Osep Muhammad Yanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pendidikan Karakter dengan Panahan
SUmber foto: http://blogdesuperheroes.es

Pendidikan Karakter dengan Panahan

Olahraga panahan merupakan salah satu olahraga yang sudah berumur tua. Paa awalnya panahan memang bukan olahraga, tetapi merupakan keahlian untuk berburu dan berperang. Berburu untuk mendapatkan makanan dan bertahan hidup, serta melangsungkan kehidupan. Berperang untuk mempertahankan kekuasaan dan tentu saja untuk melanjutkan kehidupan.

Hari ini panahan sudah menjadi suatu trend dalam olahraga rekreasi. Kesan menakutkan panahan untuk peperangan sudah beralih kepada panahan sebagai kesenangan. Berbagai pertandingan panahan di berbagai tingkat dan level sudah sering dilaksanakan. Mulai dari tingkat kota/kabupaten sampai dunia, panahan menjadi suatu olahraga tontonan dan tuntunan yang diminati banyak orang.

Dari sisi pendidikan, olahraga panahan memberikan banyak sekali manfaat, baik secara pribadi maupun untuk masyarakat luas. Pendidikan karakter dalam panahan terlihat sangat jelas bagi seorang pemanah, yang tentu saja akan bermanfaat dalam keterampilan memanahnya secara pribadi maupun karakter yang terbentuk hasil panahan untuk kehidupannya secara nyata dalam pergaulannya sesama manusia.

Islam juga telah mengajarkan para pemeluknya untuk berlatih panahan, sebagaimana sabda Rosul saw, “Kalian semua perlu belajar memanah, karena itulah permainan kalian yang paling bagus.” (HR. Al Bazzar dan Thabrani). Rosul saw sebagai teladan yang sudah tentu memberikan informasi yang luar biasa bermanfaat bagi umatnya, sehingga kita sebagai umatnya tidak perlu berfikir panjang atas perintah Rosul saw itu selain sami’na wa atho’na (mendengar dan taat). Dengan perintah beliau saw untuk memanah, sudah pasti terdapat manfaat besar di dalamnya.

Beberapa manfaat dari panahan terutama terkait dengan pendidikan karakter diantaranya adalah, sebagai berikut:

1. Disiplin

Sebagaimana seorang atlet, maka seorang pemanah harus berdisiplin dalam pelaksanaan panahan. Kedisiplinan dimulai dari waktu latihan yang terjadwal yang harus terus dilakukan agar semakin terasah keterampilannya. Selain itu, kedisiplinan dalam proses menembak anak panah ke target.

Seorang pemanah harus mulai dengan kesiapan peralatan yang akan digunakan, mulai dari bow sampai aksesori pemanah. Jika lalai, maka kemungkinan cedera akan terjadi. Hal itu bisa terjadi bagi seorang pemanah atau orang di sekitarnya. Dlaam proses menembak, seorang pemanah harus mulai dari posisi berdiri (stand), badan menghadap ke arah kanan, wajah menghadap ke arah target, dan tangan kanan memegang busur. Kemudian, anak panah dipasang dengan benar, mulai menarik busur, membidik target, dan melepaskan anak panah. Semua itu harus dilakukan secara berurutan agar hasil tembakan sesuai harapan.

Dengan busur dan anak panah itu, seorang pemanah akan belajar disiplin untuk mencapai keinginannya mendapatkan target warna kuning poin sempurna (poin X, tepat di tengah sasaran). Ketika mereka selesai menembak, maka pemanah tentu saja akan menyimpan anak panahnya di tempatnya dan sesuai urutan menembaknya, karena seorang pemanah pasti akan mengetahui karakteristik setiap anak panahnya.

Jika saja siswa kita memiliki kedisiplinan seperti ini, maka dipastikan akan menjadikan urusan lainnya juga akan rapi dan tertib. Mulai dari urusan waktu masuk kelas sampai bubar kelas, atau mulai dari disiplin diri di kelas sampai di luar kelas. Terutama, dengan kedisiplinan seperti ini akan memberikan kebaikan tersendiri bagi perjalanan hidupnya kelak, karena disiplin akan membawa kepada kesuksesan.

2. Mental yang Fokus

Ketika seorang pemanah sudah mulai menarik tali busur, maka tidak ada tujuan lain selain target warna kuning tengah poin X (poin sempurna). Hal itu bahkan sudah dilakukannya ketika hati berniat akan latihan, ketika alat masuk kantongnya, ketika pemanah sudah masuk komplek lapangan, dan ketika pemanah sudah mulai pemanasan. Fokusnya tidak ada yang lain, karena memang itulah puncak tertinggi kenikmatan seorang pemanah. Dimanapun target itu disimpan, apakah di jarak 15 meter atau sampai jarak 90 meter sekalipun, targetnya hanya satu, yaitu poin X.

Dengan mental yang fokus terhadap satu sasaran, tentu saja akan memberikan kemudahan bagi pemanah dalam pelaksanaan menembaknya, karena tidak memikirkan hal lainnya. Meskipun demikian, pasti dalam proses menembak ada saja tantangannya seperti angin yang cukup kencang, atau tiba-tiba hujan, atau anak panah yang tidak rata, atau melihat lawan yang lebih jago darinya, tetapi seorang pemanah akan berusaha mengatasi tantangan itu untuk mencapai tujuan.

Mental fokus seperti ini yang dimiliki oleh para siswa kita di kelas, tentu saja akan memberikan kebaikan tersendiri bagi dirinya. Bahwa, dia akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik di kelasnya, meskipun banyak tantangan yang dihadapinya baik secara internal maupun eksternal.

3. Perhatian secara rinci

Seorang pemanah pasti akan memperhatikan segala hal agar proses tembakannya sesuai rencana. Dia akan memeriksa kelengkapan dan kesiapan alat, mengetahui dan memahami peraturan permainan, memahami kondisi lingkungan dan cuaca yang terjadi, dan kesiapan pribadi dalam menembak.

Perhatian rinci dalam peralatan diantaranya memastikan busur terpasang dengan benar, memeriksa anak panah dari kerusakan, menentukan tinggi rendah pisir (alat bidik) disesuaikan dengan jarak dan cuaca, sampai mempertahankan bidikan dari berbagai gangguan seperti menahan dengan kuat tarikan busur, menahan busur dari angin yang menerpa, atau menahan nafas agar bidikan tidak goyang.

Perhatian yang rinci itu tentu saja akan memberikan kemudahan bagi pemanah dalam proses menembaknya, karena dia sudah memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan dihadapi beserta solusi yang akan dilakukan.

Sungguh, suatu kenikmatan bagi seorang guru, apabila siswanya mempunyai perhatian yang rinci seperti ini. Siswa yang sudah memperkirakan proses belajar yang akan dihadapi, dengan mempersiapkan solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi. Tentu saja karakter ini akan memberikan bekal yang berharga bagi siswa tersebut dalam mempersiapkan kehidupannya di masa datang.

4. Ketekunan

Bermain panahan membutuhkan ketekunan, yaitu usaha yang konsisten dan terus-menerus yang disertai dengan kemajuan keterampilan dalam menembak. Dengan tekun berlatih, pasti pemanah akan menjadi lebih baik. Tidak ada pemanah yang juara dunia hanya dengan satu atau dua kali latihan saja. Dia pasti lebih banyak porsi latihan daripada yang lainnya.

Ketekunan dalam berlatih, memberikan pengalaman yang berharga bagi seorang pemanah. Perbedaan karakter anak panah, akan dengan mudah diketahuinya dan mengetahui cara menembakkannya. Selain itu, keterampilan tubuh akan menjadi lebih lentur dan lihai dalam melesatkan anak panahnya. Ingatlah sebuah pepatah, “Alah bisa karena biasa.” Dengan pembiasaan, keahlian akan mudah diraih.

Siswa yang tekun adalah siswa yang sukses. Ketekunan yang dilaluinya, meskipun gagal di mata orang lain, tetapi akan menjadi kesuksesan bagi diriya. Hal itu karena dia akan mengetahui cara-cara terbaik untuk mempercepat meraih kesuksesan. Bukankah Thomas Alpa Edison telah berulang kali menemukan rangkaian atau rumus yang menyebabkan lampunya tidak berhasil nyala, yang orang lain menganggapnya suatu kegagalan?

5. Kesabaran

Tergesa-gesa bukan merupakan sikap seorang pemanah. Biasanya jika seorang pemanah tergesa-gesa dalam melakukan tembakan, maka hasilnya tidak akan menggembirakan. Pemanah membutuhkan kesabaran dalam menembak agar tembakannya mengenai sasaran yang diharapkan.

Seorang pemanah harus pelan-pelan dan berurutan dalam menembak sasaran. Tidak seperti dalam film aksi, dimana seorang Hawkeye memanah robot-robot musuh begitu cepat dan tanpa bidikan. Film memang harus memberikan sensasi bagi penontonnya. Dalam kenyataannya, jika seorang pemanah dapat bersabar, maka bidikannya akan tepat sasaran.

Jika saja kesabaran ini dapat diaplikasikan oleh seorang siswa di kelas,maka ia akan mampu bertahan dalam segala situasi dan cepat atau lambat, pada akhirnya nanti dia akan meraih kesuksesan.

6. Percaya Diri

Melepaskan anak panah bagi seorang pemanah membutuhkan keberanian dan rasa percaya diri. Muncul rasa takut tembakannya akan melesat menjauhi target atau bahkan ‘merumput’. Jika hal itu terjadi maka poin yang akan didapat tentu tidak menggembirakan.

Percaya diri memegang peranan penting bagi pemanah. Percaya diri muncul ketika porsi latihan sudah mencukupi sehingga didapatkan pengalaman, yang pada akhirnya pemanah percaya diri bahwa anak panah yang dilepaskannya akan sesuai dengan keinginannya.

Jika saja siswa kita mempunyai rasa percaya diri di kelasnya, maka kelas kita tentunya akan ramai dengan diskusi, pertanyaan, dan jawaban dari mereka sendiri. Guru hanya tinggal mengawasi dan mengatur saja, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai setiap saat.

7. Tanggung Jawab Personal

Panahan bisa dijadikan permainan personal dan kelompok. Ketika menjadi permainan personal maka tentu saja, dia harus bertanggung jawab terhadap tembakan anak panah yang dia lepaskan. Dan, ketika panahan menjadi permainan kelompok, maka tetap saja tiap pemanah dalam kelompok itu (3 orang pemanah dalam satu kelompok) harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. tiap pemanah harus dapat meraih poin tertinggi dari tiap anak panahnya, karena nantinya poin tertinggi diakumulasi dari tiap-tiap individu pemanah.

Munculnya tanggung jawab, memberikan ruang bagi tiap personal untuk dapat mempersembahkan usaha terbaiknya, karena hasil kelompok akan terdampak dari hasil pribadi-pribadi. Dengan rasa tanggung jawab itu pula, seorang pemanah mempunyai kebebasan untuk menentukan keputusannya sendiri.

Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang siap mendapatkan kesuksesan dan kegagalan. Dia siap sukses sekaligus siap gagal. Siap sukses tentu sudah banyak yang menginginkannya, tetapi ketika siap gagal belum semua dapat melakukannya.

8. Bertindak sesuai Aturan

Dalam berbagai permainan olahraga tentu saja terdapat aturan yang harus diikuti, termasuk dalam panahan. Mulai dari batas usia pemanah, jarak yang dipertandingkan, persyaratan alat yang dipergunakan, sampai penentuan skor atau poin hasil tembakan. Semua pemanah harus mengikuti aturan yang ditetapkan, dan jika tidak mau maka harus dikeluarkan.

Seorang siswa di dalam kehidupannya di sekolah atau di luar sekolah, pasti akan berhadapan dengan segala aturan. Aturan itu dapat berupa aturan tertulis yang terdapat di sekolah atau di masyarakat, dan juga bisa tidak tertulis. Aturan itu bukan untuk ‘memenjarakan’ sikap dia, tetapi untuk kenyamanan dalam kehidupan bersosial. Selama siswa dapat melaksanakan aturan, maka selama itu pula mereka akan diterima oleh yang lainnya.

9. Keterampilan Sosial

Seorang pemanah tentu akan belajar keterampilan sosial dalam permainan panahan. Dia akan bertanding dengan lawan yang berada di sampingnya. Lawan itu tentu saja tidak boleh diperlakukan kasar, tetapi harus dapat saling menghargai. Posisi yang berdekatan dengan lawan, tentu saja membutuhkan kualitas diri yang dapat menahan amarah ketika kalah, dan tidak berlebihan ketika menang, tetapi harus saling menghormati. Dia juga tentu saja akan belajar dari cara pemanah lain dalam memenangkan poin tertinggi.

Keterampilan sosial seorang siswa akan membawanya cerdas secara sosial. Dia akan dapat bergaul dengan mudah bersama orang lain, dapat saling menghargai dan membantu.

10. Kegembiraan

Hasil tembakan yang fokus dan sesuai harapan, akan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi pemanah. Bagaimana tidak? Latihan yang sudah dilakukan dengan susah payah dan berlelah-lelah, seolah tidak terasa ketika semua anak panah yang dilepaskan mengenai sasaran sempurna (poin X, sempurna). Setiap hasil dari anak panah yang dilepaskan merupakan penghargan tersendiri bagi pemanah, karena sesuai dengan usahanya. Hal itu tentu saja sebuah kebahagiaan dan sebuah kesenangan.

Hidup penuh dengan kegembiraan dan kesenangan tentu saja tidak diraih dengan berleha-leha, tetapi diraih dengan usaha yang berkeringat dan berlelah-lelah. Apapun hasil usahanya dapat memberikan penghargaan tersendiri bagi pelakunya.

Siswa yang bekerja keras, rajin belajar, dan mau berlelah-lelah, tetnu saja akan mendapatkan dari apa yang telah diusahakannya. Bukankah ada ungkapan, “Siapa menanam, dia akan memanen,”? Hasil apapun tentu akan memberikan kebahagiaan tersendiri seusai usahanya.

Kesepuluh karakter di atas aadalah karakter baik yang harus dimiliki oleh siswa kita. Sebagaimana karakter yang tidak dapat dirahi dengan singkat, tapi membutuhkan waktu yang lama dan terus-menerus, maka panahan dapat dijadikan suatu solusi menyenangkan di dalam mendidik siswa yang berkarakter, yang bermanfaat bagi dirinya saat sekarang dan di masa datang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju pak Osep. Sekarang sedang trend memanah. Di banyak tempat juga banyak diperlombakan memanah tepat sasaran.

01 May
Balas



search

New Post