Hari ke-1919 tanpa jeda

Untuk Apa Dendam?

Bagian 6

Tanto yang hari-harinya sebagai anak baik berubah total ketika itu menjadi anak pendendam yang siap bertindak brutal membalaskan rasa dendamnya. Dalam hatinya dia berkata.

“Tunggu pembalasanku Pak Budi.”

Tanto mulai menyusun rencana untuk mencelakai guru yang pernah mengajarnya itu, sekaligus pernah menzaliminya. Tak lama setelah antrian masuk ke poli beda di mulai. Satu persatu pasien masuk ke poli beda. Semuanya tertangani dengan baik meski dokter spesialis bedanya digantikan oleh dokter beda yang lain dan belum banyak pengalaman dalam menangani sang pasien.

Di hari itu juga perawat yang lain tidak ada, hanya Tanto seorang yang membantu dokter beda yang baru tersebut, karena dua perawat lainnya sedang ditugaskan di ruang beda untuk menangani pasien yang mau operasi besar.

Hal itu memberi jalan untuk Tanto melaksanakan niatnya buat balas dendam ke Budi yang sangat dia benci. Apalagi Budi yang mau operasi kecil untuk membuang benjolan kecil di tubuhnya tak mengenali dirinya lagi, sebab saat itu dirinya memakai masker yang hampir menutupi seluruh mukanya.

Tanto merencanakan mau memberi cairan yang bisa membuat obat bius tak berfungsi dengan baik, sehingga saat dokter melakukan operasi terhadap Budi, gurunya itu merasakan sakit yang luar biasa.

Ketika Tanto sudah siap mau menyuntikkan zat kimia itu, secara tiba-tiba dia melihat wajah ibunya di dinding ruang poli beda itu, seakan berkata melarangnya, untuk tidak menyuntikkan cairan itu.

“Anakku jangan kau lakukan itu. Itu tindakan tidak baik. Setiap melakukan kejahatan pasti ada balasan kelak. Laksanakan tugasmu secara profesional. Untuk apa dendam?.”

Bersambung