Nursyamsiyah

Semangat. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tiga laki-laki terbaik
@nursyamsiyah

Tiga laki-laki terbaik

Bagaimana aku bisa dengan tidak mensyukuri hidup ini sedangkan aku hidup dengan penuh kebahagiaan, penuh cinta dan kasih sayang. Dalam hidup ini pasti ada orang-orang yang sepesial dihati kita. Ketiga laki-laki ini adalah manusia-manusia yang luar biasa. Mereka adalah Ayah, suami, dan anakku. Mereka adalah orang-orang sepesial di hatiku. Tidak lupa juga dengan ibu yang sudah di surga. Bu, aku mencintaimu. Kami disini akan selalu mendo'akanmu, semoga engkau lebih bahagia di sana, suatu saat nanti kita pasti akan kembali bersama-sama, berkumpul seperti dulu kala. Semenjak kami ditinggal ibu, ayah menghidupi aku dan adikku seorang diri. melihat ayah yang sudah berumur. Aku kasihan, aku tidak bisa membantu ayah karena aku yang tidak bekerja. Aku tidak bisa bekerja karena ayah tidak bisa menebus ijazahku di sekolah. Akhirnya aku memutuskan untuk menikah muda di usia 19tahun selain niat karena ibadah aku juga ingin meringankan beban ayah. Sekarang aku sudah menikah dan mempunyai anak. Memutuskan untuk menikah muda adalah keputusan yang sudah aku pikirkan matang-matang, tapi disisi lain aku juga takut kalau aku menikah dengan laki-laki yang salah, dalam artian dia tidak bisa menyayangi dan menerima keluargaku. Tapi Tuhan mengirimkan laki-laki terbaik untuk menjadi imamku, dengan kedewasaan nya, tanggung jawabnya, perhatiannya, tidak kasarnya, pengertiannya semua ada pada dirinya. Dia juga yang meminta agar ayah dan adikku untuk tinggal bersama kami agar mereka kami yang mengurusi, ayah juga sempat diminta untuk berhenti berjualan tetapi ayah tidak mau. "Yah, sudah waktunya ayah istirahat. Ayah di rumah saja ya tidak usah berjualan lagi, biar aku dan suamiku yang mengurusi semua keperluan ayah" "Tidak nak. Ayah masih sehat, ayah masih kuat untuk berjualan. Tubuh ayah akan terasa sakit jika hanya berdiam diri di rumah" "Ya sudah kalau memang ayah maunya seperti itu, tapi kalau ayah capek ayah harus segera istirahat ya" "Baik nak" "Hasil berjualan ayah uang nya untuk ayah saja, ayah tidak perlu lagi mikirin untuk makan sehari-hari" "Ayah malu dengan suamimu, nak" "Tidak ayah, memang dia yang menyuruhku untuk bicara ini. Ayah tidak perlu khawatir insyaAllah kami akan mencukupi semua kebutuhan ayah, kami hanya meminta agar ayah terus mendo'akan agar rezeki kami lancar dan berkah" "Tanpa kamu minta do'a ayah akan selalu menyertai anak, menantu dan cucu ayah. Juga ibumu" ~ Suamiku begitu perhatian, setiap dia pulang kerja dia selalu menanyakan bagaimana tentang hari ini, membawakan makanan karena takut istirnya di rumah tidak sempat masak karena sibuk mengurus anak yang masih bayi. "Ma, mama sudah makan belum? Ayah sudah makan belum? Panggil ayah ma biar bisa makan sama-sama, kebetulan tadi aku udah makan duluan soalnya laper banget, sini biar dede aku yang jagain dulu, mama sama ayah makan gih" "Ayah baru saja makan yah. Aku juga tadi udah makan sedikit sih ketunda tadi pas makan tiba-tiba dede pup" "Duh kasihan. Ya sudah nanti makan lagi ya, ini makananya aku taruh sini. Oh iya bagaimana dengan keadaan hari ini ma? Dede rewel ga selama papa tinggal kerja tadi? Mama capek ya ngurusin dede seharian. Sini papa gantian yang jagain dede, mama istirahat aja dulu" "Alhamdulillah, terimakasih pah" ~ Jadi ibu muda tidaklah mudah, aku masih belum bisa beradaptasi dengan suasana baru. Inilagi tidak ada ibu, andai saja ibu masih ada mungkin bahagia ini semakin lengkap dan mungkin aku juga tidak kerepotan, ada ibu yang membantuku dalam mengurus anak. Walaupun ada ayah, kan beda orang tua perempuan dan laki-laki. Apalagi kalau anak lagi sakit, rewel. Kalau capek cuma bisa nangis, cuma bisa marah-marah sama anak padahal dia masih bayi belum ngerti, belum bisa bilang apa yang dia rasakan, belum bisa kasih tahu apa yang dia mau. Aku nya tidak bisa jadi menjadi ibu seperti ibuku. Ibu begitu sabar menghadapi anak-anaknya sedangkan aku tidak bisa. Kenapa sih sifat itu tidak menurun kepadaku saja. ~ Betapa buruknya aku dalam mengelola emosi. Tentang anakku alwiee sesungguhnya dialah yang selalu lebih dewasa dan bijaksana daripada aku mamanya. Dialah yang selalu mengajari dan membimbing aku menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Seburuk apapun aku sebagai orang tua, dia selalu siap kapan saja untuk menjadi anak terbaik yang ku punya. Aku merasa kalau aku bisa menghibur kesedihan dia dan menghapus air mata dari pipi-pipi kecilnya itu. Tetapi, sebenarnya akulah yang selalu dia bahagiakan. Dialah yang selalu berhasil membuang kesedihanku, melapangkan kepenatanku juga menghapus air mata dari pipiku. Dia selalu punya banyak cinta untukku, meski seringkali aku tak membalas cinta dia dengan cukup. Seburuk apapun aku memperlakukan dia, segalak apapun aku ke dia, semarah apapun aku pernah membentak dia, dia akan tetap mendatangiku dengan senyum kecilnya, menghiburku dengan tawa kecilnya, menggenggam tanganku dengan tangan kecilnya. Seolah-olah semuanya baik-baik saja. Seolah-olah semuanya tidak terjadi apa-apa. ~ Aku selalu berhutang pada ayah, papa dan juga alwiee. Kebaikan, cinta dan kasih sayang mereka tiada bandingnya. Tidak bisa dibayar dengan apapun, semuanya seakan tidak bisa membayar semua ini. Aku hanya bersyukur, berterimakasih kepada Tuhan telah mengirimkan suami seperti papa, menitipkan anak seperti alwiee, menghadirkan ayah seperti ayahku. Mereka adalah ketiga laki-laki terbaikku. Tamat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post