Nur Sofiah

Perempuan biasa-biasa saja yang lahir di kota Pahlawan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Dzaskia Anak Hebat,  Dibalik Kepergian Ayah

Dzaskia Anak Hebat, Dibalik Kepergian Ayah

Ya Tuhan, baru kali ini aku tak berani menatapnya lekat. Wajahnya sendu terlihat duka mendalam dibalik tatapan matanya. Sungguh, sangat berbeda. Hatiku seperti teriris, ikut menangis merasakan apa yang sedang dirasakan. Aku berusaha menahan buliran air mata ini. Semoga aku mampu membendungnya.

Kisah ini tentang siswa hebatku. Namanya Dzaskia. Perangainya cerewet, kritis, dan selalu terbuka. Selama ini tak pernah terlihat kesedihan kecuali tidak tercapai keinginannya, dia pasti menangis. Menangisnya juga sangat jarang. Pernah kujumpai sekali ketika kelas 5. Saat itu tas yang akan dibawa ke Cito belum dibawakan oleh ibunya. Ibu mengantarkannya terlambat karena suatu hal. Si gadis nampak berkaca-kaca, bukan tangisan yang menderu-deru. Sejak saat itu tidak pernah lagi. Dia juga anak paling aktif masuk sekolah. Tak pernah dia ijin hanya karena pusing atau sakit ringan.

Dzaskia paling semangat kalau bercerita tentang drama dan artis korea. Impiannya untuk ke Korea dan bertemu dengan artis favoritnya begitu menggebu. Celotehnya sering membuatku tersenyum lebar dan aku pun mendapat banyak informasi darinya tentang artis idola anak zaman sekarang. Dia termasuk anak gaul, tidak ketinggalan dengan berita masa kini.

"Ustdzah, artis Korea itu Keren-keren us. Dramanya juga bagus."

"Perasaan semua artis Korea mukanya sama, "jawabku santai untuk mengimbangi ceritanya yang begitu menggebu.

"Lha ustdzah nggak suka sih. Jadi nggak bisa nge-bedakan," balasnya sok paham betul tentang artis korea.

Ya, saya tidak menyangkal ucapannya karena memang saya tidak begitu mengikuti dra-kor atau lagu-lagu korea. Sepertinya kita memang beda zaman, nduk. Hahaha.... Kliatan usianya.

"Kalau gitu semangat dan belajar yang giat biar bisa ke Korea suatu hari nanti. Ustadzah doakan. "

"Amin, " jawabnya girang.

Hari ini ia terlihat jauh berbeda. Aku benar-benar tak kuasa memandang wajahnya. Sejak kejadian yang menimpanya kemarin. Sebuah peristiwa yang tak disangka-sangka. Dan peristiwa satu ini memang tak ada satu manusia yang mengetahuinya. Kepergian seorang ayah untuk selama-lamanya. Hiks

Subuh kemarin di wa-ku ada pesan masuk. Tertulis mama Dzaskia. Setelah kubuka tertulis pesan, "Ustdazah mohon ijin Dzaskia tidak masuk hari ini dan ikut ulangan menyusul karena ayahnya meninggal dunia jam satu malam tadi. "

Begitu membaca pesan di layar mungilku, tubuhku lemas seolah tak percaya. Sakit apa? Mengapa Dzaskia selama ini tidak cerita? Padahal anak-anak selalu bercerita tentang orang tua, adik, dan kakak mereka. Anak-anak selalu menyampaikan kepadaku jika ada masalah atau sesuatu yang ingin ditanyakan. Tak jarang kisah orang tuanya kuketahui dari celoteh mereka. Dari masalah remeh temeh hingga masalah rumah tangga yang besar, cukup menguras pikiran tuk mendengarnya. Solusi yang kuberikan cenderung penguatan karakter kepada si anak.

Nah, ini! Tak pernah kudengar cerita dari bibir mungilnya tentang ayahnya. Mukanya pun selalu ceria. Tidak ada kesedihan sama sekali, sebelumnya. Ya, memang tidak ada yang diceritakan. Kematian ayahnya benar-benar tak disangka.

Kemarin saya dan beberapa guru takziah ke rumah Dzaskia. Duka terlihat jelas di mata mereka. Ibu dengan tiga anak ini tiada henti menangis setiap tamu datang. Ya, almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga anak. Anak pertama kuliah di ITS, anak kedua SMP kelas 2, dan Dzaskia adalah anak bungsu. Di sela kedatangan kami, si ibu bercerita bagaimana proses sebelum ayah Dzaskia tiada. Semuanya berlangsung begitu cepat. Ayahnya memang sakit batuk selama dua bulan ini. Pengobatan juga sudah dilakukan. Terakhir dibawa ke dokter kembali karena napasnya sesak. Setelah dicek dokter ternyata perutnya kembung dan lambungnya mendorong paru-paru sehingga susah napas. Ayah Dzaskia diminta untuk foto ronxgent. Ya, semua dilakukan sesuai prosedur. Mama Dzaskia sudah berusaha yang terbaik untuk itu semua. Malamnya tiba-tiba ayah Dzaskia kejang dan sempat tidak sadarkan diri. Keluarga membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di sana, nyawanya sudah tak tertolong lagi.

Takdir kematian yang tiada disangka membuat syok seluruh keluarga termasuk Dzaskia. Keikhlasan untuk menerima takdir Allah itu harus tapi semuanya butuh proses. Hari ini Dzaskia sudah berada di tengah-tengah kami. Dukanya tidak membuatnya lalai untuk belajar karena hari ini masih PTS tapi binar mata dan tatapannya masih terpuruk, sedih. Sesekali kumelihat dia mengusap sesuatu yang jatuh di pipi halusnya. Buliran air mata. Mungkin dengan berada di antara teman-temannya dapat menghibur hatinya.

Aku yakin Dzaskia pasti kuat karena dia anak hebat. Dia adalah anak yang tegar. Aku hanya dapat mendoakannya semoga kelak dia mampu meraih impiannya.

Kutulis ini dengan beberapa kali mengusap buliran air mata yang menetes tanpa kumampu hentikan. Sambil kumemandang wajah sendu itu dibalik laptopku. Aku akan membuatmu kembali ceria anakku karena dukamu adalah dukaku.

Surabaya, 14 September 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post