Tholchah: "Mas Panji, saya dapat no mas dari Kang Redi" Saya: "iya mas, ada yang bisa saya bantu?" Tholchah: "Begini mas, saya butuh bantuan nara sumber untuk penelitian saya" Saya: "waah apa yang bisa saya lakukan?, memang tentang apa penelitiannya?" Tholchah: "Tentang sosok guru PAUD laki-laki di Indonesia" Saya: "kalo ini saya insya Allah siap" Tholchah: "kita janjian ketemu ya mas" Saya: "siap"

Eksistensi guru PAUD laki-laki di Indonesia masih dibilang penuh misteri. Misteri jumlahnya berapa?, misteri alasan memilih jadi guru PAUD?, misteri kehidupannya di sekolah, misteri kompetensinya?, dll. Saya kaget dan senang ada peneliti yang mau memilih topik tentang guru PAUD laki-laki. Belum selesai kaget saya, ternyata penelitinya seorang mahasiswa program doktoral, kaget lagi kuliahnya diluar negeri, eh kaget lagi kuliahnya di Finlandia, negara yang menjadi rujukan pendidikan. Wawancara dengan mas Tholchah yang rencananya dua jam, terasa kurang. Kami berdiskusi tentang banyak hal, khususnya PAUD. Logat bahasa mas Tholchah yang jawa, membuat saya makin penasaran bagaimana beliau bisa sampai ke Finlandia. Sebagai guru PAUD yang berlatar pendidikan Fakultas Ilmu Komunikasi, saya serasa sedang jadi nara sumber penting. Gaya bahasa dan pemilihan diksi beliau memang mencirikan bahwa beliau calon doktor. Apalagi kami ternyata sama-sama alumni wartawan kampus. Jadi klop deh.

Tholchah: "Jadi menurut mas, perlukah guru laki-laki didunia PAUD?" Saya: "perlu banget mas"

Terima kasih mas, semoga penelitiannya nanti bisa semakin menyemangati kami para lelaki, baik yang sudah terjun atau belum ke dunia PAUD