"Hai September, Apa kabar? Mungkin itu yang akan ku tanyakan bila nanti kita berjumpa lagi, tetapi tak perlu bertanya kembali kepadaku, sebab sangat jelas dan kamu tahu. Tanpamu, aku tak pernah bisa baik-baik saja". September 2020 kita menikah, dan sekarang tepat di bulan September 2022 kita berpisah. Dua tahun sudah kita berumah tangga tapi baru sekarang aku tahu, ternyata hatimu masih milik masa lalumu. Siapa sangka selama dua tahun kita bersama, ragamu ada disini tapi hatimu ada pada wanita lain. Mas? Selama kita bersama apa engkau tak pernah memikirkanku? Selama kita bersama apa engkau tidak mencintaiku? Seistimewa apa masa lalumu itu mas? Sampai engkau tega kehilangan istri yang seluruh nafasnya hanya untukmu. Mas? Jadi selama ini kau bisa memujaku hanya untuk menutupi kesalahanmu itu atau kau memujiku tapi kau membayangkan seolah-olah aku adalah masa lalumu? ~ Aku tidak pernah bertemu dengan wanita masa lalunya mas Ferdi. Aku hanya tahu namanya saja, itupun aku cari tahu dimedia sosial. Namanya adalah Windi Astuti. Aku sibuk mencari tahu tentangnya dan sampai dimana aku menemukan foto wanita itu, seketika hatiku sedih, dia sangat cantik, pantas saja suamiku tergila-gila padanya apalah dayaku aku hanya seorang wanita yang sederhana, aku semakin insecure dan tidak ada lagi harapan untuk mempertahankan rumah tangga ini. Sebelumnya aku sudah mencoba untuk mempertahankan semua ini, aku belajar untuk ikhlas dan meyakinkan suamiku. "Dia adalah masa lalumu, masa depanmu adalah Aku". Tapi semakin mencoba aku tidak tahan, aku menjadi istri yang selalu curiga, selalu ingin mencari tahu. ~ Semakin hari rumah tangga kami tidak ada harmonisnya. 'Mas, kamu habis dari mana saja, jam segini baru pulang?' 'Aku habis lembur' 'Apa benar begitu? Tidak bertemu dengan wanita itu kan?' 'Kan aku sudah bilang kalau aku itu lembur, aku capek baru pulang kerja sudah ditanya yang bukan-bukan!' 'Aku cuma nanya mas, kamu yang membuat aku selalu merasa curiga seperti ini' 'Ah sudahlah' Hari-hari kami penuh dengan pertengkaran. Kalau saja suamiku setia, mungkin aku adalah wanita yang paling bahagia. Setiap hari, aku semakin tidak tenang, pikiran-pikiran negatif selalu menghantuiku, dan dalam tidur pun aku masih bisa bermimpi kalau suamiku berselingkuh. Dan akhirnya, aku meminta agar suamiku untuk segera menalakku. Dan dia pun langsung setuju. Lagipun aku tahu, dia tidak akan pernah berubah, dia tidak akan pernah bisa mencintaiku, dan dia akan selalu menemui wanita itu. ~ Hai September! Katakan padaku, apa aku salah mengambil semua keputusan ini? Jika kau mengatakan aku harus bertahan, berapa lama lagi aku harus menahan rasa sakit ini? Biarlah, biarlah dia bahagia dengan pilihannya. Karena aku tahu dia sangat mencintai wanita itu. ~ Dan tibalah dipenghujung september. Surat pisah dari pengadilan agama telah aku terima. Dengan berat hati aku menanda tanganinya. Sekarang aku harus terima kalau mas Ferdi bukanlah suamiku lagi. Terimakasih mas, selama dua tahun ini engkau telah memberikanku kasih sayang walaupun itu palsu. Sejujurnya aku sangat mencintaimu mas. "Bisikan senja membunuh perlahan, menggiring mendung mengalihkan cinta. Wahai sang hujan, sampaikan kata-kataku hanyut di genangan letihku menyanjung cinta, dan kini ku tanya apakah wajahku hadir saat engkau bersama dengannya? Lihatlah hatiku membengkak setiap hari melatih ikhlasku, mencintaimu ku siap terluka"