Tina S. Atmasasmita

Lahir di Bogor, tahun 1973. Telah dikaruniai 2 (dua) orang putri. Mulai mengajar pada tahun 1996 di Kota Bogor, Alhamdulillah pada tahun 2005 Allah memberi kese...

Selengkapnya
Navigasi Web

Goodbye demam, Wellcome nafsu makan

BUKAN TANTANGAN

#True_story_of_my_life

     4th April, 2020

 

Goodbye demam, Wellcome nafsu makan

Aku menikmati Jumat sore tanggal 27 Maret itu dengan perasaan syukur yang teramat dalam. Bagaimana tidak, setelah malam sebelumnya aku mengalami kejadian aneh yang membuatku takut setengah mati, seakan-akan aku akan diajak pulang, tetapi  ternyata sampai sekarang masih diberi kesempatan menghirup udara dunia fana ini. Tak terhitung rasa syukur yang terucap dari hati ini.

 

Suara panggilan video call mengagetkanku, ternyata di layar muncul seraut wajah yang sudah beberapa hari ini kurindukan, sang cucu yang lucu dan menggemaskan. Pasti lucu lah, wong yang ngomong neneknya… sedih juga rasanya melihat gadis usia 3 tahun itu berkali-kali menanyakan keadaanku “nene udah sembuh ya?” “aku mau ke rumah nene…” aku iya kan saja, tak tega rasanya membuat gadis kecil lucu ini kecewa. Andai dia tahu, akupun rindu bertemu dengannya, ingin memeluk dan meciumi pipinya yang halus.

 

Sebetulnya kondisi sakitku belum pulih betul, kadang di pagi hari aku merasa segar dengan suhu tubuh yang lumayan stabil sekitar 35-36 derajat, tetapi di siang hari demamku biasanya muncul lagi hingga mencapai 38, belum stabil walaupun obat dokter rutin kuminum sesuai dosis. Vicall selesai, langsung aku kirim pesan susulan untuk anakku, bagaimanapun bidadari kecil itu ingin bertemu denganku atau ingin keluar rumah, jangan dituruti, karena khawatir akan tertular sakit. Ga sanggup membayangkan bila anak kecil tak berdosa harus sakit seperti ini, demam yang tak kunjung reda, tulang-tulang ngilu semua, mual, sakit kepala, dan pusing.

 

Kalau diingat-ingat lagi, hari itu adalah hari ke-6 aku berjuang menjalani ujian sakit ini. Semoga aku diberi kekuatan, keikhlasan dan semangat untuk segera sehat lagi. Tak tahan rasanya, waktu luang banyak tapi aku tidak bisa berbuat banyak, serasa jadi manusia yang paling unfaedah di dalam rumah.

 

Satu hal yang paling menakjubkan dari kondisiku saat ini adalah hilangnya nafsu makanku, raib entah kemana. Sangat berbeda dengan hari biasanya. Jika dulu, untuk memblockdown nafsu makanku, aku sampai bela-belain tiap minggu puasa Senin hingga Kamis, demi menjaga diri dari rayuan syaiton yang muncul bersama bakso, mie ayam, siomay, brownies, eskrim, es campur, dan sejenisnya agar bobot tubuhku tidak semakin meroket. Tapi saat itu, disuguhkan makanan apapun di depanku, tidak ada yang menarik di hati. Anak ke-dua ku bahkan sengaja membawakan dinsum kesukaanku, tetap saja tidak bisa menggoyahkan seleraku.

 

Derita ini ditambah lagi dengan sakit gigi yang datang menemani si demam di tubuhku, semakin menguaplah selera makanku. Rasanya kalau ada kapsul yang mengandung nutrisi 4 sehat 5 sempurna aku akan membelinya, agar praktis dikonsumsi. Saat-saat seperti ini, hanya kurma yang mampu menemani. Pagi, siang, sore, kurma lagi, kurma lagi. Itupun dimakan tanpa dikunyah, hap langsung minum. Tak apalah, yang penting aku masih dapat suplai energi.

 

Di tengah-tengah perjuanganku menaklukan demam dan sakit gigi ini aku masih harus bekerja, Work From Home, sesuai instruksi dari pemerintah. Secara gitu, seorang ASN apapun kondisinya harus selalu siap melaksanakan perintah. Sambil menahan gigi yang cenat-cenut dan demam yang mulai merasuki diri saat siang tiba, aku harus mengedit materi pelajaran yang sudah aku siapkan di blog pribadiku, melengkapinya dengan soal latihan dan tugas-tugas. Terbayangkan lelahnya lahir dan batin ini? Pemasukan energi kurang, tetap harus melaksanakan tugas.

 

Terkadang jika ada kesempatan berkomunikasi dengan teman-teman di whatsapp grup, aku tanyakan apa sekiranya yang bisa kulakukan untuk mengembalikan nafsu makanku ini. Jawaban teman beragam, bahkan malah memunculkan canda dan tawa :

“Minum B*y*ng Upik, Buu…” waduh, dikira kita balita apa yak???

“Minta dimasakin si Bapa, Buu… trus sekalian minta disuapin sama si Bapanya” aku yakin temanku itu menulis pesan whatsapp sambil cekikikan, dia tau aku bukan tipe wanita manja yang suka diperlakukan sok romantis seperti itu.

Ada satu komentar teman yang sangat berempati “Saya kan tau ibu suka soto ayam buatan saya, saya buatkan ya Bu?” Dan….masih banyak lagi saran yang lainnya. Sejujurnya, apapun saran dari teman-teman, aku sangat terharu dan terhibur, ternyata mereka perhatian walaupun penyampaiannya sambil bercanda. Terima kasih teman-temanku.

 

Dari semua saran yang disampaikan, aku coba praktikkan salah satu saran teman yang menurutku paling mungkin kulakukan, minum air seduhan rimpang kunyit. Konon katanya, selain bisa memancing nafsu makan, kunyit juga dapat menangkal serangan virus Corona. Entalah….yang aku tau rimpang herbal itu sejak dulu sudah sering digunakan oleh orang tua kita untuk pengobatan berbagai macam penyakit.

 

Ternyata betul pemirsa, malam pertama setelah aku mengkonsumsi seduhan rimpang kunyit itu aku merasakan manfaatnya yang tidak disangka-sangka, aku bisa tidur nyenyaaaak banget. Nafsu makan sih belum muncul. Tapi tak masalah buatku, toh  aku masih punya banyak cadangan lemak di tubuh. Malah aku pikir bagus juga, aku ga usah diet. Haha, ngarep kurus dengan cara ilegal.

 

Ba’da subuh sahabatku menanyakan kabarku via whatsapp. Dengan riang gembira aku menjawab,

“Alhamdulillah say, walaupun demam masih tinggi tapi ibu bisa tidur dengan nyenyak. Sebenernya ada yang jadi beban pikiran sih kalau ga mau makan begini seterusnya, bisa gawat nih….”

“Pakasain makan Bu biarpun rasanya pait, ibu takut apa?” responnya.

“Sebenernya ibu takut kalau kurus, soalnya dengan bentuk badan  bulet begini saja follower IG udah lebih dari 8 ribu dan ibu sudah nolak 7 pria…”

“Hahaha…ibu bisa aja, tapi saya jadi ga terlalu khawatir deh kalau sudah denger ibu bercanda lagi kayak gini, Alhamdulillah…. Semoga cepet sehat lagi ya Bu.. Syafakillah”

“Aamiin…Aamiin Yra…. Terima kasih sahabatku sayang…” dia tidak tahu kalau 7 pria yang aku tolak itu adalah tukang sayur, pengamen, marketing panci dan sejenisnya….hihi… tapi tidak termasuk debt collector ya….

 

            Hari ke-dua aku mengkombinasikan obat dari dokter dengan seduhan rimpang kunyit, mulai terasa gejala aneh. Minggu malam aku mengalami insomnia dan sesak nafas, leher terasa tercekik. Aku panggil suamiku, seisi rumah terbangun malam itu, termasuk si bungsu yang sekolah di keperawatan. Dengan sigap dia membaluri punggungku dengan minyak urut yang hangat, dia pijat telapak kakiku, memakaikan aku kaos kaki, dan menyiapkan kasur pemanas. Aku nurut saja karena memang aku ngga tau apa yang harus kulakukan saat itu.

 

            Sambil aku rebahan di kasur terapi, si bungsuku mengukur tekanan darah dan suhu tubuhku. Alhamdulillah semua hasilnya masih dalam batas normal. Tapi aku harus pasrah menjawab pertanyaan dan nasihat si bungsu yang menginterogasiku bagaikan dokter spesialis yang sedang memarahi pasiennya yang nakal.

“Makanya mah…mamah fokus dulu aja minum obat dari dokter, jangan dicampur dulu dengan minum herbal, kalaupun mau minum herbal harus dikasih jarak, minimal dua jam lah…”.

“Iya suster, makasih ya suster cantiiik” jawabku sambil kuusap tangannya yang sedang memijit lenganku.

“Ah mamah kalau dikasih tau jawabannya iya, tapi ga nurut”

“Iya sayang, nanti mamah nurut aja sama ade”

Malam berlalu dengan mencekam, dan aku tidak dapat memejamkan mata lagi sampai adzan subuh berkumandang.

 

            Selesai shalat subuh, Alhamdulillah aku masih diberi kekuatan melanjutkan tadarus Qur-an ditemani suami tercinta, walalupun hanya mampu membaca kurang dari 1 juzz.  Dalam kondisi seperti ini, tidak ada cara lain selain lebih mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta. Apapun yang terjadi esok aku harus siap dan ikhlas. Tiba-tiba cintaku berkata “Nanti siang aku daftar ke si abah, kamu tuh ga bisa ke dokter umum”. Sebagai penjelasan, “abah” adalah panggilan akrab kami untuk dokter internist langganan yang membuka praktik pribadi di jalan Sukajadi Bandung.  Dokter spesialis penyakit dalam yang sudah sangat senior dengan pengalaman yang  luar biasa, bahkan katanya beliau mengambil gelar dokter spesialisnya pun di negeri Kangguru dan sekarang masih aktif sebagai dosen tamu di fakultas kedokteran beberapa perguruan tinggi. Aku tidak menjawab perkataan suamiku, hanya mengangguk dan bersyukur dalam hati, terima kasih suamiku, terima kasih atas semua dukungan mental dan doa untukku.

 

            Selalu ada hal yang bisa kita syukuri dari setiap kejadian, termasuk dalam  perjalananku menghadapi ujian sakit ini. Untung saja sakitku ini terjadi saat diberlakukan WFH sehingga aku tidak perlu cuti sakit berhari-hari. Untung sakitku ini saat WFH sehingga anak-anak berkumpul di rumah, jadi untuk urusan pekerjaan rumah aku punya banyak bala bantuan yang selalu siap meringankan pekerjaan. Untung dokter langgananku sedang sehat dan ada di Indonesia sehingga aku bisa ditangani maksimal oleh beliau, walaupun pemeriksaan pendukungnya sangat banyak, mulai dari cek virus hingga rontgen thorax lengkap. Untuung ini…. Untuung itu…. Alhamdulillah. Aku sadar, sebagai mahluk kami hanya diwajibkan berusaha, hasilnya aku serahkan lagi padaMu Ya Robb.

 

            Hari ini, 4 April 2020 adalah hari ke-14 aku menjalani ujian sakit ini. Walaupun belum pulih sepenuhnya tapi Alhamdulillah aku merasa sudah lebih baik. Walaupun demam masih turun naik tapi tidak lagi menggigil seperti kemarin-kemarin, dan yang jelas terasa adalah perubahan nafsu makanku…entah aku harus senang atau khawatir, aku merasa nafsu makanku sekarang menggila melebihi dari sebelum aku sakit. Melihat kondisi ini, si bungsu sampai memberi saran “Mamah baiknya di rumah juga tetep pake masker deh, biar mamah ga ngunyah terus…” oalaaaah de, bukannya seneng mamahnya udah mulai pulih. “Sorry ya mah, aku ngomong gini karena aku sayang mamah”, “iya deh sayang…” mamah juga sayang kamu.

 

            Di luar jendela terlihat hujan sudah mulai turun. Semoga hujan kali ini membawa berkah Ya Allah. Wahai hujan, hempaskanlah semua virus-virus yang menempel di permukaan bumi ini, dan bawalah serta virus apapun itu hingga hilang ditelan lautan. Yaa Robbi, sampaikanlah umur kami kepada Ramadhan tercinta. Ridhoilah kami untuk bisa melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

 

Sumber gambar : emakansehat.blogspot.com

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post