Pagi itu, Hari Terakhir Pertemuan Andini
#Tantangan Menulis Gurusiana
#Hari ke-20
#(Belajar Menulis Pentigraf)
Pagi itu, Hari Terakhir Pertemuan Andini
Oleh : Ovrina Resti Arisandi, M.TPd.
Pagi itu, masih hari aktif kerja bagi Andini. Setelahsholat subuh ia bergegas bersiap untuk pergi ke sebuahtujuan. Mengendarai sepeda motor merahkesayangannya. Berusaha menenangkan hatinya yang gundah gulana. Memikirkan apa yang akan takdirsampaikan padanya di pagi ini. Pagi yang dingin dilaluinyadengan sebuah harapan yang sudah berada di tepi jurang.Hanya tinggal menunggu takdir untuk menariknya tak jadijatuh ke dalam lautan ratapan seolah sedang menantinyadi bawah sana.
Sesampainya di tujuan, sebuah rumah yang beberapa kali pernah dimampirinya itu nampak sepi takbertuan. Tertegun sejenak. Berulang kali menimbang danmemutuskan. Akhirnya, Andini menguatkan hatinya untukmembuka gerbang rumah yang ada di depan itu sekarang. Jantungnya berdegup kencang bukan kepalang. Entahapa yang akan ditemui di hari yang masih sangat pagi ini. “Tok-tok”.. “Assalamualaikum”. Beberapa kali diulangnya, tetap taka da sahutan. Hingga tibalah seorang pria paruhbiasa yang tentu saja dikenalinya itu. Wajah itu biasanyamenyambutnya dengan ramah, namun tidak di pagi yang mulai mendung turun gerimis itu.
Hati Andini kian termangu. Tiba-tiba rumah danseisinya begitu asing baginya. Selang beberapa waktukemudian dibukalah pintu utama rumah itu. Dan wajahyang muncul dibalik pintu nampak baru bangun dari tidurnyenyaknya. Berbeda sekali dengan Andini yang semalaman tak bisa memejamkan matanya. Disambutketus oleh wajah itu, wajah yang selama ini sungguhmenyayanginya melebihi apa pun. Andini berkata “ Mas, maafkan aku untuk terakhir kalinya”. Andini memelasmeminta kesempatan terakhir memperbaiki hubungannyayang telah lama diambang kehancuran itu karena takmendapatkan restu dari ibu yang melahirkan laki-laki yang ada di depannya itu. Meski Andini tak pernah melakukankesalahan. Dia tetap memohon demi hubungan kasihyang telah dirajut lebih dari 567 hari itu. Namun, laki-lakiitu tetap dingin dengan jawaba, “Maaf, kita tidak bisabersama lagi, sebab ibu ku pun dari dulu tak menyetujihubungan kita”. Lihatlah seketika langit di luar sana seolahmenangis. Menumpahkan air mata. Hujan turun deras.Sederas tangisan hati yang meratap dalam kalbu Andinipagi itu.
****@asmawirienabengkulu_31 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, Sukses Selalu
Siappp ... terima kasih Pak sudah mampir ...
keren. tulisan yang inspiratif dan bermakna
Hehe.. Terima kasih Pak.. Salam literasi pak..
belajar nulis pentigraf jg h say ...semangat
Hehee.. Yo uni... Masih belajar dari tangga pertama haha
keren. tulisan yang inspiratif dan bermakna
Keren bu
Terima kasih bu Salam literasi....
keren. tulisan yang inspiratif dan bermakna