Osep Muhammad Yanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

302

"Waduh, kayaknya kita telat nih ntar berangkatnya," kata Susanti sambil melihat jam tangan.

Mereka sudah berkumpul di halaman sekolah sejak jam 4 pagi. Satu per satu berdatangan diantar keluarganya dengan motor ataupun mobil. Dinginnya subuh hari itu, tidak menyurutkan mereka untuk tidak bergabung kegiatan gathering di luar kota. Hujan gerimis tipis membuat obrolan di tiap kumpulan lebih menghangat. Sekali-kali saya juga melihat waktu yang semakin siang.

"Nah, itu busnya dah datang," gumamku ketika tiba-tiba bus kedua yang kami tunggu dah tiba. "Ayo, yang di bus satu segra Naik," teriak panitia. Segera kami menjinjing tas dan tentengan masing-masing untuk segera memilih kursi di bis.

"Ini kosong, ya?" tanya Sri. "It's, kosong. Silakan!" jawabku singkat. Akhirnya kami berangkat, meskipun sudah telat sejam setengahan. Dengan keberangkatan ini, kami tinggalkan sementara kesibukan akhir semester ganjil. Lebih-lebih ini merupakan silaturahim dan ucapan terima kasih kepada para purna bakti yang telah bersama berjuang sekian lama. Kota Bogor dipilih menjadi tempat yang tepat, dengan suasana dingin di awal desember musim penghujan. Pasti romantis.

"Asyik, kita ke Taman Safari!" seru Hito dengan gembiranya. Bus kami memang memasuki jalan dengan patung-patung besar binatang. Bus terus memasuki jalan tersebut, dengan pemandangan villa-villa yang siap disewakan dan beberapa toko souvenir. Tidak lama kami memasuki komplek hotel, yang sebelumnya memasuki jalanan kampung.

"Wow, besar sekali hotelnya!" seru Hito ketika bus mulai memasuki pintu gerbang hotel. Benar juga katanya, ketika kulihat ke luar kaca bus. Bangunan megah bertingkat empat bercorak unik dengan pernak-pernik ukiran dan hiasan patung indah. Patung orang dan hewan, dengan berbagai pose menyambut kami di pemandangan pertama.

"Oh, masih jauh? Memangnya sebesar apa hotelnya?" gumam Ai ketika panitia mengumumkan bahwa bus Kita akan terus jalan. Menurun, terus menanjak, dan terus melaju seolah ingin bertengger di atas awan. Pepohonan hijau terlihat segar dibasahi hujan siang itu. Mobil-mobil terlihat kecil di parkiran bawah dan cukup lengang. "Berenang, ah," lintasan neuron otakku ketika bus kami melewati empat kolam renang besar dengan air jernih kebiruan dan beberapa wahana permainan air. Tetapi akhirnya, niatku batal, karena hujan turun semakin deras dan awan berarak segera menutupi pemandangan Masjd Ta'awun yang terlihat indah di kejauhan, di seberang hotel.

"Wah, penuh," pikirku. Seluruh peserta antri di pintu lift setelah bagasi mereka diturunkan dan masing-masing mendapatkan kunci kamarnya. "Ayo lah, kita pake tangga saja," seru Ade mengajakku menapaki puluhan anak tangga ke lantai tiga. "Siaaaaap," jawabku mantap. Idenya Ade memang bagus, karena setengah harian itu, kami lebih banyak duduk di bus ataupun restoran. Rasanya ingin segera memanaskan sendi-sendi kaki yang sudah kaku.

"Wah, kenapa pintunya gak kebuka?" Ade bingung ketika kartunya didekatkan ke handle pintu dan pintunya tidak terbuka. "Coba masukkan kartunya, De!" timpal Deni menasehati. Mereka sibuk bagaimana caranya membuka pintu kamar. Tiba-tiba datang Wondo, "Ah, pantas. Salah kamar!" serunya. "Hahahaha....," kami tertawa, karena kartu bernomor 302 itu ditempelkan ke pintu 310.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post