Pagi ini saya mulai mengajar lagi, semester dua. Sebagian sekolah sudah memulainya kemarin tapi sekolah kami masuk hari ini.

Untuk mengawalinya, saya masuk kelas membawa kertas hvs kosong sejumlah siswa. Mereka memandang dengan tatapan penuh tanya. Ada seorang anak yang nyeletus.

"Lho... Ustazah, kok bawa kertas kosong. Apa ada ulangan?"

Serentak anak-anak menghampiri dan cium tangan tanpa kecuali walau di otaknya penuh tanya, penasaran.

Si Dirta juga digulat rasa penasaran.

"Untuk apa ustazah kertasnya?"

Siswa yang lain tak kalah penasaran juga. Semuanya saya jawab dengan senyuman, membuat mereka semakin penasaran. Ahay... Saya berhasil.

Setelah anak-anak duduk, saya bagikan kertas tersebut. Jantung mereka sepertinya semakin berdebar. Saya lihat dari tatapan mereka, ekspresi yang aneh.

Nah, setelah kertas terbagi semua, saya sampaikan ada apa dengan kertas kosong itu dan langkah selanjutnya yang harus dilakukan dengan kertas tersebut. Ya, mereka harus menuliskan target atau resolusi yang ingin dicapai tahun 2019. Muka mereka berubah seketika. Ada senyum. Mereka mulai menuliskan target tahun 2019.

Beberapa target yang mereka tuliskan, misalnya Davin menargetkan nilai USBN Bahasa Indonesianya 98, matematika 100, dan IPA 100. Berikut dituliskan juga usaha dan perbaikan diri. Tak kalah, Mirza dan Sevilla juga menuliskan hal yang sama.

Guru kurang afdol kalau tidak ikut menulis juga. Ya, saya menuliskan target tahun ini. Menulis 3 buku dalam 1 tahun, mengantarkan siswa kelas 6 meraih mimpi mereka, sukses USBN dengan nilai sangat memuaskan. Bismillah...

'Man jadda wajada', barang siapa yang bersungguh sungguh dia akan mendapat hasilnya.

Ya, saya yakin hasil tak pernah menghianati proses. Begitu juga cintaku padamu, benar adanya. Ups, kok jadi bahas cinta.

Mengapa anak-anak harus menuliskan target mereka? Ya, ibarat bermain sepak bola, seorang pemain harus tahu posisi gawang. Ia pasti berusaha menggiring bola ke gawang apapun rintangan yang dihadapi. Tidak mudah, dengan sekuat tenaga berusaha untuk mencetak gol. Bayangkan seorang pemain bola yang tidak tahu posisi gawang, apa yang terjadi? Yang mereka dapat hanya capek dan lelah, menggiring dan menendang bola serta berlari tanpa tujuan. Begitu pula anak-anak kelas enam yang akan menghadapi USBN.

Yang tidak kalah pentingnya, di tahun 2019 ini, saya tetap menggunakan rangkapan legging jika memakai rok. Selalu siap walau disuruh manjat pohon atau naik tangga yang tidak tertutup bawahnya. Apalagi tiba-tiba terjengkal dan jatuh. Aman terkendali.

Itu sepenggal resolusi saya, bagaimana dengan anda?

3/1/2019