#TantanganGurusiana hari ke-18

Suasana di Pulau

(2. Gasing)

Yafi, anak saya, waktu itu sudah beberapa bulan ikut mengaji di surau, tak jauh dari rumah kami di Piabung. Guru ngajinya adalah abang saya Long. Yafi lebih suka mengaji di surau, mungkin lebih senang karena banyak kawan mengajinya.

Sesekali suami saya akan ke rumah Long, untuk bertemu dan mengobrol dengannya. Suami saya juga menanyakan seputar perkembangan ngaji anak kami, Yafi, hingga sampailah mereka ke pembicaraan lain.

Mereka paling banyak membahas tentang gasing dan juga cerita kejayaan orang tua-tua zaman dahulu. Saya tau apa yang dibicarakan mereka, karena saya pernah mendengar suami saya dan Long sering berbicara tentang hal itu jika mereka bertemu.

Suami saya pernah pulang sampai pukul 02.00. Begitu lamanya waktu yang mereka gunakan untuk berbual. Bayangkan saja dari pukul 20.00! Mungkin bergelas-gelas kopi dan berbatang-batang rokok yang sudah di habiskan. Hm, kalau rokok hanya suami saya, sebab Long tidak merokok…hehee.

Biasanya suami saya yang mengunjungi Long. Tapi, sesekali Long juga pernah ke rumah kami. Pulangnya juga dini hari. Indah nya obrolan mereka, tak bosan-bosannya. Gasing itu bagaikan barang antik yang harus mereka selamat kan. Suueerrr…!

Gasing yang mereka idolakan itu terbuat dari kayu. Pilihan kayu terbaik akan diusahakan agar gasing bisa berfungsi dengan baik pula. Saya pernah mendengar penuturan dari suami saya, bermacam-macam harga gasing yang dijual orang-orang.

Suami saya pernah beberapa kali membeli gasing, harganya ratusan ribu. Namanya juga hobi, mengeluarkan sejumlah uang bukanlah hal yang memberatkan. Bisa jadi, ada harganya yang jutaan. Tidak menutup kemungkinan, akan tetap ada peminatnya. Intinya, lumayan berharga lah tu “Gasing”.

Bersambung....

***

Kepulauan Anambas, 15 Januari 2021