Nur Sofiah

Perempuan biasa-biasa saja yang lahir di kota Pahlawan....

Selengkapnya
Navigasi Web
RIO, merindumu kesalahan terbesarku
http://4.bp.blogspot.com/

RIO, merindumu kesalahan terbesarku

     Hatiku menjerit. Rasa kangen ini membuncah. Peristiwa itu terngiang kembali dalam sesak ku. Tak tahan rasanya bila ku harus menepisnya. Mengapa dia terus mengahantui ku? Datang di setiap mimpiku. Makanan khas palembang ini, menerbangkan tubuhku melewati lorong waktu ke satu tahun yang lalu.

     Waktu itu, hp yang tergeletak di atas meja, diantara dokumen-dokumen yang berserakan itu berdering. Tugasku yang menumpuk dan memaksa ku bermesraan dengan keyboard dan layar monitor 12 inchi ini, ku hentikan sejenak. Setelah berdering untuk kesekian kalinya, aku coba meraihnya. Jaraknya dua kepalan dari juluran tangan ku. Ku dorongkan tubuh ku kearahnya.

     Seperti kebiasaanku sebelum-belumnya. Ku letakkan jari telunjukku ke layar hp dan menggeser sedikit ke kanan. Pandangan mata ku masih terfokus pada layar monitor di depan ku.

     “ Hallo, Assalamualaikum”

     “ Waalaikum salam”

     Suara itu, tiba-tiba jantungku berdegub. Tubuh yang sedikit layu ini nampak segar seolah tersiram oleh derasnya air hujan. Keringat di kening tiba-tiba berubah seperti embun. Dingin disambut oleh angin mendesir. Mata ku melotot, ku tatap layar hp. Oh.... My God. Teriak ku dalam hati. Apakah aku sedang mimpi? Tidak, it’s real sambil ku cubit pahaku.

     Dalam sekian detik, aku coba menyeimbangkan perasaanku. Walau aku coba menutupinya tapi rasa gugup ini tidak mau menjauh dariku. Kata-kata yang kuucapkan menjadi tak tersusun rapi. Nampak grogi. Aku berharap dia tidak mengetahuinya. Beruntungnya aku, ia tidak bisa melihat muka merah ku, darah seolah mengalir naik ke atas. Laki-laki dibalik suara hp ini benar-benar mengejutkanku. Ia pun melanjutkan,

     “ Hari ini sibuk nggak?”

     “Eh....Nggak.”

     “ Saya tunggu di restoran NF ya... Jam dua. Bisa tidak?”

     “ iya...”, pertanyaan yang dia lontarkan seolah tiada jawaban lainnya.

     Setelah mendengar jawabanku, dia ucapkan salam dan tiba-tiba tak ada suara lagi. Aku masih terdiam, aliran darah ini seolah terhenti sesaat. Setelah tersadar, aku pun melihat layar. Hah... Sudah jam satu. Segera ku leburkan kegugupanku dan ku bereskan meja kerjaku. Aku pun bergegas mematikan monitor di depanku.

     Ada waktu 30 menit untuk mempersiapkan diri, itu cukup bagiku. Kebetulan, aku termasuk tipe orang yang tidak terlalu ribet dengan dandanan apalagi soal bermake up. Tampil sederhana tapi tampak anggun dan cantik, itu prinsipku.

     Ku susuri jalan pahlawan ini dengan sepeda motor kesayanganku. Ya, karena ini satu-satunya yang selalu setia ku bawa kemanapun. Dari hotel hingga pasar tradisional. Melaju 80km/jam, kecepatan yang biasa aku tempuh di jalan utama.

     Setelah ku parkirkan sepedaku, aku bergegas ke restoran tersebut. Sambil mengambil hp dalam tas, kulihat jam di layar. Pukul 14.05. Terlambat lima menit. Pasti dia belum datang, batinku. Betapa kagetnya aku, dia sudah berdiri di depan NF. Entah berapa lama laki-laki gagah ini sudah menunggu di situ.

     “ Maaf, terlambat.” ucapku.

     “ iya, aku juga belum lama .”

     Aku berharap dia tidak memandang wajahku saat itu, aku sedang menetralkan muka dan detakan jantungku. Ku tarik napasku pelan dan berulang, agar tidak nampak olehnya. Dia pun mengajakku masuk. Sebuah penyambutan yang luar biasa.

     Sebuah tempat yang romantis, nuansa uniknya restoran ini nampak dari accessoris dan foto-foto yang menempel di dinding. Alunan lagu lawas The Beatles, Don’t let me down dan yesterday seolah menjadi pelengkap suasana. Benar-benar klasik dan romantis. Sore ini aku bak putri istana di era 90’an. Aku menikmatinya. Wow...romantis.

     Seorang wanita cantik datang menghampiri meja kami dengan menyodorkan lembaran tebal dan menarik. Oh, rupanya menu restauran ini. Setelah aku amati, ternyata semua menu adalah masakan khas Indonesia. Tanpa basa-basi, aku pun memesan empek-empek. Makanan yang kaya protein hewani ini menjadi makanan kesukaanku sejak aku bertemu dengannya.

     Makanan khas palembang di restoran ini memiliki cita rasa tersendiri. Selain enak dan bergizi tinggi, rasa cukanya nendang di lidah seolah tak ingin terputus. Es jeruk nipis adalah pasangan yang tepat untuk menjaga agar tubuhku tetap langsing. Begitu juga Rio, begitu lah panggilan akrabnya. Dia memesan menu yang sama.

     Senja mulai menepi namun tak ingin rasanya aku jauh darinya. Sesekali suapan itu, Rio landaskan di mulutku. Aku pun menikmatinya. Candaannya di sela-sela menikmati menu restoran ini, membuatku dapat memandangnya berlama-lama. Tapi, saat Rio memandangku dengan tatapan hangatnya, aku menunduk. Aku menikmati wajahnya secara sembunyi.

     Beberapa saat kemudian, Rio mengambil sesuatu dalam tas ranselnya. Kotak yang terbungkus rapi. Tanpa permisi, ia memegang tanganku. Kotak itu diletakkan diantara kedua tanganku. Lama tak dilepaskan. Bukan benda yang dia berikan yang membuatku gugup. Tapi, justru genggaman tangannya yang begitu kuat membuatku merasa sebagai wanita paling hebat.dan aku pun tak sanggup menolaknya. Tiba-tiba dia berucap,

     “ Aku cinta kamu.”

     Sepertinya dia tidak membutuhkan jawaban dariku dan memang Rio tidak menanyakan itu. Ini ada apa? Sore ini, aku terhipnotis olehnya. Seolah semua kata yang terucap dari bibir mungil itu kutelan bugil tanpa penolakan atau sanggahan. Ia pun seolah telah membaca semua kalimat yang kusimpan tanpa sisa. Dia tak pernah terlihat seserius ini.

     Rinai hujan di luar menahan kami berlama di restoran ini. Lantunan Everything I do, I do it for you, Brian Adams menjadi lagu terindah sore ini.

     “Akan kah kau lakukan itu untuk ku?” aku berbisik pelan berharap Rio tak mendengarnya. Justru dia mengangguk. Ini mengubah suhu tubuhku. Semakin dingin dan menggigil, genggaman satu tangannya berpindah dipunggungku. Ingin rasanya waktu ku hentikan agar aku bisa menikmati suasana sore ini tanpa melewatkan malam.

     Rio, lelaki yang cerdas. Selain romantis, dia juga humoris. Aku dibuat tersenyum sesekali tertawa mendengar candaannya. Sungguh, tak pernah aku menduga dia melakukan semua ini. Aku pengagum rahasianya yang tak pernah dia tahu sejak awal pertemuan kami di rapat dewan beberapa waktu lalu. Pertemuan beberapa kali itu seolah menumbuhkan rasa cinta ini semakin meninggi.

     Setelah sore itu, dia intens menghubungiku. Di sela-sela padatnya jadwal, selalu menyempatkan bertanya kabar dan joke ringan. layaknya makan, 3 kali sehari Rio selalu menyapaku atau hanya sekedar say hay..... Ini yang membuat sejuknya relung dadaku dan selalu menanti-nanti saat dia belum memberiku kabar.

     Pertemuan yang jarang mampu menanam kerinduan yang selalu berkecambah dan tumbuh. Kelak memanen dengan hasil berlipat. Sebuah pengharapan dariku, pemujamu. Rio, kian menggebu rindu hati ini. Namun, satu bulan ini tiada kabar ku dapat darimu. Mungkin, kau sibuk dengan segala urusanmu. Aku bersabar dan diam.

     Satu bulan....dua bulan, tiga bulan sampai hampir setahun kau tiada memberi kabar padaku. Ini membuat hatiku menganga. Mencoba mencari tahu dimana keberadaanmu. Akun facebookmu sudah tidak aktif, nomor yang biasa menyapaku dengan manja tak dapat ku hubungi. Whatapp pun terblokir. Mengapa? Mengapa kau menyiksaku dengan keadaan ini? Terperanjat hati ku dibalik raga lesu ini.

     Kerinduan yang mulai menguncup, tidak dapat mekar justru mengatup dan layu. Kemana aku bisa menemukanmu? Seolah menghilang ditelan bumi. Sakit, sungguh sangat menyakitkan. Hampir setiap malam, derai air mata ini membasahi bantal. Senyum ku berganti dengan kesedihan. Tawaku menjadi tangis. Hiks. Akankah kita dipertemukan kembali? Besar harapku kepadamu, Rio.

     

     

     

     .

     

     

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, diksi yg kuat hingga aku pun terbawa perasaan, sakit saat kalimat terakhir penuh rasa yang pahit, hehehe ....

05 Jul
Balas

Ini baru belajar mencoba menulis cerpen. Trm ksh bu nining sudah mau membacanya.

06 Jul

Sypun terbawa perasaan.....keren cerpennya, bu

07 Jul
Balas

Mencoba menelusuri. Ehm.. Manteb Bu.

06 Jul
Balas

Terima kasih pak

06 Jul

Duh menahan rindu itu menyakitkan bu...kerennnn....saya suka.

08 Jul
Balas

kalau mau ketemu Rio Ferdinad langsung saja ke Inggris bu he he

06 Jul
Balas

Saya mau nya ketemu rio suandi dimana pak? Heheheeee

06 Jul

rie de jeneiro kembran saya bu di brazil

06 Jul
Balas



search

New Post