Telepon genggam berdering saat kubenamkan punggung di sofa sore itu. Rasa lelah yang menyerang membuatku enggan menerima panggilan. Tertera tulisan "unkown". Angkat, jangan, angkat, jangan? Kuputuskan mengangkat, khawatir benar-benar penting.

Meski energi terkuras seharian, kucoba fokuskan perhatian. Terdengar suara sapaan pria lesu di seberang sana. Ia memanggilku dengan sapaan tak jelas. Atau mungkin telingaku saja yang tengah mengantuk. Aku bertanya perihal nama dan orang yang ditujunya dengan suara jelas. Ia memperkenalkan diri bernama Yogi dan bermaksud berbicara dengan sebuah nama. Hei, nama yang disebutnya adalah nama ibuku. Mungkinkah ibuku lupa sehingga ia berikan nomor HPku pada seseorang? Ah, rasanya tidak mungkin!

Kusampaikan dengan tegas bahwa rupanya ia salah sambung. Aku bukan orang yang ditujunya. Alih-alih menutup telpon, ia malah bertanya siapa aku. Hallo! Situ sehat? Kusampaikan bahwa aku bukan orang yang ia tuju dan aku tak bisa bilang siapa namaku. Kali ini aku berucap dengan jelas, tegas dan sedikit pedas.

Maaf, aku memang galak pada orang tak jelas. Dalam kondisi lelah kadang orang tak fokus. Tak terhitung orang tergiring mengikuti perintah penelpon misterius. Bukan satu dua kawan yang tertipu puluhan juta gara-gara telpon tak dikenal. Apakah ini sebuah pikiran negatif? Entahlah! Jika maksudnya baik bukankah tak perlu sembunyikan nomor telpon? Bagiku ini bukan prasangka. Ini waspada. Satu kalimat untuk penelpon tak jelas : Awas, galak!