Tahun 2013 adalah awal mula untuk ikut ajang lomba guru, setelah 16 tahun mengemban tugas menjadi seorang guru sekolah dasar. Berbekal dengan sebuah karya sederhana yang jauh dari memadai apalagi dikatakan bagus. Sang guru bonek berusaha menuangkan kedalam sebuah tulisan. Tapi....ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kebiasaan menulis saat sekolah tidak banyak membantu. Karena kevakuman sejak diangkat menjadi seorang guru, membuatnya tertatih-tatih dalam membuat tulisan yang akan diikutkan lomba tersebut.

Disaat hampir putus asa, sang guru bonek tetap punya keinginan mengikuti lomba ini. Sehingga kenekatannya dalam menulis karya ilmiah ini dengan campur aduk tanpa pedulikan lagi sistematika yang ada. Pokoknya nulis, nulis, dan nulis saja. Tabrak lari mendekat ke arena lomba bukan lari menjauhi arena sebagai pembakar semangatnya. Untuk jadi juara itu bonus, yang penting dipanggil ke LPMP di Samarinda, pulang ke rumah orang tua gratis, bisa merasakan dan jadi tahu bagaimana lomba guru itu sudah membuat hati sang guru bonek berbunga-bunga.

Dari suatu kenekatan yang telah diketahui itu salah total dan gak mungkin dilirik menjadi sang juara, tapi...sebagai guru bonek alias bondo nekat, sangat bersyukur akhirnya terpanggil juga ke LPMP Propinsi Kaltim. Walau sempat minder dengan titel guru-guru lain yang sudah menyandang M.Pd di belakang namanya, belum lagi mereka membuka makalah lomba yang tebal, sedangkan guru tersebut baru saja menyelesaikan S1, dan menulis makalah saya yang tipis setipis-tipisnya bahkan tak berani dikeluarkan dari ranselnya karena malu, Hehehe...Namun, lagi-lagi si guru bonek ini mencoba menata hati dengan segala kenekatannya dan kemampuan apa adanya berusaha berdiri tegak dalam menjawab semua pertanyaan dan tantangan dewan juri untuk kembali hadir di LPMP di tahun depan dengan sebuah senyuman, "Saya hadir disini ingin belajar." katanya.

Disaat hati masih gundah gulana, dan rasa percaya diri yang dengan susah payah dihimpun, si guru bonek bersyukur bisa melewati perjuangan melawan rasa khawatir yang ada dalam dirinya saat di obrak abrik makalahnya yang dianggap tidak konsisten oleh dewan juri. Tapi, dengan tenang memperagakan karya sederhananya yang terlipat rapi dan dikeluarkan dari ransel kesayangannya.

Usaha telah maksimal dan do'a sudah terpanjatkan agar semua berjalan lancar. Dan dipenghujung acara diumumkan, dan Alhamdulillah, bonuspun diraih.

Bukan ingin sombong atau menonjolkan diri si guru Bonek ini bercerita disini tapi, karena ingin lebih banyak belajar lagi dan memacu diri sendiri, syukur-syukur ada yang ngikutin, hehehe... Walau berada di daerah yang jauh dari sarana prasarana dan fasilitas tak membuat kita untuk berdiam diri. Sesekali kita harus nekat untuk belajar dan mencari ilmu serta pengalaman. Hari ini pun, tulisanku masih kacau balau...tapi, tak apalah namanya juga nekat sambil perbaiki diri....