Pamula Trisna Suri

Lulusan dari FIK UNY tahun 2009, lahir di Purworejo dan tumbuh besar di kota berhati nyaman, Yogyakarta. Merantau ke Pulau sumbawa selama kurang lebih li...

Selengkapnya
Navigasi Web

P U T R I

Cerbung : P U T R I (5)

#Putri

Sampai rumah, mamak sedang memasak untuk makan siang sambil menggendong si kecil.

"Cepat kali kau pulang, Put."

"Iya, Mak." Kudekati mamak, sebelum ke sekolah aku harus cerita dulu.

"Mak, Putri mau ngomong."

"Ngomong ajalah, apa pula payahnya ngomong."

"Uang yang kita ambil di Bank bukan uangku."

"Apa maksudmu, Put? Bukan uangmu gimana?"

Kuceritakan semua kepada Mamak. Kulihat ada genangan air bening pada bola matanya, hanya hitungan detik air itu membahasi pipinya. Aku tahu mamak kecewa, tapi tak ada jalan lain.

"Maafkan Putri, Mak. Aku terpaksa berbohong."

"Walaupun miskin, Mamak tak pernah mengajari kau mencuri, Put. Kalau Bapakmu tahu, pasti dipukulnya kau."

"Aku gak mencuri, Mak. Uang itu besok diganti."

"Mau ganti pakai apa kau? Jangan kau tambah lagi bohong kau tu!" suara Mamak agak meninggi.

Aku tahu mamak marah, malu. Namun panggilan dari sekolah harus kusampaikan.

Percakapan kami menggantung. Aku dan mamak bergegas ke sekolah. Bu Rahmi dan Bu Wati akan tambah marah jika kami tidak segera sampai sana.

Sampai di sekolah, Bu Rahmi masih di ruang BP bersama Imah. Bu Wati tidak terlihat, hatiku berdegup kencang. Mungkinkah Bu Wati melapor pada Kepala Sekolah. Bagaimana jika aku dikeluarkan dari Sekolah?

Masih terlihat wajah marah Bu Rahmi ketika bersalaman dengan mamak.

Sejenak hening.

"Putri, ceritakan pada Ibumu apa yang terjadi," kata Bu Rahmi.

"Putri udah cerita, Buk. Saya akan tanggung jawab, Buk. Saya yang salah melibatkan dia," jawab Mamak menahan tangis.

Tak ada yang bisa kulakukan selain menunduk. Menerima resiko dari semua ini. Tak mungkin ku katakam bahwa ini ide Imah.

Dia yang menyarankan menggunakan uang tabungannya untuk kupakai terlebih dahulu.

Imah anak yatim, otomatis dia mendapat beasiswa dari sekolah. Uang beasiswa itu rencananya akan mereka ambil untuk membayar uang tour. Namun urung, karena Imah sudah mendapat uang dari tulangnya (paman).

Di dalam buku tabungan sudah ada selembar kertas dengan tanda tangan Imah dan Bu Rahmi selaku walinya, sehingga dengan mudah aku mencairkan di Bank.

Ku lihat Imah memainkan jari-jarinya dan sesekali melirikku. Aku tahu maksudnya, jangan cerita apapun.

Imah takut akan dikeluarkan dari rumah Bu Rahmi jika ketahuan itu idenya. Beberapa kali Imah cerita akan di titipkan pada saudara yang lain di kampung jika dia berulah.

Sebelumnya Imah pernah cerita bahwa dia pernah di panggil ke ruang BP karena sering terlambat.

Suara sepatu Bu Wati terdengar, dia muncul di balik pintu bersama Pak Edi, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

Hatiku sedikit lega. Mungkin aku masih diberi kesempatan. Kejadian-kejadian sebelumnya, jika dikeluarkan dari sekolah maka dia harus berhadapan dengan Kepala Sekolah.

Dugaanku benar. Setelah lama berbincang mencari solusi akhirnya kami berdamai. Bu Rahmi memaafkanku dan Bu Wati berpesan agar lebih perhatian terhadapku dan lebih berhati-hati.

"Kami pihak sekolah masih memberikan kesempatan Putri untuk di bina di sini, Bu. Jadi Ibu harus mengganti uang pada tanggal yang telah di sepakati dan mohon Putri jangan lagi alpa." Jelas Pak Edi dengan kata yang lembut tapi tegas.

"Kalian ini Ibu dengar terpilih sebagai wakil lomba untuk FLSN, ya? Itu prestasi. Walaupun bukan akademik, tapi itu mantap. Mungkin disitu keahlian kalian. Kalian asah, baik-baik latihan dan jangan membuat masalah lagi," Bu Wati menambahkan.

Suasana sudah mulai cair, Imah pun tersenyum saat disebut sebagai perwakilan lomba.

"Jadi bagimana, Buk? Selesai, ya? Tegas Pak Edi.

"Iya, Pak. Terimakasih banyak, Pak, Buk. Jika nanti tak ada kabar dari Ibu Putri, saya ke sekolah lagi untuk melapor. "Jawab Bu Rahmi.

Kami berjabat tangan, Imah sempat memaikan tangannya saat berjabat tangan denganku. Setelah kejadian ini kami harus bicara.

***

Bersambung ~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post