NURPAN HASPANDI

Nurpan Haspandi, seorang guru di daerah yang ingin terus belajar dari hal-hal kecil yang positif. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Salah Comot

Seperti biasa kalau hari Minggu aku harus mengisi isi lambung dengan sarapan pagi di warung langganan ku. Rutinitas seperti ini terjadi seperi biasa, aku datang ke warung tersebut dengan mengendarai sepeda motor dengan santai. Sesampainya di warung aku parkirkan kendaraan tersebut berjajar dengan sepeda motor lainnya tanpa aku melihat sekeliling tempat parkiran tersebut karena cacing-caing diperutku terasa menari-nari. Aku pesan seporsi makananku dan teh manis panas. Aku pun menikmati makanan dengan lahapnya tanpa memperhatikan orang-orang yang ada di dalam warung. Ketika makanan tinggal sedikit lagi, aku baru bisa memperhatikan pengunjung warung tersebut yang keluar masuk warung sarapan tersebut. Ada beberapa pengunjung yang aku kenal dan kami saling menyapa. Warung yang menyediakan sarapan pagi ini memang warung yang selalu ramai oleh pengunjung karena masakannya enak dengan harga terjangkau. Ketika sarapan ku telah selesai dan teh manis tadi telah kering di gelasnya karena telah berpindah tempat keperutku melalui kerongkongan. Kemudian aku pun membayar untuk seporsi sarapan dan segelas teh manis panas tersebut. Kemudian aku bergegas keluar dari warung dan mengambil kunci sepeda motor dan dengan santainya aku mengendarai sepeda motor tersebut untuk menuju ke rumah. Rutinitas seperti biasa pada Minggu pagi aku membersihkan halaman rumah dan segala pekerjaan ringan yang harus diselesaikan. Memasuki waktu Zuhur aku bergegas ke masjid yang tidak jauh dengan tempat tinggalku mengendarai sepeda motor. Untuk beraktifitas pada hari Minggu Itu entah berapa kali aku menggunakan sepeda motor kesayanganku itu. Keesokan harinya hingga beberapa hari ke depan aktifitasku seperti biasa tidak ada yang aneh. Hal tak terduga terjadi ketika aku memasukkan sepeda motorku ke tempat pencucian sepeda motor karena kulihat sepeda motornya udah tidak nyaman lagi untuk dipandang. Ketika proses pencucian hampir selesai dan tinggal finishingnya aja, datanglah seorang bapak yang aku kenal menghampiriku dengan membawa sepeda motor yang sama warna dan model sepeda motornya dengan punyaku. Bapak tersebut menyapaku setelah memarkirkan sepeda motornya. Sambil berbasa-basi kutanyakan apakah bapak itu mau cuci sepeda motornya. Tapi aku heran kelihatannya sepeda motor bapak itu masih bersih kenapa dia mau mencuci sepeda motornya. Lalu kubilang dengan bapak tersebut sepertinya bapak harus antri karena banyak pengunjung yang mencuci sepeda motornya. Dengan senyum bapak itu menjawab bahwa dia tidak datang untuk mencuci sepeda motornya. Lalu dia menjelaskan dengan wajah yang serius dan beberapa pengunjungpun menyaksikan. Bapak itu mengatakan bahwa saya telah salah membawa sepeda motor. Sepeda motor yang saya bawa beberapa hari ini adalah kepunyaannya. Seketika wajah saya berubah, tidak tahu lagi saya apa yang akan saya ungkapkan dengan tatapan beberapa pengunjung. Dengan tersenyum bapak tersebut menepuk bahu saya dan menyalami saya sambil mengatakan sudahlah hal ini gak usah dipikirkan. Kita tukar saja sepeda motornya di sini. Sambil menukar sepeda motornya bapak itu tersenyum sambil berlalu dari hadapanku dan aku terpana sambil pergi tanpa berani melihat tatapan beberapa pengunjung yang sepeda motornya belum selesai dicuci

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post