Pagi yang cerah. Burung-burung berkicau, berlompatan di dahan-dahan. Angin semilir menyapa rerumputan. Meliuk-liuk indah di sepanjang jalan.

Fitri bersepeda bersama teman-temannya. Sesekali dia sendirian, sesekali dia berjajar sambil bercengkerama bersama Ayu, sahabat karibnya.

Tiba di sekolah masih pukul setengah tujuh. Sepeda Fitri segera disandarkan di pagar tempat parkir. Dia selalu memilih tempat paling tepi untuk memudahkan mengambil sepedanya saat pulang.

"Fitri, aku boleh nggak pinjam bukumu?" tanya Gading yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

Fitri menoleh sembari membetulkan tali tas slempangnya. Senyumnya menawan. Lesung pipit menambah kecantikannya. Apalagi giginya juga rapi. Seperti seorang artis yang sering tampil di televisi.

"Buku apa? Peer lagi?" tanya Fitri.

"Nggak. Kali ini nggak lah yaw. Aku sudah mengerjakan peer semalaman," jawab Gading sambil memegangi rambutnya yang berantakan.

"Lalu? Buku apa?"

"Buku tulis saja. Ada nggak yang masih kosong di halaman belakang atau di tengahnya?" tanya Gading.

"Emang kamu nggak bawa buku tulis?" tanya Fitri

Gading menggeleng. Fitri segera membuka tasnya. Sebuah buku bergambar bunga tulip diberikan kepada Gading. Gading tertawa sambil berlari kecil meninggalkan Fitri yang terheran-heran.

Tak lama setelah Gading meninggalkannya, Fitri bergegas menuju kelas. Sedangkan Ayu telah lebih dulu menuju kelas sebelum Gading tiba di tempat parkir sepeda.

Bersambung.