"Kok lama, Fit?" tanya Ayu saat melihat Fitri masuk kelas.

Fitri hanya tertawa. Diletakkannya tas selempang warna biru itu di meja. Dia lalu beranjak, meningalkan Ayu yang belum selesai menyapu.

Cuaca lumayan terang biarpun ada awan. Di halaman masih ada dedaunan yang berserakan. Fitri berdiri di dekat pintu. Ditengoknya teman-temannya yang ada di depan kelas sebelah.

"Fit, bantu dong!' teriak Ayu yang tak juga selesai membersihkan kelas.

"Lha kan, aku tidak piket," jawab Fitri.

"Masa sih, mbantu aku nunggu kamu piket? Namanya nggak mbantu itu, " kata Ayu kesal.

Fitri segera merapat. Dia memang sengaja menggoda Ayu. Tepat pukul tujuh, bel berdentang tanda jam pelajaran pertama segera dimulai

Ayu bergegas mencuci tangan setelah meletakkan sapu di sudut ruangan. Sementara Fitri sudah lebih dulu membersihkan tangannya. Fitri dan Ayu duduk terpisah. Mereka tidak berada dalam bangku yang sama. Fitri sebangku dengan Dea.

Dari ruang guru tampak Bu Lusi, guru matematika di kelas Fitri sedang menata buku. Beberapa map ada di tangan beliau.

Fitri mengintip dari balik pintu. Karena tempat duduk Fitri berada di dekat jendela, bersebelahan dengan pintu kelasnya. Tempat yang strategis untuk menikmati keindahan pemandangan di luar kelas. Juga berbagai aktivitas lainnya.

Tiba-tiba Gading sudah berada di dekat pintu kelas Fitri. Sambil tengok kanan kiri, Gading menyerahkan sebuah buku kepada Fitri. Buku yang baru saja dipinjamnya saat berada di tempat parkir sepeda.

Fitri segera menyaut buku itu dengan gemetar karena ada sebuah amplop berwarna merah muda terjatuh di lantai.

Bersambung