Nursaniah Pasri

Nursaniah Pasri lahir di sebuah kota kecil Padangsidimpuan 46 tahun yang lalu. Selain mengadu kepada Allah, pensil dan kertas adalah sahabat setia saat didera s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kera dan Pak Tua
Hari ke 38

Kera dan Pak Tua

Hari Minggu yang cerah. Saya dan anak-anak sedang dalam perjalanan ke kebun yang cukup jauh di pinggiran kota. Mengunjungi Kebun adalah aktivitas yang sangat disukai anak-anak saya. Mereka tak pernah bosan dengan hamparan hijau tanaman sepanjang jalan, ditambah area luas yang membuatnya bebas melakukan banyak aktivitas, mendirikan tenda, bermain layangan, memancing, lomba lari ke pondok sampai membaca buku di dahan pohon yang rindang. Setelah hampir satu jam dalam perjalanan kamipun sampai.

Pak Sobri penjaga kebun segera menyongsong kedatangan kami. Wajahnya yang selalu gembira hari ini terlihat agak kurang bersemangat. “ Serpertinya panen kita kali ini akan gagal bu, pasukan kera sedang merajalela, dalam semalam jagung dan timun banyak yang dirusak, dan sepertinya belum berakhir sampai sekarang.”

Saya segera menuju kebun jagung, banyak batang patah dan jagung muda berserakan dimana-mana, begitu juga dengan kebun mentimun. “Mungkin kawanan habitat kawanan kera itu dirusak pak Sobri,” hibur saya.”Banyak kawasan yang dijadikan perumahan, mereka kehilangan tempat tinggal juga sumber makanan.”

“Iya bu, bisa jadi itu penyebabnya.”

Saya melepas pandangan ke kebun di sebelah Selatan kebun kami. Tanaman jagung terhampar hijau, tak ada kerusakan, juga tanaman-tanaman lainnya. “Itulah bu, kami para pekerja dan peladang di sekitar sini juga heran, kenapa kebun pak tua tak pernah di rusak. “ Pak Sobri menjelaskan seolah tahu apa yang ada dalam pikiran saya.

“Mengapa pak Sobri tidak bertanya saja pada pak tua.” Saran saya.

“Pak tua, sedikit aneh bu, jarang berbicara dengan orang lain, tapi beliau suka berbicara sendiri. Kami jadi takut mendekatinya.”

Saya tertawa mendengar alasan pak Sobri.” Ya sudah, nanti saya yang kesana.”

“Jangan bu, ibu belum mengenalnya, saya khawatir kalau ibu bertemu beliau, kita belum kenal wataknya.”

“Tak kenal maka tak sayang Pak Sobri.” Saya tertawa berusaha membuat pak Sobri tenang.

Setelah memastikan anak-anak aman dalam tenda dom yang mereka pasang bersama pak Sobri, diam-diam saya berjalan menuju kebun pak tua. Dari kejauhan saya mendengar dia seolah olah berbicara sendiri dalam gumaman sambil menyiangi gulma di sela tanamannya. Pak tua tampak sedang konsentrasi dalam gumamnya sehingga tidak menyadari keberadaan saya. Kian dekat ucapannya kian jelas, MasyaAllah ternyata beliau sedang melantunkan dzikir, saya terharu dan merasa kagum. Ternyata penilaian orang-orang di sekitarnya yang menganggapnya aneh adalah sebuah kesalahan besar.

Saya tidak melanjutkan langkah lagi, saya terpekur dan merasa sudah menemukan jawaban atas tanya yang belum saya sampaikan. Saya segera memutar badan untuk kembali ke kebun.

“Assalamualaikum bunda Hisham.” Sebuah sapaan menghentikan gerak langkah saya.

“Waalaikumsalam, pak.” terbata saya menjawab karena terkejut dalam sapaannya .

“Hisham, ada bunda tuh.” teriaknya agak keras

Saya makin terkejut karena putra saya Hisham ternyata ada disana, tengah santai membaca buku di serambi pondoknya yang lumayan tinggi.

Hisham meringis menghampiri saya. “ Maaf bun, bunda cari Hisham ya...?”

Antara gembira dan jengkel beradu dalam pikiran saya. Jengkel pada Hisham yang diam-diam pergi tanpa ijin, dan gembira atas alibi mencoba menemukannya disini.

“Lain kali kalau mau kemari, pamit dulu sama bunda, orangtua pasti cemas jika pandangannya lepas dari anak-anaknya.” nasehatnya.

“Iya kek, Hisham janji. Maafin Hisham ya bun, hayu bun,” ajak Hisham sambil menggamit lenganku.

“Maaf pak, boleh saya bertanya sesuatu?”

“Boleh nak, ayo apa yang bisa bapak bantu.” ramah suaranya.

“Sebenarnya tadi saya sengaja kemari ingin mencari tahu penyebab kebun bapak yang tidak dirusak kawanan kera, seperti kebun-kebun yang lain. Tapi mendengar dzikir bapak sepanjang beraktivitas saya merasa sudah menemukan jawabannya. Tapi pak, dzikir itu kan dari hati, tak mungkin saya meminta pak Sobri dan pekerja lainnya berdzikir terus seperti yang bapak lakukan.”

Beliau tertawa pelan, “dzikir saya untuk penyambung hati dengan Allah, dengan dzikir saya merasa damai karena merasa sedang berbicara dengan Allah. Jadi bukan semata-mata hanya ingin menghindari ujian Allah. Selain berdzikir saya selalu berbicara dengan kera-kera itu, meskipun saya tak tahu mereka mendengar atau tidak, tapi saya selalu berpesan agar tidak menghabiskan rezki yang Allah berikan lewat tanaman saya. Saya selalu mengingatkan agar tolong jangan dihabiskan, tetaplah berbagi, karena dalam tiap-tiap rezeki ada bagian orang lain. Alhamdulillah mereka masih menyisakan rezeki buat saya.”

MasyaAllah, banyak pelajaran yang saya dapatkan hari ini. Pelajaran yang akan saya tularkan pada diri sendiri, pada keluarga, pada siswa-siswa saya juga pada Pak Sobri dan teman-temannya. Terimakasih pak tua, semoga Allah selalu mencatat penghambaanmu sebagai bekal ke sorga-Nya kelak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang mantul Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

09 Sep
Balas

Tksh supportnya bunda, salam santun....

09 Sep

dalam tiap-tiap rezeki ada bagian orang lain.. mantab ibu Nursaniah salam literasi sukses selalu

09 Sep
Balas

Smg kita trmasuk yg slalu mengingatnya ya pak, salam sukses...

09 Sep

cerpen yang sangat bagus...dalam rezki kita ada hak orang lain ya bun...salam kenal ..dan sudah saya follow, saling follow ya, semangat literasi

09 Sep
Balas

Tksh bunda, ok bund, sy follow back, snang kunjungannya... Salam sukses

09 Sep

Cerpen keren Bunda. Semangat berliterasi dan berkolaborasi semoga sukses selalu. Amin.

10 Sep
Balas

Aamiin.... tksh supportnya pk Edy...

10 Sep

Subhanallah, ilmu yang bermamfaat, sukses sll bu

09 Sep
Balas

Tksh dupportnya bu, juga kunjungannya, salam literasi...

09 Sep



search

New Post