NURPAN HASPANDI

Nurpan Haspandi, seorang guru di daerah yang ingin terus belajar dari hal-hal kecil yang positif. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukan Superman

Bukan Superman

Sabtu pagi, setiap dua minggu sekali sekolahku mengadakan gerakan Sabtu bersih. Aku mendapat giliran mengawasi kelas VIII-3. Aku perhatikan sekeliling ruang kelas memang layak untuk dibuat bersih. Tiap kelompok siswa membawa alat-alat yang digunakan untuk bersama-sama membersihkan ruangan kelas dan juga taman.

Sambil mengawasi kelas, Dimas si ketua kelas kupanggil untuk membagi kelompok. Tiap kelompok bertanggung jawab, ada yang bertugas membersihkan kaca jendela, lantai kelas harus di pel, taman harus di rawat. Masing-masing siswa mulai sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tak hentinya terkadang aku dengan suara yang agak keras menegur beberapa siswa yang hanya menjadi penonton.

Dimas si ketua kelas VIII-3 yang memiliki badan besar sangat disegani kawan-kawannya, bukan karena bodinya yang gede. Kebaikan hati dan suka menolong temannya membuat anak-anak sekelasnya dan anak kelas lain menjadi sangat menghormatinya. Ketika kelas di pel, tanpa sepengetahuanku mereka mengeluarkan seluruh meja dan kursi yang berada di dalam kelas. Tapi ketika meja dan kursi hendak dikembalikan lagi ke dalam kelas, mereka tak sanggup untuk mengembalikan seluruhnya ke dalam kelas.

Tanpa diminta oleh teman-temannya, Dimas membantu memasukkan satu demi satu meja dan kursi yang tersisa. Melihat hal itu, seluruh temannya terheran-heran dengan tenaga yang dimilikinya, dikarenakan ketua kelas mereka ini baru saja selesai membantu teman yang lain membersihkan taman. Dimas kuat, Dimas hebat, teman-temannya meneriakkan namanya sambil bertepuk tangan. Ketika suara tepukan terhenti, seorang temannya yang lain nyeletuk “Dimas is Superman”. Yang si punya nama, namanya disebut seperti itu hanya bisa tersenyum, aku yang berada disamping Dimas juga tersenyum.

Ketika hari Senin tiba, sebelum upacara bendera dimulai, aku tidak melihat sosok Dimas di depan barisannya. Aku mulai bertanya-tanya dalam hati, gerangan apa yang terjadi dengannya. Setelah upacara bendera selesai, beberapa siswa menghampiriku. “Pak, Dimas sakit”, ujar mereka. Aku terdiam sejenak dan memberitahukan kepada mereka, nanti setelah pulang sekolah kita jenguk Dimas.

Sesampainya di rumah sakit, aku dan beberapa teman sekelas Dimas langsung menuju ruang perawatan. Di ruang perawatan, dalam sekejap saja menimbulkan suara berisik. Aku berusaha menenangkan anak didikku. “Oalaa Superman kok bisa sakit”, ujar beberapa anak bersamaan. Seketika Dimas bangkit dan duduk di tempat tidurnya sambil memegang erat tanganku. Dia pandangi temannya dengan senyum sambil berkata kepadaku “Pak, aku bukan Superman”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post