Virus 'L' ku Menyerang

Pagi, aku bersiap untuk menyongsong hari baru. Walau tak ada sesuatu yang baru pada diriku. Baju, sepatu, tas, apalagi motor tetap yang itu-itu. Motor yang sudah sering dibilang orang 'terbelakang’, aku tak peduli. Yang penting hari baru kan kumiliki. Semangat baru, itulah yang ada dalam benakku. Hari ini harus lebih baik dari kemarin, itu saja

Menyongsong hari baru yang kupersiapkan hanyalah ritual harian, mandi, sarapan, siapkan motor, berangkat.

Ada sesuatu yang jauh tersembunyi dalam lubuk hatiku. Kubawa semangatku yang satu, menulis sesuatu, syukur-syukur sebuah buku.

Aku tak ingin berangan sendiri. Ku ingin teman, sahabatkupun menikmati angan bersama. Angan yang mungkin mustahil diwujudkan jika tak ada keinginan dan kemauan.

Aku persiapkan sebuah strategi yang itu hanya menjadi rahasiaku.

Aku melangkah pasti dengan sejuta harapan strategi akan membuahkan hasil. Kuketuk pintu, ku ucap salam kepada semua orang yang ada di dalam ruangan. Ruangan yang berisi insan-insan cendekiawan yang kuharap mereka mampu menciptakan generasi yang brilian.

Salamku mereka terima dengan penuh kehangatan. Tanpa pikir panjang aku mulai sesuatu yang mungkin tidak lazim untuk memulai hari baru. Tak ada basa-basi, yang hal itu akan membuat betul-betul basi.

Aku temui salah seorang teman, ku ajak dia untuk bersedia menulis buku kroyokan. Dia terhenyak, sedikit mengernyitkan dahi yang sebenarnya tidak perlu.

"Apa Bu? Buku kroyokan?" tanyanya penasaran.

"Ya, buku kroyokan, mau ikut?" Jawabku.

"Apa kuwi aku ra mudeng."

" Nulis buku tapi rombongan, mau tidak?" Tanyaku memancing.

Kali ini dia mulai paham, "ooh ... ". Katanya. "Tak kira apa."

"Aku mau", jawabnya.

"Yes, berhasil", kataku dalam hati.

Setelah sedikit membuat kesepakatan, aku tinggalkan si dia yang bagiku sudah merupakan satu poin keberhasilan.

Aku berusaha mencari mangsa lain. Kali ini aku menuju komunitas gado-gado. Di sana kulihat ada guru bahasa, guru IPS, serta guru matematika. Baru saja aku letakkan tas punggungku yang sedari tadi membebaniku, tiba-tiba salah seorang dari mereka bertanya.

"Bu, itu info sagusabu gimana?"

"Apa, mau ikut?" tanyaku penuh selidik. Dalam hati aku berdoa semoga ini tidak basa-basi.

Beberapa hari yang lalu, sebelum hari baru ini, aku telah membagikan info di group WA tentang sagusabu. Saat itu yang tertarik hanya tiga orang. Nah, dengan pertanyaan itu, aku betul-betul berharap dia juga ingin bergabung dalam pelatihan sagusabu.

Alhamdulillah, taksiranku tidak meleset. Dia bilang ingin mengikuti pelatihan itu. Ooh ... berbungalah hatiku. Aku terangkan sedikit informasi padanya. Tanpa diuga, kawan lain juga menyatakan diri ikut bergabung walau keraguan masih menyelimuti. “Apa aku isa?” Tanya mereka serempak.

Keraguan yang membuat orang takut untuk melangkah, keraguan yang selalu menghantui, khawatir melakukan kesalahan.

Berbagai macam rayuan (yang sebenarnya ini bukan ahliku) ku lakukan, serta sedikit provokator ala korlap demo, sampai meyakinkan mereka bahwa insya Allah aku bersedia membantu mereka.

Hasilnya ... enam kawan bersedia mengikuti sagusabu, empat lainnya bersedia menulis buku kroyokan.

Alhamdulillah, virus ‘L’ ku menyerang mereka, yang bisa kubilang akut. Maret 2017, aku berjalan sendirian. Tak ada kawan yang bersedia menemani.

Kini, aku anggap, aku mulai punya pasukan yang siap berjuang melawan kemalasan.

Ya ... semoga ini adalah berkah hari baru, tahun baru, semangat baru.

Semarang, 16 Jumadil Ula 1439 H

03 Januari 2018