Pamula Trisna Suri

Lulusan dari FIK UNY tahun 2009, lahir di Purworejo dan tumbuh besar di kota berhati nyaman, Yogyakarta. Merantau ke Pulau sumbawa selama kurang lebih li...

Selengkapnya
Navigasi Web

P U T R I

Cerbung : #Putri (4)

Sejak dipilih menjadi wakil menyanyi aku mulai dekat dengan Imah, teman kelas lain yang ikut lomba poster. Saat jam istirahat, kami saling menunggu dan saat pulang pun begitu. Kebetulan rumah kami searah.

Suatu ketika Imah mengajakku ke rumahnya, dia tinggal bersama Bu Rahmi, adik dari ayahnya yang sudah meninggal. Imah mempunyai kamar sendiri, di sanalah kami berbagi cerita, belajar bersama dan melakukan apapun yang kami senangi. Buk Rahmi sangat baik pada Imah, aku pun diperlakukannya dengan baik.

Hampir setiap hari kuhabiskan waktu bersama Imah di rumahnya. Suatu ketika kuberanikan diri untuk bercerita tentang bapak. Berharap dia bisa memberikan ide atau jalan keluar dari masalah ini. Imah mengusulkan untuk meminjam uang dari Buk Rina.

"Kok, ke Buk Rina?"

"Buk Rina kan baik, mana tahu kasihan sama kau. Dikasihnya pinjaman tu," jelasnya.

Siang itu kami menuju rumah Buk Rina dengan meminjam sepeda motor milik Buk Rahmi. Sampai di sana kuutarakan maksudku dan berharap mendapatkan pinjaman itu.

"Wah, ini udah tanggal tua, nak e. Ibuk gak ada kalo segitu. Cobalah pinjam sama Buk Nur, " terangnya.

Bu Nur adalah bendahara komite kami, beliau tidak mengajar di kelasku. Sungkan juga mau pergi ke rumahnya, tapi kata Imah apa salahnya dicoba. Kami bergegas ke rumah Buk Nur setelah diberitahu detail alamatnya.

Setelah bertanya-tanya kepada penduduk sekitar, kami menemukan rumahnya. Buk Nur keluar rumah dan menatap kami tajam, dia mengernyitkan dahi. Mungkin heran kenapa kami ke sini. Tanpa masuk rumah, kusampaikan maksudku. Kucoba yakinkan agar bisa diberikan pinjaman tapi ternyata tidak bisa. Kami pulang dengan tangan hampa.

Hari-hari berlalu, Imah py ide untuk mendapatkan uang dengan berjualan.

"Apa yang mau kita jual?"

"On line shop baju-baju gitu, gmn?"

"Butuh waktu lama dong, seminggu lagi uang itu harus dibayarkan."

"Hmm, memangnya Bapak dan Mamakmu gak coba pinjam tempat saudaranya?"

"Hutang mereka udah banyak. Kemarin samar kudengar mereka udah coba pinjam sana sini, tapi gak ada yang mau kasih pinjaman," jelasku.

"Kita coba jualan makanan aja seminggu ini, mana tahu untungnya lumayan untuk nambah-nambah nanti."

"Caranya?"

"Besok pagi kita ke tempat ibu kantin, kita jual gorengan ke kelas-kelas, biar mereka gak usah ke kantin."

"Ide bagus. Tapi kalo ketahuan guru gimana?"

"Jangan sampe ketahuanlah," jelas Imah sambil tertawa.

Kami mulai berjualan ke kelas-kelas, sejauh ini guru tidak ada yang curiga.

"Ini gak akan cukup, Mah," kataku sambil kuhempaskan punggungku di sandaran kursi.

"Masih tiga hari lagi, kan?Aku punya jalan keluarnya. Mungkin ini rejekimu.

"Apa?"

Imah berbisik ditelingaku, kudengarkan baik-baik apa yang dikatakannya. Semoga aku gak salah dengar.

Alhamdulillah ....

****

"Mak, ikut Putri ke BANK ambil uang ya?"

"Tak bisa kau ambil sendiri tabunganmu itu?"

"Gak bisa, Mak. Harus sama orang tuanya."

Pulang sekolah aku langsung ke BANK, mamak sudah menunggu disana. Dengan mudah kudapatkan uang limaratus lima puluh ribu itu dengan menyodorkan sebuah buku tabungan.

"Dengan Mbak Imah, ya?"

"Iya, saya."

"Ini, lima ratus lima puluh ribu rupiah, ya? Silakan dihitung dulu."

Setelah kuhitung, kuserahkan uang lima ratus ribu ke tangan mamak, lima puluh ribu lagi kukantongi.

"Alhamdulillah, untung ada tabunganmu, Put. Benar ini uangmu, kan?"

"Iyalah, mak. Ini uangku," jawabku sedikit gugup. Semoga saja mamak tidak mendengar ucapan teller tadi.

***

"Putri, ikut Ibuk ke ruang BK. Sekarang!"

"Ya, Buk."

Ada apa ya? Kulangkahkan kaki menuju ruang BK sambil menebak-nebak apa yang terjadi. Wajah Buk Sri terlihat marah.

Sontak aku terkejut melihat Buk Rahmi dan Imah ada di ruangan itu.

"Duduk, Put! Kamu kenal Ibu ini gak?" tanya Bu Fatma guru BK kami.

"Kenal, Bu."

"Kira-kira kenapa beliau datang mencari kamu? Siapa sih beliau?"

Aku diam menunduk.

"Jawab aja, Put!" seru Buk Sri.

Kulihat semua mata tertuju kepadaku, Imah menatapku dan mengedipkan mata.

"Itu tantenya Imah, Buk. Bu Rahmi."

"Terus?" kata Buk Fatma.

Aku menunduk. Aku tahu ini pasti tentang tabungan itu.

"Nanti saya ganti uangnya, Buk," kataku ragu-ragu.

"Dari mana kau ambil tabungan itu, Put?" kata Bu Rahmi seperti menahan marah.

"Diatas meja Imah, Bu. Tapi saya janji akan segera mengembalikan uang itu," kataku meyakinkan.

"Dari mana kau dapat uang untuk balikinnya?" cerca Bu Rahmi.

Aku menunduk. Diam.

"Ibukmu tahu tentang ini?" tanya Bu Fatma.

"Enggak, Bu. Tolong gak usah kasih tahu mamak saya, Bu." pintaku.

"Ohh, gak bisa. Ini sudah ranah kriminal. Pertama, kamu mengambil buku tabungan dan isinya tanpa izin, itu mencuri namanya. Yang kedua kamu menipu Bank."

"Kemarin saat kami melihat CCTV, pihak Bank juga bertanya mau dikasuskan atau tidak." tambah Bu Rahmi.

"Nah, dengar, Put! Ibu ini sudah baik gak pake lapor polisi," kata Bu Nur.

"Kurang baik apa coba kami, Put. Kamu udah saya anggap anak sendiri. Tapi apa balasanmu?" kata Bu Rahmi setengah berteriak.

"Udah. Sekarang gini, jemput Ibumu di rumah. Bu Rahmi mau masalah ini selesai hari ini juga," tegas Bu Fatma.

Ya Allah, bagaimana ini. Mereka pasti kecewa dan marah. Tidak mungkin kuceritakan yang sebenarnya terjadi. Aku sudah janji pada Imah untuk tidak cerita kepada siapun, termasuk pada Mamak.

Maafkan Putri, Mak.

Bersambung ~~~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita putri terus berlanjut, bagaimana endingnya yach?

18 Nov
Balas

Hee, mungkin 2 part lagi pak. Terimaksih yaa...

21 Nov

Mengikuti jalan cerita Putri, sungguh luar biasa. Semogalah Putri dapat bersekolah dengan baik dan kelak menjadi anak yang berguna. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, bu guru.

18 Nov
Balas

Terimakasih suportnya bunda..

21 Nov

Sukses selalu dan barakallah

18 Nov
Balas

Amin, terimaksih bu..

21 Nov

Semangat. Sukses dan Barakallah. Salam literasi.

18 Nov
Balas

Terimaksih bu..

21 Nov



search

New Post