NURUL FITRIA

Nurul Fitria, lahir di Banyuwangi, 3 September 1978. Saat ini berprofesi sebagai guru di SMPN 2 SRONO, Banyuwangi. Menjadi guru adalah cita-cita mulai kecil, ka...

Selengkapnya
Navigasi Web
WISH LIST SI NYONYA
Tidak pernah ada rumah tangga yang sempurna.

WISH LIST SI NYONYA

Sudah lebih dari setengah jam aku menunggu di depan pintu ruang kerja bos, ada beberapa tagihan yang harus dibayar, sedangkan kas perusahaan kosong. Ruang kerja tu memang selalu tertutup saat bos ada di dalam, bos hanya sering terdengar bercakap-cakap lewat telpon. Untuk meeting dengan koleganya dilakukan diruangan lain atau mencari tempat di luar kantor mungkin di cafe atau rumah makan.

Orang yang diperbolehkan masuk dalam ruang kerja bos adalah nyonya dan putra tunggalnya, satu-satunya penerus perusahaan. Nyonya berada di ruang kerja hanya untuk menyelesaikan administrasi perusahaan yang memang khusus ditugaskan padanya. Sedikit yang saya tahu, dokumen tagihan, purchase order, dan penawaran produk adalah tugas khusus yang dikerjakannya. Aku hanya bertugas mengirimkan dokumen, tanpa tahu isi dokumen tersebut.

Hampir satu jam pintu ruang kerja belum juga dibuka. Sayup terdengar dari luar, suara bos yg berteriak "apa saja yang kamu pikir?", "Ceroboh", "ngawur" dan beberapa kalimat umpatan. Sebenarnya sudah seringkali situasi sepertii ini aku temui, pasti bos sedang marah karena nyonya salah mengerjakan administrasi. Aku tidak pernah tahu ekspresi nyonya saat dimarahi suaminya begitu rupa, yang aku tahu setiap keluar dari ruang kerja suaminya, nyonya terlihat selalu berwajah biasa saja. Pintar sekali dia menyembunyikan perasaannya.

Kali ini pun sama, nyonya keluar dari ruang kerja bos dengan wajah 'dibuat' ceria. Sempat menyapaku dan bertanya, "mbak Tia, uang kas pabrik limit ya?" aku menjawab dengan kalimat pendek "nggih". Beberapa saat, bos keluar juga dari ruangannya, sosoknya yang tinggi besar dan wajah yang dingin membuat orang tidak akan betah berlama-lama bersama dengannya.

"Papi, mbak Tia minta kas pabrik" kata nyonya dengan lembut setengah manja pada suaminya. Entah karakter nyonya ini disebut pura-pura, drama atau sandiwara, kok bisa setelah dibentak-bentak suaminya masih saja lembut manja. Kalau aku yang dibentak suamiku pasti aku balas dengan ocehan maut yang pastinya suamiku kehabisan kata untuk menjawabnya.

Bos berkata "ambil tasku", kalimat pendek itu membuat nyonya berjalan masuk lagi ke ruang kerja. Saat keluar ruangan bukannya tas yang diambil nyonya tapi dompet. Mata bos mendelik pada istrinya dan membentak keras, "tahu beda tas sama dompet nggak!?". Nyonya terlihat sedikit malu dibentak didepanku. Entah kenapa aku jadi merasa bersalah.

Nyonya bertubuh kecil langsing itu tetap menjawab dengan tenang, "Papi, ATM nya kan ada di dompet, Mbak Tia diminta buat ambil uang kan?". Tanpa melihat istrinya, bos menjawab pendek, "Aku mencari cek di tas, bukan ATM". Nyonya menjawab pendek "oh, oke papi". Hmm, begitulah nyonya memperlakukan bos, seperti momong anak laki-laki yang ngambekan. Tapi mungkin jika bos bukan pemilik perusahaan, nyonya akan bersikap sama sepertiku pada seamiku. Bahkan suamiku masih mau memijit punggungku saat badanku capek karena lembur di pabrik.

"Mbak Tia, tolong ceknya dituliskan sekalian ya, biar papi tinggal tanda tangan, iya kan Pi? " nyonya mennyerahkan cek beserta pulpen padaku. Aku lirik ekspresi bos terlihat tenang, berarti perintah nyonya aku kerjakan.

"Papi..papi tidak lupa kan membayarkan berlian di Cece Jose, kalau papi lupa, sekalian ditambahkan di cek ini ya Pi?", nyonya berkata pada suaminya sambil mengelus-elus lengan bos. Dan aku hapal, nyonya selalu begitu saat minta sesuatu pada suaminya, karena aku sering sekali diminta membayarkan tagihan online nyonya dengan ATM bos atau transfer tunai jika uangnya dalam jumlah besar.

Kali ini bos pun mengangguk, tetap tanpa melihat wajah istrinya, padahal istrinya cantik karena pandai merawat diri. Bos yang dingin, galak dan pelit senyum luluh lagi dengan kehalusan istrinya. Aku tahu sendiri banyak aset berupa rumah dan tanah yang diatasnamakan istrinya. Tetapi sebelas tahun saya jadi sekretaris bos, saya tidak pernah sekali pun melihat bos menggandeng istrinya, bahkan senyumnya juga hanya saat bersama koleganya saja. Tetapi wish list belanjaan nyonya selalu checkout dengan sukses dibayarkan oleh bos. Ah, memang tidak pernah ada rumah tangga yang sempurna. Tidak bisa aku berikan label sedih atau bahagia pada nyonya, karena nyonya selalu membungkus apa yang dirasakannya dengan kemasan 'surga'.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ehm....suit-suit...Episode 2, penasran degn episode 3? tubggu saja....

16 Sep
Balas

Bapak, ternyata disini tempat yang 'pas' untuk jari-jari saya bercerita. Terima kasih sudah memberikan 'alamat' yang tepat.

16 Sep

Kereeen cerpennya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi

16 Sep
Balas

Bapak, terima kasih sudah meluangkan waktu menyimak tulisan saya. Saya izin follow bapak nggih.

16 Sep

Cerita keren Bu Nurul Mantab. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.

16 Sep
Balas

Aamiin, terima kasih bapak. Saya izin follow bapak nggih.

16 Sep



search

New Post