi: baru dan bermanfaat. Saya kira, tidak banyak orang yang melakukan hal yang sama. Setidaknya, hal itu baru saya ketahui di warung tersebut. Itu masuk dalam ranah kebaruan. Sedangkan dalam hal manfaat, jangan ditanya lagi. Sebagai pengganti tutup plastik bawaannya, saya kira cabe sudah mampu menjalankan perannya dengan baik. Itu yang disebut dengan manfaat.

Bahkan, cara semacam itu juga bisa menghemat biaya pengeluaran lainnya. Artinya, sang pemilik warung tidak perlu membeli tutup baru. Itu pun jika tersedia sparepart-nya. Yang jelas, hal itu mau tidak mau harus saya akui sebagai sesuatu yang benar-benar ekonomis. Belum lagi kalau kita menghubungkannya dengan program zero waste-nya ekonomi biru. Apa itu? Mbokyao dicari sendiri sana, kan di internet banyak.

Satu hal lagi adalah dari sisi estetika. Beberapa kali saya jumpai di tempat lain, alternatif pengganti tutup yang rusak adalah plastik, kertas, atau pol notok jedok adalah kayu. Hal semacam itu, —setidaknya bagi saya—sudah biasa dan tidak terasa nilai estetikanya. Akan tetapi dengan menaruh cabe di atas lubang yang menganga pada wadah-wadah kecap dan saus tadi, nilai unsur estetikanya benar-benar menguar dan mampu menjadi pembeda dari bentuk-bentuk kreatifitas lainnya yang sudah dilakukan oleh orang lain sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan, kreatifitas seorang pengajar juga sangat dibutuhkan dalam proses transfer of knowledge karena tidak selamanya seorang guru berada dalam situasi yang ideal. Jika seorang guru mampu memaksimalkan kreatifitas yang dimilikinya, sangat mungkin dia bisa memunculkan solusi dalam mengatasi masalah ke-tidak-ideal-an yang terjadi di kelasnya. Jika itu bisa terjadi, maka telah terjadi proses aktivasi default network pada bagian otak sebagaimana yang disampaikan oleh Roger E. Beaty—salah seorang peneliti dari jurusan psikologi yang ada di Pennsylvania State University—dalam sebuah artikel di situsnya theconversation.com yang berjudul New Study Reveals Why Some People Are More Creative Than Others.

Eh, apa itu default network pada bagian otak? Anda tidak mau kan membaca tulisan yang terlalu panjang dan terasa membosankan? Sama, saya juga. Kapan-kapan saja ya? Itu pun kalau saya sempat. Apakah kalau punya waktu akan ditulis lagi sambunganya? Belum tentu juga, tergantung apakah ketika sedang longgar saya bisa mengaktifkan default network saya atau tidak. Sabar, ya. Saya hanya sedang berusaha mencontohkan sebuah kondisi yang tidak ideal saja kok.

Nganjuk, 08 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post