Nurokhim Sag

Nurokhim S Ag S Kons adalah seorang Motivator amp Trainer Pendidikan Pembicara Seminar Parenting Guru Bimbingan Konseling Dosen danPenggiat Pen

Selengkapnya
Navigasi Web
RENUNGAN TULISAN HARI KE-163  KISAH SURAQAH YANG HENDAK MEMBUNUH RASULULLAH SAW. (PART-2)

RENUNGAN TULISAN HARI KE-163 KISAH SURAQAH YANG HENDAK MEMBUNUH RASULULLAH SAW. (PART-2)

Oleh: Nurokhim, S. Ag. S.Kons.

Tatakala Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar menghampirinya, Suraqah meminta maaf kepada Rasulullah dengan berkata, “ Maaf saya, beribu ribu maaf, jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad! Ambilah perbekalanku, harta dan senjataku”.

Kemudian Nabi menjawab tawaran itu, “Kami tidak membutuhkan perbekalan dan hartamu!

Suraqah berkata “Wahai Nabiyullah, perintahkan aku semaumu!”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tetaplah kamu di tempatmu. Jangan engkau biarkan satu orangpun menyusul kami”.

Suraqah menyahut, “Baiklah, Aku berjanji dengan Allah kepada kalian berdua, aku akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian di belakangku.”

“Apa yang kau inginkan dari kami?” Rasulullah bertanya.

“Demi Allah, hai Muhammad! Aku yakin agama yang kaubawa akan menang dan engkau mendapatkan kekuasaan yang tinggi. Berjanjilah kepadaku, jika kelak aku datang ke kerajaanmu, bermurah hatilah kepadaku. Berikanlah aku jaminan bahwa engkau tidak akan membalas saya Tuliskanlah itu untukku!” pinta Suraqah.

Maka Rasulullah SAW meminta Abu Bakar untuk menuliskan janji tersebut pada sebuah tulang. Sebuah janji jika suatu saat nanti Rasulullah SAW memperoleh kemenangan atas kaum Kafir Quraisy Makah, Suraqah akan mendapatkan keamanan dari Rasulullah SAW. Kemudian tulang tersebut diserahkan kepada Suraqah.

Begitu Suraqah hendak kembali pulang, Rasulullah berkata kepadanya, “Wahai Suraqah, Bagaimana pendapatmu bila engkau mengenakan gelang-gelang Kisra?!”

Suraqah bertanya keheranan, “Apakah Kisra putra Hurmuz yang engkau maksud?!” Rasulullah menjawab, “Benar, Kisra putra Hurmuz!”

Adapun surat jaminan keamanan yang diminta Surâqah tetap dipeliharanya hingga ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sembari membawa surat itu. Setelah perang Hunain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memenuhi janjinya kepada Surâqah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hari ini, adalah hari menepati janji dan hari berbuat baik,” dan pada hari itu juga, Surâqah menyatakan keislamannya.

Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang pergi menjauh.

Peristiwa yang di alaminya tadi benar-benar membekas dalam hatinya. Sebuah kejadian yang menimpa dirinya yang susah dinalar dengan logika. Bagaimana mungkin kuda yang dia kendarai tiba-tiba kakinya terjerembab masuk ke dalam tanah dan tak bisa ditarik dari pasir yang membenamkannya? Bagaimana mungkin dengan doa Muhammad yang dia panjatkan kepada Tuhannya menjadikan kaki kuda yang terbenam di dalam pasir bisa dikeluarkan kembali. Ia benar-benar yakin bahwa Muhammad SAW. bukanlah manusia biasa. Ia meyakini Muhamad adalah Nabi yang di utus oleh Allah SWT.

Kembalilah Suraqah ke kampungnya dengan menyusuri jalan dengan santai. Ia mendapati kelompok orang orang yang sedang mencari-cari melacak kepergian Rasulullah SAW. Ia pun berkata kepada mereka, “Kembalilah kalian semuanya! Aku telah mencarinya di seluruh penjuru bumi jengkal demi jengkal. Namun, aku tidak menemukan si Muhammad. Padahal, kalian sudah tahu akan kemampuanku dalam mencari jejak.” ujar Suraqah kepada mereka.

Mendengar ucapan Suraqah yang tegas itu, mereka kembali dengan kecewa. Suraqah merahasiakan pertemuannya dengan Rasulullah dalam pelacakannya dan menyembunyikan kisahnya dengan Muhammad SAW dan sahabatnya, sampai dia yakin benar Rasulullah dan sahabatnya telah tiba di Madinah, dan aman dari jangkauan musuh-musuhnya, kaum kafir Quraisy. Setelah dirasa aman, baru Suraqah menceritakannya.

Apa yang dilakukan Abu Jahal begitu mendengar kisah Suraqah atas pertemuannya dengan Muhammad SAW? Begitu Abu Jahal mendengar kisah Suraqah dengan Muhammad dan apa yang telah diperbuatnya, Abu Jahal mencemooh kebodohan, katakutan, dan sikap Suraqah yang telah menyia-nyiakan kesempatan yang baik itu. Maka Suraqah pun menjawab cemoohan tersebut dengan syair:

Wahai Abu Hakam, demi Allah jika engkau menyaksikan kudaku yang terbenam kakinya…

Engkau akan mengetahui tanpa ragu bahwa Muhammad adalah seorang Rasul yang membawa kebenaran. Lalu siapakah yang mampu menghadapinya?!

Suatu hari, Suraqah menyiapkan kudanya. Dia pergi menghadap Rasulullah SAW hendak menyatakan imannya di hadapan beliau. Tidak lupa dia membawa sepotong tulang bertulis perjanjian Rasulullah kepadanya sepuluh tahun yang lalu.

Suraqah bercerita, “Saya temui Rasulullah di Ji’ranah (sebuah desa antara Makkah dan Thaif, tetapi lebih dekat ke Makkah). Saya datang menghadap, ketika beliau sedang berada di perkemahan pasukan berkuda kaum Anshar. Mereka menghalangiku masuk dan memukulku dengan pangkal tombak. ‘Berhenti! Berhenti! Hendak ke mana engkau? cegah mereka. Tetapi aku tidak peduli, dan terus menyeruak di antara mereka hingga sampai ke dekat Rasulullah. Beliau sedang menunggang unta. Lalu kuangkat tulang bertulis perjanjian beliau kepadaku, seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, saya Suraqah bin Malik. Dan ini tulang bertulis perjanjian Tuan kepadaku dahulu!”

‘Mendekatlah ke sini, hai Suraqah! Mendekatlah! Hari ini adalah hari menepati janji dan hari perdamaian!’ seru Rasulullah. Setelah berhadapan dengan beliau, aku menyatakan iman dan Islam kepadanya.” Tidak berapa lama kemudian, hanya lebih kurang sembilan bulan sesudah Suraqah menyatakan Islamnya di hadapan Rasulullah, Allah SWT memanggil Nabi-Nya ke hadirat-Nya. Alangkah sedihnya Suraqah ketika mengetahui Rasulullah telah tiada.

Dia teringat kembali masa lalu, ketika dia berniat membunuh Nabi dan Rasul yang mulia, hanya karena mengharapkan seratus ekor unta di dunia. Padahal sekarang, andaikata dikumpulkan untuknya seluruh unta di muka bumi, lebih berharga berharga ujung kuku Nabi baginya.

Tanpa disadarinya, dia mengulang ucapan Rasulullah kepadanya, “Bagaimana hai Suraqah, jika engkau memakai gelang kebesaran Kisra?

Suraqah tidak pernah ragu, suatu saat pasti dia akan memakai gelang tersebut.

Saat itu jazirah Arab di apit oleh dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bizantium di barat dan Kerajaan Persia di timur. Sedangkan umat Islam masih sangat kecil, bahkan belum memiliki sebuah negara sekalipun. Janji Nabi kepada Suroqoh bahwa ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia seakan-akan mustahil, jika mempertimbangkan situasi dan kondisi umat Islam saat itu. Karena janji Nabi itu bermakna bahwa kerajaan Persia yang besar, berperadaban tinggi, dan memiliki tentara yang sangat menakutkan itu akan di taklukan oleh umat Muhammad di saat Suroqoh masih hidup. Padahal saat itu umat Islam masih sangat lemah! Namun, dalam hati Suroqoh tetap yakin akan janji Nabi Muhammad bahwa suatu hari nanti ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Pak. Salam literasi.

12 Sep
Balas



search

New Post