Termenung Jumakir sesampainya di rumah. Ia hanya mendapati rumahnya dalam keadaan kosong. Hilya masih di sekolah. Najwa, istrinya pasti juga masih di tempat kerja.

Hari ini memang sengaja Jumakir pulang lebih awal. Bukan tanpa sebab. Bukan pula karena ada tugas kantor yang sudah selesai lebih awal. Tapi lebih dikarenakan kondisi badan Jumakir yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan kerja. Hingga akhirnya ia harus minta ijin kepada atasannya untuk pulang lebih awal.

Badannya panas tapi yang ia rasakan dingin bukan kepalang. Batuk yang tak henti-hentinya bahkan sesekali ia paksa untuk mengeluarkan dahak yang terasa kering.

Dalam kondisi seperti itu, Jumakir paksakan diri menelepon istrinya.

"Assalamu'alaikum, Ummi," sapa Jumakir.

"Wa'alaikumussalam, Abi. Tumben nih telepon Ummi pas jam kerja. Ada apa?" memang tak biasanya Jumakir menelepon Najwa kalau pas jam kerja.

"Abi sakit. Sekarang Abi sudah pulang." lanjut Jumakir sambil masuk kamar tidur dan rebahan di sana.

"Sudah berobat?" tanya Najwa.

"Belum, nanti sore saja kalau kondisi tidak ada perubahan. Sekarang Abi mau tidur dulu." Ujar Jumakir.

Di tempat kerjanya, perasaan tidak enak dirasakan Najwa. Pikirannya kalut yang ia pikirkan kondisi suaminya di rumah. Masih tiga jam lagi Najwa biasanya ia pulang dari tempat kerjanya. Namun ia mencoba menemui Pak Rudi, bos di kantornya.

"Selamat siang, Pak." sapa Najwa kepada Pak Rudi.

"Selamat Siang, Najwa. Masuk!" Pak Rudi mempersilahkan Najwa masuk.

"Ada apa Najwa?" tanya pak Rudi.

"Begini Pak, hari ini saya mau minta ijin pulang lebih awal. Suami saya sakit. Sekarang saya mau mengantarkan ia berobat." Najwa mengampaikan maksudnya.

"Baiklah, semoga suamimu cepat sembuh." pak Rudi memperbolehkan Najwa.

"Terima kasih, Pak." Najwa bergegas meninggalkan ruangan Pak Rudi.

Sesampainya di rumah ia dapati suaminya tertidur pulas di kamar tidur.