Nurul Januarti, S.Pd

Lahir di Jember, 26 Januari 1971. Sebagai Kepala Sekolah SDN Kajar 2 Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso. Tinggal di Perum PBI Blok D 5 Nangkaan Bondowoso....

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH KASIH PADA SELEMBAR DAUN AKASIA (Part 11)
KISAH KASIH PADA SELEMBAR DAUN AKASIA (Part 11)

KISAH KASIH PADA SELEMBAR DAUN AKASIA (Part 11)

KISAH KASIH PADA SELEMBAR DAUN AKASIA (Part 11)

Oleh: NURUL JANUARTI

Tantangan hari ke-88 (tulisan ke-150)

#TantanganGurusiana

*

Aida mengenakan helm dengan dibantu Pak Han masang kancingnya, Mirna cengar-cengir nggoda Aida dari pintu. Aida tanpa permisi langsung naik ke vespa duduk ala cowok. Pak Han hanya tersenyum tipis melihat tingkah mahasiswinya satu ini. Ia biarkan Aida duduk seenaknya dan berpagangan pada besi penyekat tempat duduk depan dan belakang.

Di perempatan vespa Pak Han berhenti menunggu lampu hijau menyala.

“Kok diam saja, gak tanya mau ke mana atau mau makan di mana gitu” Pak Han menoleh ke belang sambil membuka percakapan yang mulai berangkat sama-sama diam.

“Loo kan saya diajak, ya terserah yang ngajak mau ke mana” balas Aida sekenanya.

“Ha ha ha, kalau tak ajak nyebur sungai apa ya mau?” goda Pak Han.

“Ya ndak mau dong…kan tadi janjinya diajak makan malam” jawab Aida santai.

“Ayo jalan pak, lampunya sudah hijau” Aida mengingatkan. Pak Han agak mengencangkan laju vespanya karena mobil-mobil di belakang sudah ramai membunyikan klakson. Setelah di jalan yang tidak terlalu ramai vespanya berjalan pelan, Pak Han melanjutkan pebincangan.

“Sekarang masih belum malam, masih sekitar pukul empat, bagaimana kalau kita lihat film dulu? Kamu sukanya film apa?” Pak Han mengajukan penawaran.

“Kalau lihat film apa nutut ke magrib, takutnya kehabisan magrib” bantah Aida yang sempat membuat hati Pak Han bergetar. Aida ternyata beda dengan tampilannya. Gadis rada-rada tomboy dan urakan, cuek dan bicaranya ceplas-ceplos, ternyata dia rajin sholat. Pak Han semakin penasaran pada keunikan pribadi Aida.

“Lo kok gak dijawab, mending gak usah dah Pak kalau gak nututi waktu magrib” kembali Aida melanjutkan bantahannya pada rencana Pak Han ngajak nonton.

“Kita lihat jadwal pada Cineplex yang dekat sini saja ya” jawab Pak Han sambil menambah laju vespanya. Kemudian membelokkan vespanya padan Plaza terdekat yang di lewati. Kebetulan ada jadwal film kung fu yang Aida suka. Selesai jam tayangnya diperkirakan masih nutut ke sholat magrib. Pak Han pun menyetujui meski sedikit heran pada remaja yang satu ini. Anak-anak muda biasanya suka film cinta remaja yang romantis, eh ini si Aida kok sukanya malah kung fu, bacaanya cerita silat.

Di dalam gedung sudah mulai ramai, dan filmnya hampir mulai tayang. Pak Han menggandeng tangan Aida menuju tempat sesuai tiket, tempat duduk mereka berdua agak di tengah.

“Da…kenapa kok kamu suka film silat, kok gak film-film roman gitu?” tanya Pak Han.

“Heeem, saya anti lihat-lihat film gitu pak, cengeng bikin baper ujung-ujungnya meweek. Dalam kamusku gak boleh ada mewek gara-gara putus cinta atau cinta yang tak tergapai. Besar kepala tu cowok, kalau lihat gadis yang dikhianati atau ditolak cintanya termehek-mehek ” Aida tak terasa terpancing oleh pertanyaan Pak Han, ia menjawab dengan nada agak emosi seolah mencurahkan isi hatinya. Aida menyadari apa yang keluar dari mulutnya, ia tidak mau orang tau apa yang disimpan rapi dalam hatinya. Akhirnya ia mengalihkan dengan menceritakan keseruannya menyaksikan film-film kungfu. Bintang–bintang kung fu pun ia hafal. Mulai dari Bruce Lee, Jackie Chan, Jet Li, Donnie Yen, Sammo Hung dan entah siapa lagi yang Aida ceritakan dengan lancar tentang gaya kung funya atau kelebihan-kelebihan lain dari masing-masing aktor. Pak Han jadi merasa asyik juga mendengarkan Aida yang bercerita, gaya bicaranya polos dan ceplas-ceplos kayak anak-anak tanpa beban. Tiba-tiba lampu gedung dimatikan tanda film akan segera diputar. Aida menyudahi ceritanya, dan mulai konsen pada film yang diputar. Kadang dia ikut teriak kecil kalau adegannya rada-rada seru. Handoko tidak konsen sama filmnya, ia malah lebih asyik memperhatikan Aida dalam samarnya cahaya, tingkahnya yang lucu kadang agak konyol tanpa peduli kalau ada yang memperhatikan di sampingnya. Heem Mayang-Mayang, seandainya kamu ada pasti segede Aida, kelahiran kalian hanya selisih bulan, guman Handoko dalam hati. Tapi benarkah aku menyukai Aida hanya karena ada Mayang di wajahnya?. Tapi kenapa ada getaran-getaran tak wajar yang kadang dirasakan Handoko ketika menatap mata Aida. Handoko mulai meragukan dirinya sendiri, ia sibuk dengan pikirannya yang tak karuan.

BERSAMBUNG

*Salam Literasi*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cakkeepp

03 Jul
Balas

Makasiih bunda

03 Jul

Seru nih pasti kelanjutannya

04 Jul
Balas

Tunggu saja bubda. Terima kasih

04 Jul

Di tunggu lanjutannya bunda. Keren ceritanya cinta handoko

03 Jul
Balas

He hehe. Suap bunda terima kasih

04 Jul

Asyiknya nonton bareng Pak Han...ganteng gak ya...Pak dosen ini....mantap Bu....ditunggu lanjutannya

03 Jul
Balas

Siap bunda.terima kasih

04 Jul

Keren nih. Lebih baik naik vespa....hehe..

03 Jul
Balas

He he antik menarik bund

03 Jul

Hmmmm romantisnya pak Han, bikin penasaran gambaran wajahnya

03 Jul
Balas

He he he bayangkan shah rukh khan

03 Jul

Tak ada air mata untuk cinta, tak akan, ... huhu hu... yang bener? Salam literasi.

03 Jul
Balas

Ha ha ha...terima kasih pak. Salam literasi

04 Jul

Keren cerbungnya Bun, ditunggu kelanjutannya.SL

03 Jul
Balas

Siap bunda terima kasih

03 Jul



search

New Post