Naraya
Naraya dan Pak Sarwo berhasil meloloskan diri dari pondok penjaga hutan larangan, namun sebelum mereka meninggalkan tabal batas desa sosok penjaga hutan larangan dan istrinya telah menghadang langkah mereka. Naraya tidak mau ambil resiko lebih lagi, dalam hatinya sudah terpatri janji untuk dapat menemui ibunya secepatnya dan melenyapkan segala rintangan yang menghadang. Keinginan Naraya juga disanggupi oleh Pak Sarwo.
Pandangan kedua pasutri itu jelas tidak suka dengan apa yang dilakukan oelh Pak Sarwo dan Naraya. Jari-jari tangannya sampai membuat kepalan yang menunjukka kemarahan yang luar biasa. Sementara istri penjaga hutan larangan mulai memantrai mereka berdua, bibirnya komat kamit membaca seuntai doa yang bagi Naraya terlihat aneh. Setelahnya langit yang tadinya cerah mendadak gelap dan perlahan rintik hujan jatuh menuju pusat bumi.
Naraya dan Pak Sarwo telah mempersiapkan segalanya, mereka berdua sepertiny tukang teluh. Laki-laki itu mencabut kerisnya dan menciumnya dua kali. Kemudian sambil memegang keris pusaka miliknya laki-laki paruh baya itu menuju arena tempur dimana dirinya telah ditunggu oleh kedua manusia yang tidak beretika dan pengabdi setan sejati. Kali ini Naraya memilih diam dan membagi waktunya untuk mengetahui peta kekuatan lawan.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar