Naraya dan Pak Sarwo memilih masuk secara bersamaan dan mereka mendapati rumah itu kosong. Naraya langsung memeriksa seluruh ruangan dengan hati-hati, setiap sudut dia upayakan terpantau dengan baik. Harapannya akan menemukan sosok yang dia ingin temui yakni ibunya dan menyampaikan pertanyaan yang selama ini menggangu pikirannya dan merusak hatinya. Namun harapan kini memudar dengan seiringnya warna dinding rumah semi permanen yang cukup luas tersebut. Sosok sang ibu tak ditemukan diruangan manapun juga.

Naraya menuntaskan rasa penasarannya dengan memanggil nama ibunya dengan hati yang galau akhirnya gadis itu kembali kebagian belakang rumah. Naraya masuk ke dapur kayu yang terpisah dari rumah induk, di dalam dapur kondisi yang sama, kosong namun dirinya menemukan kepulan asap yang masih tersisa dan arang bekas memasak yang terkumpul dibawah tungku. Naraya merabanya terasa panas hal itu menandakan seseorang telah memakai dapur untuk memasak sesuatu dan meninggalkan arang kayu yang terbakar.

Naraya terus mencari hingga kebagian belakang rumah, berharap pada angin yang akan mengirimkan kabar baik kepadanya. Namun semilir angin perbukitan yang datang menerbangkan pakaian dan rambutnya yang hitam panjang seakan-akan ragu dan enggan berkata jujur. Gadis itu kembali ke rumah dengan harapan yang pupus dan hati yang gundah gulana.

Bersambung...