RENUNGAN TULISAN HARI KE-146 HIJRAH - KETIKA ALI MENYAMAR MENGGANTIKAN NABI SAW.
Oleh: Nurokhim, S. Ag. S.Kons.
Malam yang direncanakan pun tiba. Rumah Rasulullah dikepung dari segala penjuru oleh 50 pemuda utusan masing masing kabilah. Tinggal menunggu waktu bagi mereka untuk membunuh Rasulullah SAW. Rasulullah menyadari hal itu lalu sepenuhnya berserah diri kepada Allah dengan mendirikan shalat, karena shalat adalah cara yang ampuh untuk mendapat perolongan dan keselamatan dari Allah secara langsung.
Selesai shalat, saat yang kritis seperti ini, beliau meminta Ali untuk tidur di atas tempat tidur menggunakan mantel hijau dari Hadhramaut yang beliau miliki untuk mengelabui orang orang yang akan membunuhnya. Rasulullah memanggil Ali dan berkata,”Malam ini kamu tidur saja di ranjangku dan pakailah selimut hijau hadrami ini seakan-akan kamu adalah diriku.”
Ali pun tanpa ada keraguan sama sekali dalam dirinya melaksanakan apa yang diminta oleh Rasulullah kepadanya. Padahal penyamaran tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan nyawanya.
“Aku dan Abu Bakar akan berangkat lebih dahulu ke Madinah. Tinggalah engkau di Makkah sementara waktu untuk menyelesaikan semua amanah umat.”
Rasulullah juga berpesan kepada Ali, “Jika Ibnu Abi Quhafah, yaitu Abu Bakar datang kepadamu, katakan kepadanya bahwa aku telah pergi ke (Bukit) Tsaur dan memintanya untuk bergabung denganku; kirimkan aku sedikit makanan, sewa seorang pemandu untukku yang bisa menunjukkanku jalan menuju al-Madinah, dan belikan aku unta tunggangan.”
“Baik, wahai Rasulullah.”
Ali terpaku menatap mata Rasulullah. Nabi pun menangkap kekhawatiran hati sepupunya itu. ”Jangan khawatir. Demi Allah, kamu tetap selamat. Rencana jahat mereka tidak bakal menimpamu,” ujar Rasulullah meyakinkan.
Ali pun patuh. Ali berganti baju menggunakan baju milik Rasulullah. Lalu Ali segera berbaring di ranjang Rasulullah. Nabi juga berpesan, malam ini akan meninggalkan rumah. Semua harta dan barang-barang titipan harus dikembalikan kepada pemiliknya. Baru setelah semua urusan selesai, Ali diminta menyusul ke Yatsrib. Sesuai perintah, Ali kemudian menuju tempat tidur Nabi.
Hingga tengah malam Rasulullah tidak tidur. Ketegangan telah mengusir kantuk. Nabi terus terjaga dan waspada. Di luar rumah, samar-samar dalam gelap malam dia melihat belasan pemuda bergerombol. Di tangannya terhunus pedang. Di antara mereka ada sosok yang Nabi sangat mengenalnya. Ya, Abu Jahal. Orang itu sedang menceramahi para pemuda untuk membakar semangat menjalankan tugasnya.
Nabi pun mendengar suara Abu Jahal. ”Muhammad mengatakan, kalau kalian mengikutinya bakal jadi pemimpin, dibangkitkan setelah kematian, dan diberi surga seperti taman Yordan. Jika kalian tidak mengikuti, kalian disembelih, dibangkitkan setelah kematian, dan kalian mendapat neraka dan dibakar olehnya,” kata Abu Jahal.
Lalu dia menegaskan,”Itu semua kebohongan. Dan kalianlah malam ini bertugas mengakhiri kebohongan itu,” sambung Abu Jahal. Dia jelaskan pengepungan rumah Nabi agar tak lolos keluar.
Dia memerintahkan belasan pemuda jagoan itu mendekati rumah Nabi. Mereka mengendap-endap mendekati pintu lalu mencari celah dinding untuk mengintip situasi kamar. Mereka menyaksikan seseorang yang tengah tidur di atas ranjang.
“Itu pasti Muhammad,” ucap salah seorang dari mereka.
Sementara di dalam rumah, Nabi berdoa meminta perlindungan kepada Allah. Setelah melewat dua pertiga malam, Nabi saw berangkat keluar dari rumah untuk mengawali perjalanan hijrah pada tanggal 2 Rabiul Awal tahun ke 13 kenabian atau 20 Juli 622 M. Dalam situasi terkepung, Nabi mengambil segenggam pasir dan ditaburkan pada orang- orang Quraisy yang akan membunuh beliau. Beliau membaca awal QS. Yasin hingga Ayat 9 :
“Yaa siin. Demi Al Quran yang penuh hikmah, sesungguhnya engkau salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS Ya Sin [36]: 1-9)
Pada saat beliau selesai membaca ayat-ayat ini, lantas beliau melangkah mantap membuka pintu. Diambilnya segenggam tanah dan menaruhnya debu atau tanah itu di kepala mereka masing-masing, setelah itu beliau pergi ke tempat yang beliau inginkan.
Rasulullah berkata lirih seolah menjawab omongannya Abu Jahal tadi. ”Betul, aku memang pernah mengatakan seperti itu. Dan kamu (sambil menunjuk Abu Jahal) salah satu penghuni neraka.”
Nabi kemudian melewati para pemuda yang hendak membunuhnya. Namun herannya, mereka sepertinya tidak melihat Nabi dan membiarkan pergi begitu saja meskipun melintas di depan matanya. Nabi cepat-cepat pergi. Setelah itu menghilang dalam kegelapan malam menuju Gua Tsur.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul Rasulullah dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur.
Muhammad bin Kaab al-Qurazi meriwayatkan:
Beberapa dari mereka (para periwayat) menyatakan bahwa Abu Bakar datang ke Ali dan bertanya kepadanya tentang Rasulullah. Dia mengatakan kepadanya bahwa beliau telah pergi ke gua Tsaur dan berkata, “Jika engkau memiliki urusan dengannya, bergabunglah dengannya di sana.”
Abu Bakar pergi dengan tergesa-gesa dan menyusul Rasulullah di jalan. Rasulullah mendengar suara Abu Bakar datang dalam kegelapan malam dan menyangka bahwa dia adalah salah seorang musyrik.
Beliau mempercepat langkahnya dan tali sandalnya putus, dan kulit jempol kakinya terkelupas karena tersandung batu. Jempolnya berdarah dengan deras, dan beliau jalan dengan lebih cepat lagi. Abu Bakar khawatir bahwa dia akan membuat Rasulullah tertekan, dan dia mengeraskan suaranya dan berbicara kepada beliau.
Rasulullah mengenalinya, dan berhenti sampai Abu Bakar mencapainya. Mereka kemudian berjalan lagi, dengan kaki Rasulullah yang mengucurkan darah. Gua itu tercapai saat fajar dan mereka masuk ke dalamnya bersama.
Tak lama berselang, datang seorang Quraisy mendekati para pemuda jagoan yang masih mengepung pintu rumah Nabi. ”Apa yang kalian tunggu di sini?” tanyanya yang menyadarkan para pemuda jagoan itu.
”Kami menunggu Muhammad,” jawab pemuda itu.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar