Oyu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jujur, Pelita Kehidupan

Jujur, Pelita Kehidupan

Zidan adalah seorang anak laki-laki yang sangat rajin dan berbakti. Ia hidup bersama dengan neneknya di sebuah desa yang terpencil dari kota. Sehari-hari, Zidan membantu neneknya untuk menyiapkan masakan terlebih dahulu di dapur. Tak lupa, ia memberi makan beberapa kambingnya yang ada di halaman belakang.

Mungkin, bagi sebagian anak kota, hidup Zidan itu sangat memprihatinkan. Namun, bagi Zidan, hidupnya merupakan sebuah anugerah. Zidan pandai bersyukur, ia tidak pernah menyalahkan keadaan. "Zidan, segera berangkat!" perintah neneknya. "Baik Nek, segera ini tinggal menyiapkan minum untuk kambing," Zidan menyahut.

Setelah menyelesaikan tugasnya di pagi hari, Zidan segera mencuci tangan dan berangkat ke sekolah. "Nek, Zidan berangkat," ucapnya berpamitan. Neneknya menatap nanar cucunya tersebut. Ibunya meninggal 3 tahun lalu, ketika ia masih kelas 3 SD. Sedangkan ayahnya tak pernah menjenguk setelah ia berumur 3 bulan hingga sekarang. Ucapan-ucapan kebaikan dari seorang wanita tua mengiringi keberangkatan cucunya ke sekolah.

Perjalanan yang ditempuh oleh Zidan menuju ke SD Kondang Merak, sejauh 10 km dengan berjalan kaki. Letak rumahnya berada di dusun paling akhir. Ia melewati hutan dan ladang milik warga. Tak jarang, ketika hujan turun, ia harus lepas alas kaki, karena jalan menuju sekolah masih berupa jalan tanah, belum tersentuh sama sekali oleh aspal, apalagi pembangunan. Meskipun begitu, Zidan tak pernah mengeluh. Dengan semangat tinggi, ia berangkat ke sekolah. Niatannya satu, ia ingin menjadi orang yang berilmu. Karena ia yakin hanya melalui pendidikanlah, nasibnya akan berubah, dan ia mampu membahagiakan nenek yang sangat ia cintai.

Pagi itu, sesampai di jalan desa, yang hanya beberapa blok saja dari sekolah. Zidan melihat sebuah benda di jalan. Setelah mendekat, ternyata itu adalah sebuah dompet. Menengok kanan-kiri, tak ia temui orang. Karena pagi hari warga sudah berangkat ke ladang masing-masing. Zidan pun memungut dompet tersebut. "Wah, uangnya banyak sekali," ia terpana dengan lembaran merah yang ada di dompet tersebut. Setelah dihitung, ternyata terdapat nominal Rp. 3.000.000,-.

Zidan pun terbayang wajah neneknya. Ia ingat bagaimana neneknya meminta maaf ketika Zidan sedang menyampaikan surat dari ibu wali kelas, berkaitan dengan tunggakan buku.

"Maaf Zidan, nenek masih belum punya uang. Bisakah dua bulan lagi dibayar? Setelah kambing kita laku? Pas lebaran haji?." Zidan sangat memahami kondisi keuangan neneknya. Setiap hari beliau ke pasar, untuk menjual sayur mayur yang ditanam di sekitar halaman rumah. Selain untuk dimakan sendiri. Terkadang pula, nenek mengumpulkan ranting dan jamur yang ada di hutan. Uang hasil penjualan, sekedar cukup untuk membeli beras dan minyak.

"Bagaimana jika kuambil sedikit uang ini, dan kuberikan kepada ibu wali kelas buat membayar bukuku?" Zidan berpikir keras.

Ia pun bergegas menuju ke sekolah, dan menaruh dompet itu ke dalam tasnya.

Sampai di sekolah, ia terlambat 15 menit. Saat itu pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pak Sis, guru agama tersenyum melihat Zidan. "Masuk Nak, kita baru masuk materi baru," ucap Pak Sis.

Pak Sis adalah guru yang sangat ramah dan mengerti tentang kondisi anak. Ia pernah datang ke rumah Zidan untuk melihat kondisi rumahnya. Saat itu Zidan terkenal sering terlambat sekolah, dan ketika datang pun, bau kambing di sekujur tubuhnya. Ia banyak dibicarakan oleh guru yang lain. Guru lain menganggap Zidan tidak disiplin, jorok, dan harus dihukum setiap hari. Suatu ketika, Pak Sis melihat Zidan duduk menangis di pojok gedung sekolah. Ia pun mendekati Zidan. "Saya sedih pak. Sebetulnya saya sudah berusaha tiap hari agar tidak terlambat," ucapnya.

"Terus kenapa kamu terlambat, Nak?" tanya Pak Sis kala itu.

"Tiap hari saya harus membantu nenek, Pak," ia menceritakan kegiatannya tiap hari kepada Pak Sis.

Pak Sis pun tertegun mendengar kisah Zidan. Bagaimana tidak, selama ini ia dianggap oleh guru sebagai murid yang tidak disiplin, namun ternyata ada perjuangan hidup, kemandirian dalam diri Zidan. Setelah Pak Sis, berkunjung ke rumah Zidan, ia pun mengusulkan kepada Ibu Kepala Sekolah, agar Zidan diberi dispensasi keterlambatan 15 menit. Semuanya menyetujui.

Pagi ini di kelas, Zidan terlambat seperti biasanya. Dengan sedikit membungkukkan kepala, ia menyalami pak guru itu. Ia pun duduk di bangku tengah bagian belakang. Tak ada lagi bau kambing, karena sesudah memberi makan di pagi hari, ia mengingat-ingat nasihat Pak Sis. "Nak, sehabis memberi makan kambing, cuci tanganmu pakai sabun ya. Kasihan kan temanmu kalau di kelas bau kambing." Ia pun selalu melaksanakan nasihat Pak Sis.

"Baiklah anak-anak, pagi ini kita akan belajar tentang akhlakul karimah," teriak Pak Sis dengan semangat di dalam kelas.

"Tahukah kalian apa itu akhlak karimah?", tanyanya.

Hamdan mengacungkan tangan "akhlak terpuji pak," jawabnya.

"Bagus, Hamdan. Jawaban yang tepat. Hari ini akhlak terpuji yang akan kita pelajari adalah jujur." Pak Sis menulis kata jujur dengan tulisan besar di papan tulis. Beliau kemudian menerangkan kepada siswa-siswinya tentang nasihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Jujur, merupakan akhlak terpuji yang akan menuntun pemiliknya kepada kebaikan. Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda.

Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga…” ( HR. Bukhari )

"Anak-anak, orang jujur akan disayang oleh Allah. Ia, akan mendapat kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat," kata Pak Sis.

"Orang jujur akan dimudahkan segala rezeki dan urusannya oleh Allah," Pak Sis menambahkan.

Pak Sis kemudian mengisahkan tentang sifat Rasulullah yang dikenal sebagai seorang paling amanah di kalangan Quraisy Mekkah. Hingga beliau mendapat gelar Al-Amin. Karena kejujurannya tersebut, Rasululllah yang masih remaja sudah dipercaya oleh Bu Khadijah menjual dagangannya ke Negeri Syam. Jika dikonversikan saat ini, nilai dagangan tersebut mencapai miliaran rupiah. Kisah tentang Rasul pada masa remaja itu, sebagai bukti bahwa orang yang jujur akan diperluas rezekinya oleh Allah, sebaliknya orang yang tidak berkata benar maka Allah akan mempersulit urusan dan rezekinya. Kejujuran membuat hati kita tenang, dan menjadikan kita dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Seperti tersentak Zidan mendengar nasihat dan penjelasan Pak Guru. "Kenapa pas sekali?" batinnya. Di saat ia sedang perang batin, antara mengambil sedikit uang di dompet yang ia temukan tadi, dengan mengembalikan kepada pemiliknya.

Zidan pun menunggu bel istirahat pertama agar segera berbunyi.

"Kringgg….", tanda pelajaran agama telah usai. Zidan segera menghampiri Pak Sis, di kala anak-anak yang lain ke luar untuk istirahat.

"Pak, kulo badhe tanglet (Pak, saya mau bertanya)," ucap Zidan.

"Silahkan, Nak," jawab Pak Sis.

"Apakah jika kita jujur, Allah akan sayang sama kita?" tanya Zidan.

"Tentu saja, Nak. Allah akan semakin sayang sama kita. Bentuk kasih sayang Allah bermacam-macam. Kita bisa diberi rezeki, dihindarkan dari musibah, mendapat kemudahan hidup, hingga masuk surga," Pak Sis memberi penjelasan.

"Saya tadi sebelum sampai di sekolah menemukan dompet pak," lega rasanya ia bisa berkata kepada Pak Guru. Seakan berat di bahu karena memikul beban berkilo-kilo seketika itu hilang.

"Ada uangnya, Nak? Berapa jumlah yang kamu temukan tadi," tanya Pak Sis.

"Ada Pak, total saya hitung tadi ada tiga juta rupiah," jelas Zidan.

"Wow, banyak sekali," Pak Sis terkejut.

"Bagus Nak, saya yakin pasti ada perang batin di hatimu, namun yakinlah Nak! Kejujuran akan berbuah kepercayaan," Pak Sis meyakinkan Zidan.

"Baiklah adakah KTP atau alamat pemilik dompet di sana?" tanya Pak Sis.

Zidan kemudian membongkar isi dompet tersebut di meja guru di depan Pak Sis. Ada atm, STNK, SIM, dan KTP, semuanya lengkap.

"Jl. Argosewu No. 17, Dukuh Pandawangi. Sepertinya Bapak tahu tempat ini," kata Pak Sis.

"Baiklah Nak, nanti sepulang sekolah, kamu sama Bapak pulang bersama. Kita akan mengembalikan dompet ini beserta isinya ke pemilik rumah. Nanti kamu bapak bonceng."

"Baik Pak!," Zidan menjawab lega.

Pak Sis tersenyum bangga kepada anak didiknya tersebut, ia menepuk-nepuk bahu Zidan.

Siang selepas pulang sekolah, Pak Sis dan Zidan berboncengan menuju alamat rumah yang tertera di KTP. Tak berselang lama, hanya dua puluh menit mereka sudah sampai ke alamat tujuan.

"Assalamualaikum..," Pak Sis mengetuk pintu dan memberikan salam.

"Waalaikum salam.." seorang ibu paruh baya dengan wajah lesu ke luar dari rumah.

Setelah ditemui di teras, Pak Sis berkata "permisi bu, apa benar ini rumah Pak Parto?"

"Benar Pak, dari mana nggih?, kebetulan Bapak sedang keluar, mencari dompetnya yang hilang sejak pagi tadi," jawab orang rumah.

Pak Sis dan Zidan berpandangan. Mereka tersenyum karena sepertinya alamat yang dituju sudah benar. Pak Sis kemudian mengeluarkan KTP dan menunjukkan kepada pemilik rumah, "Apa betul ini milik Pak Parto bu?"

"Lho betul pak, ini KTP suami saya, itu fotonya sama kan dengan yang di dinding?". Pemilik rumah yang ternyata bu Parto itu terkejut.

"Iya bu, ini tadi pagi murid saya menemukan dompet terjatuh ketika ia akan berangkat sekolah. Kemudian ia menyerahkan kepada saya, sampailah kami di sini bu. Uangnya utuh tidak kurang satu apapun, Insya Allah," kata Pak Sis.

"Ya Allah, Pak, terima kasih..terima kasih… Sampean anak jujur yang hebat, Nak!." Ibu itu kegirangan bahagia. Ia memuji-muji Zidan. Segera ia menghubungi suaminya lewat telepon.

"Pak, segera pulang, Pak! Dompetnya sudah ketemu, nanti saja penjelasannya di rumah," bu Parto setengah berteriak.

Tak lama kemudian, suara vespa tahun 80'an menderu. Pak Parto memakirkan vespanya. Ia kemudian memberi salam, "Assalamualaikum..".

Bu Parto menyambut dengan senyum bahagia, ia pun memperkenalkan Pak Sis dan Zidan serta menceritakan kisah mereka.

"Terima Kasih Pak, Terima Kasih Nak, saya sangat bersyukur. Hari ini, kamu telah menyelamatkan satu kehidupan berkat kejujuranmu, Nak." Pak Parto berucap.

Pak Sis dan Zidan tidak mengerti dengan ucapan Pak Parto.

"Ah, bapak berlebihan, sudah kewajiban kami Pak, untuk menolong sesama dan mengembalikan barang ke pemiliknya," jawab Pak Sis.

"Tidak Pak Sis. Siswa Bapak yang jujur ini telah menyelamatkan anak saya. Sejatinya uang ini adalah uang untuk operasi anak saya yang saat ini sedang proses melahirkan. Pihak rumah sakit, akan melakukan operasi dengan syarat kita harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Karena panen kami, masih belum waktunya, saya pun berusaha mencari pinjaman kepada kerabat," Pak Parto memberikan penjelasan.

Ternyata uang dan dompet jatuh yang ditemukan Zidan, adalah hasil dari pinjaman kepada kerabat Pak Parto untuk biaya operasi anaknya.

"Kami bangga padamu Nak, di zaman saat ini masih ada anak jujur seperti kamu," puji Pak Parto.

Zidan pun ikut bersyukur. Hati nuraninya telah memenangkan peperangan batin yang melanda sejak penemuan dompet itu. Berkat kejujurannya, bukan hanya satu nyawa tertolong, namun nyawa ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Kejujuran telah menjadi pelita kehidupan bagi banyak orang. Pak Sis kemudian memeluk Zidan, ia terharu. Ia bangga dengan muridnya tersebut.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post