Tahun 2020 ini merupakan tahun spesial. Tidak banyak kegiatan yang saya ikuti dan lakukan tetapi saya merasakan tahun ini spesial. Pandemi corona menggagalkan banyak aktivitas dan kegiatan yang sudah terencana sebelumnya namun ada hal-hal yang tak terencana terjadi. Bahkan menjadi sebuah kejutan buat diri saya. Rasa syukur tak hingga kepada Allah, Sang Penguasa yang masih memberi nikmat sehat hingga malam ini, 30 menit lagi pergantian tahun. 

Kilas Balik tahun 2020:

Dua bulan pertama serius menyiapkan siswa-siswa kelas 6 untuk persiapan ujian sekolah, namun pertengahan Maret diumumkan ujian sekolah ditiadakan. Anak-anak belajar di rumah. Semula semua siswa nampak senang karena ada waktu rehat setelah mengerjakan tryout-tryout. ya, satu minggu dua minggu hingga akhirnya satu bulan mereka belajar dari rumah. Kejenuhan mulai terasa. Dengan sedih anak-anak menyampaikan ingin belajar di sekolah, kangen dengan teman-teman, kangen dengan guru-guru, dan banyak hal yang sebelumnya menjadi rutinitas kini tak dilakukan lagi. Rindu kian membuncah. Semua itu diluar keinginan kita semua. Manusia hanya berencana namun segala yang terjadi atas kehendak-Nya. Pandemi corona telah mengubah segalanya. 

Perpisahan dan wisata akhir tahun tepatnya akhir Mei tak ada. Kecewa, pastinya. Sedih, iya namun itulah yang terbaik saat itu. Banyak meme-meme dibuat tahun ini sebagai lulusan corona. Sedih rasanya melepas anak-anak tanpa kata perpisahan. Impian satu kamar di hotel pupus sudah karena tak ada rekreasi. Sebagai guru, saya harus dapat membangkitkan semangat mereka dan tidak membiarkan siswa dalam kegelisahan. Sering kami bercanda dan tertawa saat google meet maupun zoom. Kadang kita melakukan video call untuk melepas rindu karena memang saat itu siswa kelas 6 dalam dilema. Dilema karena setelah ini mereka melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan tidak berada di sekolah ini lagi. Ada yang bersekolah di SMPN, SMP swasta, dan sebagian lagi masuk ke pondok pesantren. 

Memasuki tahun pelajaran baru namun pandemi corona belum juga berlalu. Di tahun ajaran 2020/2021 ini saya dipercaya untuk mengajar kelas 4. Senang rasanya, lebih bisa mengeksplore kemampuan anak-anak tapi sayangnya kita masih belum tatap muka. Pembelajaran masih dilakukan secara daring. Walau demikian, kami berusaha menjalin keakraban secara virtual tanpa melupakan tugas utama saya sebagai guru dan selalu mengingatkan anak-anak dalam menumbuhkan karakter positif dan nilai-nilai keagamaan.

Bulan Agustus, Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerja sama dengan SBO TV membuat program berbasis pendidikan, yaitu GURUKU. Dimana penyajinya bukan dari artis atau penyiar tetapi guru-guru Surabaya. Sebuah kebanggaan sekaligus takut ketika terpilih sebagai salah satu penyaji materi di acara tersebut. Bangga karena bisa berbagi kepada siswa SD se-Surabaya. Takut jika ada kesalahan saat menyajikan materi. Rasanya seperti nano-nano saat tampil kali pertama. Tampilan berikutnya menjadi hal yang menyenangkan dan membahagiakan apalagi melihat keceriaan anak-anak saat telepon interaktif dengan siswa saat acara berlangsung.

Lima bulan telah terlewati penyajian pembelajaran dalam program GURUKU. Berbagai tantangan dan cerita telah dilewati. Dengan suka cita kami bahagia bisa memberikan sedikit warna dalam pembelajaran untuk siswa Surabaya. Tak disangka, Dinas Pendidikan memilih 3 penyaji terbaik dari SBO dan 3 penyaji terbaik dari TV 9. Ya, saya terpilih salah-satunya. Alhamdulillah.

Pengumuman dibacakan saat peringatan hari guru sekaligus ulang tahun PGRI namun pemberian penghargaannya ditunda karena berbagai faktor. Di antaranya karena adanya larangan berkerumun selama pandemi sehingga hanya diwakili oleh beberapa guru, kepala sekolah, pengawas, dan pegawai dinas terkait yang dihadiri langsung oleh ibu walikota Surabaya, Ibu Risma. Penghargaan guru-guru yang lain diberikan di lain hari, yaitu di bulan terakhir tahun ini tepatnya 30 Desember. 

Pembagian piala dan penghargaan diserahkan oleh sekretaris dinas pendidikan Kota Surabaya. Di sela sambutannya, beliau menyampaikan permohonan maaf apabila ada yang belum menerima piagam penghargaan ini karena piagam tersebut ditandatangani langsung oleh Bu Risma, walikota Surabaya sebelum digantikan oleh Eri Cahyadi saat ini. 1500 piagam ditandatangani langsung oleh beliau. Bu Risma menolak tanda tangan digital. Belum selesai tanda tangan semua piagam, Bu Risma sudah diangkat menjadi menteri sosial dan berada di jakarta saat ini. Oleh karena itu sedikit tertunda tanda tangannya. Satu pelajaran berharga yang bisa saya petik, betapa luar biasanya Bu Risma dalam menghormati dan menghargai guru-guru Surabaya. Walau belum bisa bertatap muka langsung, beliau sudi membubuhkan tanda tangan satu persatu piagam tersebut. Ini menunjukkan cara beliau menghormati dan merasa bangga dengan guru-guru Surabaya. Sayangnya, piagam dan piala tersebut tidak dibagikan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan. 

Senang sekali ketika menerima piala tersebut. Ini merupakan hadiah di pengujung tahun 2020. Selain itu, sebagai pematik diri untuk berbuat lebih baik lagi, lebih giat, dan selalu ikhlas dalam berbagi.