Aku Iri Padanya
Aku Iri Padanya
Cerita mengenai orang-orang yang bersedekah di hari Jumat sering aku dengar dan baca. Ada yang dengan cara menggratiskan sotonya bagi pelanggan. Ada yang menggratiskan ongkos becak oleh seorang tukang becak. Ada juga membagi nasi bungkus di depan masjid setelah sholat Jumat.
Semua itu hanya aku baca dan dengar, tidak langsung menyaksikannya. Aku penasaran apakah semua itu betul-betul terjadi di jaman sekarang yang serba materialis. Orang lebih suka meminta daripada memberi.
Pemandangan menakjubkan aku saksikan siang tadi saat aku baru saja keluar dari ATM. Seorang pria mengendarai sepeda motor sederhana membagikan nasi bungkus kepada beberapa tukang parkir yang dia jumpai. Seolah menjawab kesangsianku akan orang-orang yang bersedekah di hari Jumat, Allah langsung tunjukkan di hadapanku.
Terkejut, serta takjub, karena pria itu berpenampilan sangat sederhana. Dia bawa bersamanya sebuah tas plastik besar yang aku yakin berisi nasi-nasi bungkus itu. Nampak dia mengenakan baju koko yang sangat bersahaja.
Dia panggil tukang-tukang parkir dengan sedikit berteriak jika mereka dalam posisi agak jauh darinya.
“Pak”,teriaknya. Orang yang merasa dipanggil segera mendekat sembari mengulurkan tangan untuk menerima bungkusan. “Terimakasih”, kata mereka begitu bungkusan berpindah ke tangannya.
“Masya Allah”, ucapku lirih. Orang itu sungguh telah mengamalkan dalil-dalil tentang sedekah. Berdasarkan hadits Rasulullah SWT dari Asma’ binti Abu Bakar r.a. dikatakan bahwa kita dilarang menyimpan harta tanpa menyedekahkannya, jika tidak maka Allah akan menahan rizki untuk kita.
Hadits lain mengatakan, “Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” ( HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88.)
Begitu sadarnya pria itu. Keberkahan hartanya dia kejar.
Aku ingat-ingat diriku. Sudah berapa besarkah aku bersedekah? Aku betul-betul iri pada pria itu. Kesederhanaannya tidak membuatnya lupa untuk mengeluarkan hartanya.
Ada catatan yang perlu aku ingat berkaitan dengan saat-saat afdhol kita bersedekah demi menyaksikan pria bersahaja tadi. “Sedekah yang engkau berikan ketika engkau masih muda, pelit harta, bertumpuk angan-angan untuk hidup mewah, dan takut bangkrut. (HR. Ahmad 7407, Nasai 2554, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Ya Allah, jadikanlah aku hamba yang selalu bersyukur dengan kemampuanku untuk berbagi dengan orang lain.
Semarang, 6 Mei 2017
Sumber : https://rumaysho.com/828-sedekah-tidaklah-mengurangi-harta.html
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
saya juga bu. Ulasannya menarik dan dalaaaaam banget
ciuus...saya juga
iri...banget
Kembali kasih ....hehe
Beneran saya juga iri bu.
Saya juga iri Bu.. Terimakasih sll memberi 'pencerahan' buat saya