Pamula Trisna Suri

Lulusan dari FIK UNY tahun 2009, lahir di Purworejo dan tumbuh besar di kota berhati nyaman, Yogyakarta. Merantau ke Pulau sumbawa selama kurang lebih li...

Selengkapnya
Navigasi Web

P U T R I

Cerbung: #Putri (2)

Malam ini si kecil rewel, aku dan mamak bergantian menggendongnya. Biasanya dia cukup diayun, entah kenapa hingga tengah malam dia terus menangis. Hingga akhirnya bapak mencoba menggendongnya, perlahan si kecil diam dan mulai memejamkan mata.

Bapak memindahkannya ke dalam ayunan, tetapi si kecil tiba-tiba merengek seolah tahu akan dimasukkan ke ayunan. Kucoba bersihkan ayunan, mana tahu ada hewan yang menyakitinya tapi ternyata tidak ada. Ketiga adekku sudah tidur pulas, mamak kuminta tidur duluan karena kulihat wajahnya sudah sangat mengantuk dan lelah.

"Pak, bapak tidur ajalah, biar Putri yang gendong adek, " kuambil adekku dari gendongannya.

Bapak tidur terduduk sambil menggendong si kecil, saat berpindah ke tanganku si kecil sempet merengek tetapi lelap lagi ketika kuayun-ayun sambil menyanyikan lagu.

"Istirahatlah, pak. Besok katanya ada carteran."

"Kalau kau capek bangunkan bapak atau mamakmu ya, besokpun kau harus sekolah," katany sambil meluruskan kaki.

"Iya, pak. Sudah lelap pula si kecil, bisa ku taruh ke ayunannya."

Suara ayam berkokok membangunkan kami, adek-adekku masih tidur nyenyak, apalagi si kecil.

Kubangunkan bapak, "Pak, sudah pukul lima pagi, bangun! Penumpangnya mau dijemput pukul setengah enam pagi kan?"

Bapak bangun dan bergegas mandi, mamak sudah sibuk di dapur memasak untuk sarapan kami, telur dadar dan tumis kangkung. Hampir setiap hari kami makan telur, tempe, tahu dan terkadang ikan sungai hasil tangkapan adekku.

Kata mamak, biarpun sedikit yang penting ada lauknya. Bisa dibayangkan dua telur yang didadar dibagi menjadi enam bagian.

"Rajin kau belajar Put, ya? Biar hidup kau senang besok, gak seperti mamakmu ini. Lulusan SD cuma bisa jadi tukang sapu."

"Ya, mak."

"Bapak kaupun tak lulus SMA, jadilah tukang becak. Janganlah hidup kau seperti mamak dan bapakmu ini, Put."

Seperti biasa, mamak pergi bekerja menyapu jalanan dan bapak karena hari ini mendapat carteran berangkat lebih pagi. Aku mempersiapkan segala kebutuhan adek-adekku, si kecil masih terlelap hingga acik datang.

Mendengar pesan mamak, membuatku ngilu. Besar sekali harapan mereka terhadapku, mampukan aku menjadi orang yang seperti mereka inginkan? Aku bukan anak yang pintar dibidang akademik. Dari kelas tujuh pernah kudapatkan 10 besar.

Bel tanda masuk berbunyi, jam pertama pelajaran Fisika.

P=F/A

Rumus itu di tulis besar-besar oleh guruku, setelah itu beliau menjelaskan maksud dari rumus tersebut dan memberikan sebuah soal untuk contoh. Biasanya ini akan berakhir dengan tugas, tapi semoga hari ini tidak.

"Menurut ilmu fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya. Jadi kalo hidupmu banyak tekanan, mungkin kamu kebanyakan gaya," kata beliau dikuti dengan gelak tawa teman-teman.

"Putri, buk, putri...," teman laki-laki mengolok-olokku sambil tertawa.

Aku menegakkan kepalaku, hampir saja aku terlelap, samar kudengarkan suaranya.

"Kamu selalu saja tidur dalam kelas, Put! Jam berapa kamu tidur? Masih pagi kok udh ngantuk!"

"Jam setengah satu, buk!"

"Ngapain aja sampe jam segitu baru tidur?Tidurlah lebih cepat!"

Aku diam, menjawabpun pasti disalahakan. Teman dan guru tidak ada tahu kondisi keluargaku. Aku blm punya teman dekat, teman yang bisa kuajak cerita.

"Baiklah, karna waktu sudah habis, latihan soal halaman 20 dikerjakan minggu depan saja. Semoga ilmu yang kita pelajari bermanfaat, sekian dari ibu. Assalamualaikum wr wb."

Pelajaran berikutnya seni budaya, aku paling suka pelajaran ini. Kantukku tiba-tiba hilang. Buk Rina yang sikapnya lembut dan murah senyum kepada kami membuat kami mengidolakannya. Apalagi saat belajar sering memutar vidio-vidio.

Kali ini materi drama, satu persatu kami diminta maju untuk memperagakan salah satu potongan drama yang baru saja di putar. Saat giliranku, seperti biasa mereka mengolok-olok.

Kupejamkan mata dan mengambil napas dalam, kuhembuskan pelan kumaikan peranku. Semua temanku diam, sepertinya mereka kagum melihat aksiku. Setelah selesai riuh tepuk tangan mengema di kelas kami.

"Bagus, Put! Kamu bisa nyanyi?"

"Sedikit, buk, "kataku nyengir.

Potongan drama tadi ada menyanyikan lirik lagu, mungkin Buk Rina penasaran dengan suaraku.

"Coba nyanyi lagu ini," Buk Rina memutar vidio klip karaoke lagu "Laksmana Raja di Laut".

Teman-teman bersorak dan bertepuk tangan, rasanya senang sekali mendapat perhatian dari mereka.

"Besok ikut seleksi untuk FLSN Kecamatan Rambah, ya?" kata Buk Rina setelah aku selesai menyanyikan lagu itu.

Keesokan hari berikutnya aku dipanggil untuk berkumpul di Lab Komputer, ternyata disana sudah ada 6 orang teman yang ikut seleksi. Salah satunya adalah kakak kelasku yang biasa diminta untuk menyanyi setiap ada acara.

Baru kali ini aku menonjolkan diri, sebelum-sebelumnya aku lebih pendiam. Bertemu dengan mereka membuat jantungku berdetak makin kencang. Aku minder.

"Masuk, Put!" Buk Rina memanggilku.

"Ya, buk."

"Kalian nanti akan ibuk pilih mewakili sekolah kita, satu cewek dan satu cowok," jelas Buk Rina. Duh, pasti gak terpilih nih. Jelas ada kakak kelas yang lebih bagus suaranya. Batinku. Aku mendapat giliran yang terakhir. Mendengar suara teman-teman lain aku seperti punya kekuatan untuk membuktikan bahwa aku bisa.

Giliranku, kupejamkan mata dan terbayang sosok mamak. Betapa ingin mamak melihatku sukses, jika bukan di bidang akademik mungkin di bidang seni ini bisa membawaku sukses.

Jam istirahat berbunyi, kami keluar ruangan dan menantikan hasil pengumuman sambil makan di kantin belakang.

"Suaramu bagus, Put. Kayaknya kamu deh yang terpilih," kata kakak kelas.

"Bagus suara kakak lagi, kakak lagi lah yang mewakili lomba."

"Enggak, kakak udh gak bisa ikut lagi, umurnya kelebihan. Kakak ikut lomba yang lain."

"Oohh gitu, pantes tadi nyanyi lagunya lain sendiri," kataku nyengir.

Kami kembali ke Lab Komputer dan siap menerima pengumuman. Dalam hati aku yakin terpilih, apalagi kakak kelasku berkata seperti tadi.

Dan benar, aku terpilih mewakili sekolah untuk seleksi tingkat kecamatan. Ini awal perjuanganku, akan kuceritakan pada mamak, pasti dia akan senang sekali.

Sampai rumah, kulihat mamak menangis. Kuurungkan untuk menyampaikan berita baik ini. "Bapakmu kecelakaan. Kata orang, parah rupanya. Ditabrak truck? Bagaimanalah ini?" mamak memelukku sambil menangis sesegukan.

Seketika lemas otot-otot tungkaiku. Terbayang wajah bapak dipelupuk mataku.

Bapak...

bersambung ~~~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Asyik ceriranya, sy sampai terhanyut dibuatnya. Ditunggu yah lanjurannya. Sukses selalu dan barakallah

09 Nov
Balas

Terimaksih bu, Eh ibu tinggal di jogja kah?

09 Nov

Mantap bunda ceritanya.. Semoga semakin semangat menulis. Barakallaah

09 Nov
Balas

Terimaksih bund Masih belajar ini, hehee

09 Nov



search

New Post