Osep Muhammad Yanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ancient Book

Ancient Book

Malam itu begitu mencekam. Sangat gelap. Tidak seperti malam-malam biasanya. Langit tidak ingin menampakkan cahaya bintangya untuk sedikit menerangi gedung perpustakaan terlengkap yang tertutup untuk umum. Kecuali hanya bagi anggota perguruannya saja.

“Tap…tap…tap…,” suara beberapa orang dengan langkah bersamaan.

Tiga orang laki-laki berbadan tegap. Pakaiannya memperlihatkan bahwa mereka bukan orang sembarangan. Apalagi posisi berjalan yang berbentuk segitiga dengan derap langkah yang sama, seperti suara satu orang berjalan saja.

Wajah mereka tidak terlalu jelas. Apalagi suasana malam hari. Jubahnya berkerudung, menari-nari dengan dua helai sorban. Sangat jelas dari pakaiannya, bahwa mereka para pesilat terlatih. Langkahnya terus menuju bagian dalam perpustakaan.

Perpustakaan itu tidak pernah tutup. Siang malam selalu saja ada anggota perguruan yang masuk untuk membaca dan manghafalkan jurus-jurus terbarunya. Tetapi, malam itu, hanya sang pustakawan yang sedang membereskan buku-buku dankitab-kitab jurus silat.

Rak-rak buku berjajar dengan rapi. Akan tetapi, di sebelah ruang lain, rak itu berbeda dengan yang lainnya. bahannya terbuat dari besi , dengan rantai kecil untuk mengunci buku yang disimpan di atasnya. Bentuk besinya enam segi, dan hanya satu buku yang disimpan di tiap ruang besinya. Satu rak itu hanya berisi sekitar 25 buku.

“Kitab-kitab ini harus tersimpan dan terawat dengan baik,” lirih pustakawan sambil menyimpan kitab terakhir di rak besi tertentu.

Hatinya merasa terganggu. Sekelebat bayangan seseorang di ujung pintu masuk tertangkap ujung matanya. Kitab terakhir di tangannya sudah terkunci di raknya dengan rapi. Matanya segera menangkap siapa orang yang ada di ujung pintu masuk.

Dihampirinya orang itu, tetapi tiba-tiba dua orang lagi muncul di belakangnya dan segera berjalan mendahului pemimpinnya. Dan dari arah samping dan arah belakangnya muncul teman-temannya yang lain.

Langkah sang pustakawan terhenti, seolah langkahnya dihentikan oleh langkah kedua orang di depannya. Wajahnya tidak memperlihatkan sikap baik-baik. Sang rusa sedang dikerubungi macan-macan lapar.

“Ada apa ini? Siapa mereka?” hati sang pustakawan terus bicara sambil terpaku denkat rak buku.

“Wushhh…..” tangan kedua orang tadi mengeluarkan cahaya api berputar seperti tornado kecil. Langkahnya terus mendekati si pustakawan yang mundur perlahan. Matanya semakin membesar, melihat cahaya api diarahkan kepadanya.

“Jret….srettt….!” suara tali api menangkap kedua tangan dan kaki si pustakawan.

Empat orang laki-laki mengeluarkan jurus apinya, dan mengangkat tubuh si pustakawan dengan tali apinya masing-masing.

“Arghhhh…..!” suara kesakitan.

Dia terus berteriak kesakitan dengan tali api di tangan dan kakinya, dengan posisi tubuh melayangdua meter di atas lantai. Dua orang lainnya mengambil baskom tanah berukir unik. Disimpannya baskom itu tepat di bawah kepala si pustakawan yang melayang.

“Arghhh…..!” teriakannya semakin keras. Percikan api berhamburan dari arah tangan dan kakinya, seperti tukang las menyambungkan dua besi berkali-kali, percikan apinya kemana-mana.

Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari arah mereka dengan seragam yang sama tapi sedikit berbeda warna. Dia berjalan tegap dan pasti, menuju si pustakawan yang malang. Badannya segera menunduk dan tubuhnya berjongkok pasti tepat di bawah kepala si pustakawan.

Dibukanya hoody-nya pelan-pelan. Mulai tampak wajahnya yang sangar dan wajah tanpa basa basi. Rambutnya putih diikat belakang, mirip pangeran dari negeri Cina. Nafasnya teratur. Kepalanya mendongak ke atas, menatap wajah sang pustakawan yang sangat ketakutan.

Tiba-tiba, tangannya melipat ke belakang pinggangnya. Dipegangnya dua senjata tajam di balik pinggangnya. “Sretttt….!” suara senjata keluar dari sarungnya. Secepat kilat, senjata itu menebas putus batang leher si pustakawan.

“Bruk….serrrr…!” suara kepala dan darah jatuh ke baskom tanah liat.

Suara pun hening. Sang algojo tanpa merasa dosa, telah membunuh sang penjaga kitab pusaka.

“Srett….!” suara dua senjata tajam melengkung kecil masuk kembali ke sarungnya.

Dicampakkannya tubuh tak bernyawa begitu saja. Langkah mereka serempak tertuju ke satu kitab di rak besi. Dengan mudah diambilnya buku itu setelah merusak rantai penguncinya.

Kitab tebal berjilid unik. Berwarna coklat tua dengan lingkaran perak di tengahnya. Dibukanya kitab itu pelan-pelan, seperti mencari halaman tertentu saja. Lembar demi lembar terus dibukanya tanpa membacanya. Tibalah tangannya pada satu halaman. Bagian tengah halaman itu bergambar garis tertentu berwarna merah. Gamar cukup besar di tengah halaman, dengan penjelasan di sekelilingnya. Ditatapnya halaman itu dengan seksama.

“Sret….!” suara sobekan kertas.

Diserahkannya satu halaman itu kepada salah seorang pasukannya. Kitab pun kemudian dilempar begitu saja.

Mission accomplished,” hatinya berucap.

Beberapa langkah menuju pintu keluar, tiba-tiba terdengar suara, “Master Cyluse!”

Suara seorang perempuan memanggil nama sang komandan jahat pembunuh pustakawan dan pencuri halaman kitab.

“Ritual itu hanya akan membuatmu sengsara!” lanjut suara tadi.

Langkahnya tiba-tiba terhenti, dan dengan seksama mendengarkan suara yang memanggilnya.

Badannya berbalik menghadap sumber suara.

Sepuluh meter di depannya, telah berdiri seseorang dengan jubah seperti pendekar. Kepalanya tertutup hoody. Tubuhnya tegap, memperlihatkan kesiapan untuk bergerak. Kedua orang itu seperti dua orang cowboy yang akan beradu cepat saling tembak. Mereka berhadap-hadapan. Satu lawan sepuluh orang.

Cyluse memutar tangannya ke belakang pinggang untuk memegang senjatanya, tetapi sang pendekar terus berjalan mantap mendekatinya, dan siap untuk menangkapnya.

“Tap…tap…tap…!” tiba-tiba mereka lari menjauhinya, diikuti pasukannya.

Diputar-putar tangannya untuk membuat pintu ajaib jalan keluar. “Wush…wush…,” satu persatu memasuki pintu aneh dan tibalah mereka di dunia lain.

“Tet…tet…! Brummm…brummm!” suara kendaraan dengan klakson keras.

Mereka tiba-tiba berada di kota London. Bus double dekker berwarna merah membunyikan klakson keras ke arah mereka, hampir saja tertabrak. Mereka pun terus berlari menjauhi kejaran.

Suasana itu menarik perhatian orang sekitar. Sekelompok orang berbaju seragam, dengan beberapa senjata di tangan, berlari berkelompok ke satu tujuan.

What’s happening?” salah seorang pejalan kaki bertanya-tanya.

Tiba-tiba mereka berhenti. Di depannya muncul Si Jubah Kunng yang mengejarnya.

Si Jubah Kuning menggerakkan tangannya mengeluarkan jurus tertentu. Keadaan sekitar menjadi berubah. Bumi tempat mereka berpijak menjadi berlipat dan terbalik. Kendaraan dan orang-orang di sekitarnya tiba-tiba menghilang.

“Serang dia!” perintah Cyluse. Pasukan pun tiba-tiba berlari maju menyerang orang berjubah kuning.

“Hap…hap…hap…’” mereka berloncat dari satu gedung ke gedung lainnya untuk menyerang dan menghindari serangan.

Suasana semakin memanas. Kedua pihak saling menyerang.Perkelahian sengit pun terjadi. Suara senjata memekakkan telinga saling beradu. Cahaya api keluar dari tangan-tangan mereka. Tetapi, Si Jubah Kuning sangatlah lihai dalam berkelahi. Berbagai serangan berhasil dipatahkan, bahkan dia balik menyerang. Satu per satu pasukan Cyluse itu dapat dijatuhkan. Tinggallah dia seorang.

Dikejarnya terus Cyluse oleh Si Jubah Kuning. Tangannya meliuk-liuk mengeluarkan jurus untuk memangsanya. Akan tetapi dia tidak berhasil. Cyluse dan pasukannya berhasil melarikan diri. Tiga orang pasukannya terus menjauh dan berlari ke dunia lain dengan jurusnya. Mereka menghilang.

Si Jubah Kuning pun telah berusaha mengejarnya tetapi tidak berhasil.

“Wush…wush…,” tangannya kembali berputar-putar. Suasana kota kembali berubah seperti sediakala. Dia pun berbaur dengan masyarakat sekitar. Berjalan ke sebuah tempat, menuju ke sebuah gedung. Jubahnya membuat orang lain penasaran.

“Siapakah orang ini?” seorang pejalan kaki bertanya-tanya ketika berpapasan dengannya. Matanya terus mengikuti dirinya, karena aneh pakaiannya.

Hoody-nya dibuka. Kepalanya botak. Ternyata dia seorang perempuan, dengan kelihaian jurus silat tingkat tinggi. Dia pun terus berjalan menembus keramaian orang dan kendaraan. Meninggalkan penasaran mereka yang melihatnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pendekar Syair Berdarah hahaha...

24 Dec
Balas



search

New Post