Oyu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Guru Es Krim

Menjadi Guru Es Krim

Tjatatan Ernaz Siswanto

Ketika menjadi panitia gerakan SaguSabu Malang Raya, yang dikemas dalam pelatihan menulis selama dua hari, di Diknas Pendidikan Kota Malang, ada seorang peserta luar kota yang curhat. "Saya terpacu untuk menyelesaikan buku, karena pandangan beberapa teman saya di sekolah yang sinis menanggapi kegiatan menulis untuk guru ini." Mungkin pembaca heran, kenapa guru belajar menulis kok malah ditanggapi sinis oleh koleganya?

Tentu saja, dulu hal ini terjadi karena banyak guru yang enggan membaca dan menulis. Saya pernah bertemu dengan senior guru, ia berkata "buat apa susah-susah berpikir dan menulis, sini kalau mau untuk keperluan naik pangkat, bayar ke saya 500 ribu saja, nanti akan ada yang membuatkan PTK." Oh Nasib...sudah tidak mau menulis, ini pakai bayar orang lain untuk membikinkan karya ilmiah.

Bahkan saya juga pernah dicurigai sebagai "pengkhianat" guru, hanya karena saya mengadakan kegiatan inovasi pembelajaran bekerjasama dengan organisasi profesi yang berbeda dengan mainstream guru di daerah. "Itu Guru Ekstrem," begitu ucapan yang pernah saya dengar. Saya pun menanggapinya dengan tersenyum saja, terlepas ia mengucapkan dengan serius atau guyon.

Percaya atau tidak, namun itulah kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan kita. Dikotomi dan pengekangan sebagian guru. Suara kebebasan tidak berlaku bagi sebagian guru, karena ia harus patuh dan sendiko dawuh pada atasan. "Jangan ikut kegiatan itu, yang mengadakan si ..." Padahal, saat itu materi yang dilatihkan dalam kegiatan dibutuhkan oleh para guru, untuk inovasi pembelajaran yang menyenangkan di kelasnya. Sejatinya kawan-kawan guru itu haus akan ilmu baru. Karena yang dikirim dan ikut pelatihan oleh instansi biasanya orang itu saja. Hingga dikenal dengan sebutan 4L, loe lagi loe lagi.

Maka tak heran pula, jika ada seorang guru yang mau menulis dan membuat buku, ia akan dianggap sebagai guru VIP. Bagaimana tidak, perilaku "sendiko dawuh" yang tidak pada tempatnya telah mematikan kreatifitas para guru. Akibatnya , meminjam istilah Taufiq Ismail, pendidikan di negara ini masih dalam keadaan pincang membaca dan menulis. Plagiasi guru masih menjadi jualan yang laris, apalagi di musim kenaikan pangkat. Sistem ini kemudian melahirkan kesenjangan dan kecemburuan di antara guru. Jika ada guru yang berhasil dan sukses dalam bidang keilmuan, sebagian koleganya itu penuh dengan syak prasangka. Sebagian guru berprestasipun enggan menyampaikan apa yang ia peroleh, karena ia merasa sudah tidak dihargai terlebih dahulu oleh kawannya.

Mengajak guru untuk mau belajar dan mau menulis, itu sejatinya juga dakwah. Saya terinspirasi oleh para mentor saya di Media Guru, yang tak kenal lelah untuk mengajak guru menulis. Masih membekas di ingatan saya awal Januari 2017 ketika akan mengadakan pelatihan menulis di Kota Batu. Saya berkata kepada Pak Ihsan CEO Media Guru. "Pak, kalau yang hadir sedikit bagaimana?" "10-20 orang saya tetap akan hadir mas. Insya Allah dari yang sedikit akan menjadi banyak. Kita ajak guru yang mau maju." begitu jawabnya kala itu.

Hampir satu tahun, komunitas penulis di Kota Batu menggeliat. Banyak guru penulis baru yang terlahir. Jika ada kawan yang merasa belum bisa menulis, kami pun saling memberi dukungan dan semangat. Guru yang mau menulis tentunya adalah guru yang mau belajar. Ia mau membaca kembali.

Kami tak lagi menghiraukan suara-suara sumbang. Melalui tulisan kami bersuara. Dalam komunitas belajar, kami saling berbagi, menyemangati satu sama lain. Kami yakin, guru yang kreatif dan inovatif, akan mencetak generasi muda yang kreatif dan inovatif. Tak ada ilmu yang kami sembunyikan, apalagi di era keterbukaan informasi, hampir semua ilmu bisa diperoleh lewat internet. Mungkin sebutan ekstrem, terlalu menewen buat kami. Yang tepat adalah, meminjam istilah Ustadz Abdul Shomad, kami adalah Guru "Es Krim". *Batu 24 Januari 2018*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Blended ya

24 Jan
Balas



search

New Post