Tina S. Atmasasmita

Lahir di Bogor, tahun 1973. Telah dikaruniai 2 (dua) orang putri. Mulai mengajar pada tahun 1996 di Kota Bogor, Alhamdulillah pada tahun 2005 Allah memberi kese...

Selengkapnya
Navigasi Web
Latihan kesabaran di tengah Pandemi DiRumahAja

Latihan kesabaran di tengah Pandemi DiRumahAja

Kebijakan Work from Home (WFH) di masa pandemi coronavirus, menjadi tantangan dan peluang tersendiri bagi kami para guru. Satu sisi kebijakan ini menantang kami untuk beradaptasi secara cepat dengan pola kerja yang baru, di sisi lain kebijakan ini memberikan peluang, khusunya bagi para ibu untuk mencari keberkahan dan pahala yang lebih dari biasanya. Dengan kebijakan ini kami memiliki harapan dapat lebih memaksimalkan pengabdian untuk keluarga tercinta.

 

Implementasi Work From Home ini diperkuat lagi dengan pengumuman penerapan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang pertama kali diberlakukan di provinsi DKI Jakarta, disusul dengan pemberlakuan status ini di berbagai provinsi dan daerah lainnya. Hal ini menyadarkan kita bahwa situasi ini memang tidak main-main, kita harus memaknai kebijakan pemerintah ini dengan serius disertai dengan tanggung jawab dan keikhlasan menindaklanjutinya.

 

Selama tujuh minggu terakhir, kami telah berusaha mengimplementasikan Work from Home ini secara intensif. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah. Saat-saat seperti ini kami mengalami seperti apa rasanya berada di rumah bersama keluarga setiap saat, sambil berusaha tetap produktif dalam bekerja. Dalam kondisi seperti ini tidak jarang muncul konflik sebagai dampak dari perubahan emosional yang jenuh akibat kegiatan yang monoton. Sungguh sebenarnya itu adalah ujian kesabaran. Berikut ini beberapa pengalaman pribadi saya seputar ujian kesabaran  saat Work From Home :

 

Menurut pendapat saya, yang disebut bekerja bagi seorang guru adalah melaksanakan kewajiban utama mengajar dan mendidik siswa-siswi dengan sebaik-baiknya. Dengan pemberlakuan WFH ini, bekerja menjadi tidak biasa, karena semua proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Cara kerja ini pun harus dilakukan secara tiba-tiba, serentak, bahkan tanpa persiapan apapun. Oleh karena itu, di awal WFH ini guru-guru di sekolah kami fokus melakukan kordinasi secara daring dengan semua pihak yang terkait, agar sesuatu yang harus dilakukan mendadak ini tidak berjalan di luar jalur. Selain itu, sebagai fondasi di awal WFH ini kami melaksanakan pelatihan dan penguatan kilat terhadap penguasaan teknologi sebagai bekal untuk menyampaikan pembelajaran jarak jauh.

 

Saat skenario PJJ sudah kita atur, materi telah kita siapkan, terkadang kita harus legowo menghadapi kenyataan di lapangan, yang tidak selalu sesuai dengan harapan. Beberapa kali saya mendapati tidak semua siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran, dengan alasan tidak punya kuota atau tidak ada sinyal. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain bersabar menghadapi kenyataan ini.

 

 

Menjadi partner belajar putri sendiri yang sudah level mahasiswa dalam pelaksanaan UAS praktik jurusan Keperawatan menjadi cerita tersendiri dan tidak terlupakan. Pengumuman online tentang jadwal ujian praktik sempat membuat putri kami shock berat. Bagaimana tidak, tugas membuat video praktik keperawatan dengan delapan  kasus kesehatan yang berbeda, harus diselesaikan dalam waktu 5 hari. Fasilitas praktik yang tidak kami miliki di rumah, dan panduan praktik yang belum disampaikan oleh dosen, membuat si bungsu putus asa dan ingin berhenti kuliah, padahal dia telah menempuh empat semester. Lagi-lagi ini merupakan ujian kesabaran bagi kami. Saat itu yang bisa kami lakukan adalah tarik nafas dalam-dalam, berdoa dan mengembalikan ini semua pada Sang Maha Pencipta.

 

Kejadian di atas juga menjadi cerminan bagi saya pribadi bahwa dalam memberikan tugas kepada siswa harus betul-betul mempertimbangkan kemampuan siswa dari berbagai aspek. Saya tidak sanggup membayangkan seorang ibu yang memiliki empat orang anak yang semuanya masih sekolah di tingkat dasar dan diberi tugas yang kompleks oleh gurunya. Saya yakin tingkat kesabaran orang tua dengan kondisi seperti itu harus dinaikan sampai level tertinggi.

 

Mengendalikan emosi dan tetap bersabar di tengah-tengah kondisi yang tidak menentu seperti ini memang bukanlah hal yang mudah, namun percayalah bahwa semua ini akan berakhir. Yakinlah di balik kesulitan akan ada kemudahan. Yang dapat kita lakukan sekarang adalah berusaha, bersabar dan berdoa semoga pandemi ini cepat berakhir. Aamiin.

 

 

Ditulis oleh:Tina Sundari, S.Pd., M.Pd. Lahir di Bogor, Jawa Barat pada tahun 1973. Guru SMKN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Email : [email protected], WA. 087823621973

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post