Lailatul Qodar

Sambil bergandeng tangan dan satu tangan lain memegang sajadah, Nur melangka menyusuri jalan sepi, udara sejuk embun pagi menerpa wajahnya. Diujung langit mentari lembut muncul menampakkan wajahnya seakan malu-malu.

"Bunda, lihat tanda dilangit semuanya sama dengan ciri-ciri munculnya lailatul qodar" Ucap Ami putrinya sambil menunjuk langit yang lembut.

"Kata pak ustad, jika langit lembut bersih dari awan, udara begitu sahdu, itu pertanda munculnya lailatul qodhar, karena sayap para malaikat menutupi semua permukaan bumi, hingga mentari tak mampu menembusnya " Celot Ami panjang lebar, bunda mendengarkan sambil tersenyum.

Kalau benar semalam adalah malam munculnya lailatul qodhar berarti, Ami tak perlu begadang lagi untuk sholat dan ngaji nanti malam ya bun, kan uda keluar lailatul qodarnya " Jawabnya polos dengan mata memohon, mata bulat jernih dengan wajah yang dibuat lucu membuatku gemas, mencubit pipi gempulnya, ach, anakku ini ada-ada saja.

"Sayang, justru karena syukur dan rasa gembira kita tetap harus bermunajat dengan sholat, ngaji dan berzikir. "

"Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan lailatul qodhar itu turun, ini sikap kehati-hatian kita sebagai umatNya" Bisikku lembut ditelinga putriku.

Putriku dengan kesederhanaan pikirannya, memberiku banyak hal yang tak terduga, bisa jadi bukan hanya pemikiran anak usia 10 tahun, mungkin ada orang dewasa yang kurang memiliki pengetahuan agama memikirkan hal yang sama.

Bintang kecilku, tetaplah jadi bintang diantara gemerlap pemikiranmu.