Nuzla Furqiani

English Teacher @SMAN 1 Sitiung,Kab. Dharmasraya,Sumbar...

Selengkapnya
Navigasi Web
5 Langkah Menuju Zero Waste Lifestyle

5 Langkah Menuju Zero Waste Lifestyle

Apa yang terlintas dibenak kita saat melihat sampah suatu keluarga dimasukkan dalam toples sebesar telapak tangan? Biasa saja tuh! Nah, bagaimana kalau seandainya saya mengatakan bahwa itu adalah sampah suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang selama setahun?Impossible!! Yes, impossible it is! Tapi tidak dengan yang dilakukan oleh Bea Jhonson. Pelopor gerakan zero waste di Amerika Serikat ini telah menerapkan pola hidup ini dikeluarganya sejak tahun 2008, dan akhirnya menerbitkan buku Zero Waste Home pada tahun 2013. Buku yang digadang-gadang sebagai “Kitab Suci”nya pengikut zero waste ini mengupas secara rinci tentang bagaimana mengubah pola hidup konsumerisme menjadi hidup yang lebih sederhana, sampah yang minim juga pastinya. Zero waste lifestyle (gaya hidup minim sampah) adalah gerakan yang sudah populer diluar negeri, karena melihat fenomena lingkungan yang rusak karena sampah yang dihasilkan dari semua aktifitas hidup manusia. Pada dasarnya, Zero waste lifestyle memiliki 5R; 1. Refuse:sejak dari tahap awal kita sudah menolak barang-barang plastik atau yang tidak berguna memasuki rumah kita. Tolak pemberian kertas pamflet, brosur, kantong plastik kresek yang pasti akan segera menjadi sampah begitu mendarat dirumah kita. 2. Reduce: banyak sekali cara dalam mengurangi sampah ini. Mulai dengan mengurangi penggunaan barang sekali pakai seperti kertas, botol minum plastik sekali pakai, kantong kresek, popok sekali pakai, dan dll. Kemudian saat membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri, apakah saya benar-benar membutuhkannya? Kalau hanya akan menjadi barang sekali pakai dan sisanya menjadi pajangan dan memenuhkan rumah saja, lebih baik jangan dibeli! Hal ini berlaku juga untuk konsumsi makanan. Seberapa sering kita membeli makanan hanya karena “pengen”? Pernahkan kita merenung sejenak sebelum memutuskan untuk membeli suatu makanan, “Nutrisi apa yang ada dimakanan ini yang benar-benar dibutuhkan oleh tubuh?”. Contoh lain adalah ketika membeli barang elektronik atau gadget. Lebih baik membeli barang yang tahan bertahun-tahun dengan harga sedikit lebih mahal daripada membeli, sebagai contoh, handphone, yang lebih murah, tapi cuma tahan beberapa bulan. Buat bunda dirumah juga termasuk merela-ikhlaskan baju atau barang rumah tangga yang sudah lama tidak terpakai, untuk disumbangkan atau dijual kembali. Langkah “R” kedua ini berpengaruh secara signifikan terhadap pola konsumsi, dan terhadap pengeluaran kita tentunya. 3. Reuse: mulailah membawa botol minum sendiri dari rumah, sehingga tidak perlu membeli air dalam kemasan plastik. Termasuk juga memakai kembali barang yang tidak digunakan, seperti pakaian lama yang dimodifikasi lagi, perabotan rumah tangga, atau membeli/menjual barang secondhand. Dalam hal fashion, beberapa situs seperti tinkerlust dan akun preloved banyak menawarkan barang secondhand berkualitas bagus. Beberapa ada yang menawarkan jasa “clothing swap”, yaitu tukar menukar pakaian dengan tujuan memperbaharui nuansa isi lemari pakaian. 4. Recycle: sebagian besar dari kita didoktrin bahwa recycle adalah jawaban dari permasalahan sampah yang ada. Kenyataannya, mengolah kembali sampah tidak disarankan dalam zero waste karena proses recycle membutuhkan energi, waktu dan biaya yang lebih banyak. Proses keempat ini dilakukan hanya disaat kita tidak lagi bisa menolak, mengurangi dan memakai kembali suatu barang, barulah proses ini dilakukan. 5. Rot: proses pembusukan/kompos terhadap sampah. Kita bisa memulainya dengan membuat komposter dituang terbuka, sistem Bokashi (pembusukan sampah dengan bakteri atau vermicompost(proses pembusukan sampah dapur dengan cacing peliharaan). Hasil kompos ini bisa digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Slogan “buanglah sampah pada tempatnya” sudah tidak bisa lagi diterapkan di zaman sekarang, dimana konsumerisme merajalela. Membuang sampah pada tempatnya bermakna kita membebaskan rumah dari sampah, tapi yang ada malahan sampah tersebut menimbulkan masalah baru ditempat lain. Next question, apakah kita mampu menerapkan zerowaste lifestyle? Jalankan dulu Program 5 R, dan lihat hasilnya!
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post