PERSAHINI SIDIK

Persahini Sidik ...

Selengkapnya
Navigasi Web

GUGATAN HATI MEMILIH DUA MOMENTUM INDAH

“Bu, Senin, 22 Mei 2017 acara pelepasan di sekolah aku, ibu bisa datang kan?” Ezra anakku mengungkapkan jadwal pelepasan siswa kelas 9 SMPIT Insan Harapan. Sorot matanya sangat bahagia, tergurat senyum manisnya, ketika aku menjawab “insya Allah, Dek, untuk anak cantik ibu akan datang”.

“Ibu tidak bekerja atau bolos kerja? Itu kan hari Senin hari kerja, atau ibu bisa libur”, Tutur kata harap-harap cemas. Khawatir ibunya tidak bisa hadir karena beragam kesibukan yang tidak pernah selesai. Untuk menenangkan hatinya, aku menjawab “Apa sih, yang tidak dilakukan untuk anak cantik”, walaupun hati ini juga sedikit galau, khawatir tiba-tiba ada tugas dari atasannya. Sangat berharap, semoga tidak terjadi.

Kegalauan ada momentum lain ternyata muncul. Tiba-tiba muncul informasi di waktu yang sama akan diselenggarakan kegiatan Character building dari Direktorat KSKK Madrasah di Kota Malang antara tanggal 20 – 22 Mei 2017. Mulailah satu babak baru untuk memilih dua momentum indah ini. Tekad kuat memilih momentum pelepasan anakku Ezra lebih kuat. Aku harus hadir di ujung acara pelepasan siswa kelas 9 di Gedung DRN Puspiptek.

Dengan berat hati, menyampaikan ijin dan permohonan maaf tidak bisa hadir pada kegiatan character building ke direktorat dan sahabat-sahabat kepala MAN Insan Cendekia. Pilihan tetap ingin hadir di tengah gadis kecil yang beranjak dewasa di hari bahagianya, menjadi momentum yang tidak boleh disia-siakan. Kekecewaan tergambar diraut para sahabat satu perjuangan, apa boleh buat “harus memilih di antara dua momentum indah”.

Secara terbuka kondisi ini disampaikan pada Ayah Wiwing sebagai suami tercinta yang seratus persen selalu memberi dukungan. Oh, ternyata ayah punya pendapat yang berbeda: “ibu harus ikut kegiatan character building, karena acara itu sangat penting untuk kebersamaan”. Kata-kata tersebut menyengat hati dan aku bergumam “suami yang aneh.” Kenapa memilih momentum berbeda dan terasa tertampar keras, seolah-olah merupakan jawaban dari belenggu kesibukan sang istri yang luar biasa. Dengan lirih aku berkata perlahan ”Ayah mungkin marah ya, karena waktu ibu banyak tersita untuk pekerjaan kantor”. Secara tegas ayah berkata “Tidak pernah terpikir seperti itu, ayah akan selalu dukung apapun yang bisa membuat ibu lebih baik”. Rasanya dunia berputar lebih cepat, ingin mengakhiri kondisi yang membuat hati tidak karuan. “ayah biarkan ibu berpikir dan merenung untuk memilih dua momentum tersebut”

Hari berganti hari, hati ini tetap memilih acara anakku yang tidak mungkin terulang sepanjang hidupnya. Tidak ada diskusi dengan suami tercinta, yang ada hanya anakku Ezra terus bertanya “ibu bisa hadir di acara aku?”. Hanya tersenyum dan sedikit tersekat aku berkata “iya, dek, ibu usahakan”. Berharap ayah Wiwing berubah pikiran dan berpihak memilih momentum untuk anak gadisnya. Berharap juga undangan dari direktorat mengubah hari dan tanggal agar tidak bentrok. Di benak berdoa “Ya, Allah, berharap ridho Allah untuk memudahkan memilih satu dari dua momentum indah untuk diri hamba”.

Satu minggu sebelum kegiatan Character building di Malang, aku berangkat memeriahkan kegiatan Perkemahan Pramuka Madrasah (PPMN) ke-3 di Koba Bangka Tengah. Keberangkatan ini menambah kuat hati, tidak mungkin dua minggu berturut-turut meninggalkan ayah Wiwing, Aa Ari, dan Dek Ezra di rumah. Membayangkan indahnya berkumpul bersama keluarga di hari istimewa anakku. Semakin kuat memilih hadir di tengah-tengah kebahagiaan anakku yang lulus dari SMPIT Insan Harapan.

Tanpa diduga, malam saat mengikuti acara talk show PPMN 3 di Novotel hotel Pangkal Pinang, muncullah kiriman WA dari anakku Ezra “Ibu, acara di Malang itu penting buat ibu ya?”.

Dengan bingung menjawab “Kenapa dek cantik bertanya?”. Lanjut WA antara aku dan anakku

Ezra “Ibu bisa kan datang ke acara aku”

Aku “Iya Dek, ibu akan hadir di acara dek Cantik”

Ezra “ Yeaay” dengan gambar senyum dan lanjut “jadi di daftar undangan nama ibu ya yang ditulis”

Aku “iya Dek, ditulis aja”

Ezra “yeaay”

Tidak lama kemudian muncul WA dari ayah Wiwing “Ibu, sudah ada undangan kegiatan di Malang?”. Di saat bersamaan pula undangan kegiatan Character Building muncul pula di WA. Tanpa beban, undangan tersebut langsung di forward ke ayah. Aku menulis “Undangan diabaikan saja, ibu memilih ke acara Ezra”. Berharap cemas ayah bisa memenuhi keinginan ibu, walaupun ada rasa sedih mendalam tidak akan hadir pada momentum indah Character building. Tapi itulah pilihan yang mantap. Namun, keinginan kuat, tetap berbalik ketika terjadi dialog dengan ayah melalui WA yang membuat sakit perut.

Ayah : “Ayah sudah sampaikan ke Ezra, ibu harus ke Malang karena penting untuk pekerjaan ibu”

Aku : “Kok, ayah gitu sih, kasihan Ezra”

Ayah : “Gak pa-pa, biar Ezra belajar, semua keinginannya tidak harus selalu terpenuhi”

“Ezra sudah bisa menerima kok, ibu tenang saja”

Aku : “tidak begitu, Ayah. Ini ada WA dari Ezra, dibaca ya”

“Ezra “Ibu bisa kan datang ke acara aku”

“Aku “Iya Dek, ibu akan hadir di acara dek Cantik”

“Ezra “ Yeaay, jadi di daftar undangan nama ibu ya yang ditulis”

Ayah : “ibu tidak perlu seperti itu ke Ezra, ayah sedang mengajarkan ke Ezra agar bisa menerima kondisi ini”

Aku : “Ezra gak sedih?”

Ayah : “Gak, tuh. Biasa aja”

Aku : “Ayah gak bohong kan?”

Ayah : “Kenapa harus berbohong, Ezra sudah mengerti kondisi ibu, biarlah belajar hidup”

Aku : ”Oh, semoga baik-baik saja”

Ayah : “Cepet pesan tiket ke pak Imron, ke Malang kan terbatas”

Aku : “Besok aja yah”. Berharap ada keajaiban lain.

Ayah : “iya”

Keceriaan acara talk show PPMN ke-3, dapat menutup kegalauan dan kesedihan yang mendalam. Wajah-wajah ceria para sahabat dapat sedikit menghibur hati yang galau, tetap air mata menggantung di ujung mata. Di antara sentilan canda : “ayo, bunda ikut ke Malang kan?”. Hanya guratan senyum yang bisa menjawab hati galau. Semangat anak-anak pramuka madrasah sedikit menepis hati gundah, riuh rendahnya celoteh orang-orang sedikit menutup kegelisahan. Masih tetap berharap untuk hadir di acara istimewa anakku Ezra.

Esok subuh, ananda Ezra kembali WA :

Ezra : “Ibu, jadi yang ditulis dalam formulir nama ibu atau nama Aa?”

Aku : “Dek cantik, coba ke ayah saja, biarkan ayah yang menjawab” Air mata berurai, sedih membayangkan mimik muka dek Ezra yang mungkin masih berharap kehadiran ibunya.

Ezra : “Ibu yang jawab saja, hari ini terakhir menyerahkan formulir ke sekolah”

Aku : “Ibu harus patuh ke ayah, dek cantik juga harus patuh ke ayah, ya”

Ezra : “Ya”. Alhamdulillah, aku merasa dek Ezra sudah memahami kondisi ini.

Hati kecil terus bertanya-tanya, tanpa bisa membendung air mata kesedihan “Kenapa ayah tidak memilih keinginan istrinya?”, “Kok, ayah tega membiarkan anak gadisnya tidak didampingi ibunya di hari istimewa”, dan terus merenung “ayah yang aneh”. Terus membayangkan, pasti dalam formulir ditulis nama ayah Wiwing dan Aa Ari. Tertutup dan pupus sudah keinginan bisa hadir melihat raut bahagia gadis kecilku. Saat itu, muncul WA dari ayah yang tercinta :

Ayah : “Bu, Ezra sudah menulis nama ayah dan Aa Ari yang akan menghadiri pelepasan Ezra nanti”. Lanjut Wa berikut : “Ezra sudah mengerti, kalau ibu ke Malang karena tugas penting”. Lanjut WA kembali : “Jangan dibahas lagi, ya. Ezra harus belajar hidup yang sesungguhnya.”

Ibu : “Iya, ayah. Ibu patuh apa kata ayah”.

Aku bergumam “Sepertinya, akulah yang harus belajar banyak tentang hidup.” Walaupun sudah tahu arah jawaban, tetapi hati tetap tidak siap menerima keputusan ini. Sedih dan menangis. Pada akhirnya aku harus ikut pada momentum indah lain. Harus siap bergabung dengan sahabat-sahabat kepala MAN IC, sahabat satu perjuangan memajukan madrasah dalam kegiatan Character building di Malang. Ikhlas menerima keputusan suami tercinta, walaupun masih bertanya-tanya :”kenapa harus itu yang diputuskan?”. Tetap masih belum rela dan tidak siap memesan tiket.

Sepulang dari kegiatan di Bangka, ayah menjemput di bandara di tengah crowded perparkiran yang menjengkelkan. Saat masuk ke dalam mobil dan duduk, dan berkomunikasi langsung.

ayah langsung menyapa : “Apa kabar ibu cantik. Sehat ya. Selamat ulang tahun ya”. Kebetulan hari itu hari tanggal lahirku.

Aku : “Alhamdulillah, baik, terima kasih, ayah”

Ayah : “Gimana tiketnya, sudah dipesan?” Bagai disambar petir, langsung bertanya masalah tiket.

Ibu : “Belum, masih ragu, yah”

Ayah : “Ayo, segera pesan sekarang, Ezra baik-baik saja kok, tidak seperti yang ibu pikirkan”.

Ibu : “Oh, iya. Tapi ibu mau ketemu Ezra dulu”

Ayah : “Iya, nanti kalau ketemu jangan ditanya lagi. Kalau Ezra sedih, hal itu wajar kok, ayah juga sedih. Tapi ini pilihan. Ezra akan belajar banyak kehidupan, tidak harus impian dan keinginannya harus terpenuhi. Gitu ya, bu.”

Lanjut : “kalaupun ibu membatalkan ke Malang, tetap tidak akan bisa masuk ruangan acara, karena nama ibu tidak didaftarkan.”

Ibu : “Iya, ayah” Terdiam termangu, entah harus berpikir apa.

Setiba di rumah disambut Aa Ari dan Dek Ezra dengan surprise kue ulang tahun dan hadiah dari masing-masing. Terharu dan bahagia, tetapi tidak sanggup menatap raut wajah Ezra yang tetap tampak rasa sedihnya. Potongan kue dan makan kue bersama-sama tetap tidak bisa meredam gejolak hati yang penasaran ingin tahu hati dek Ezra yang sesungguhnya, ketika ibunya tidak akan hadir di hari istimewanya. Aku panggil Ezra dan mengajak bicara empat mata.

Aku : “Dek Ezra, sudah mendaftarkan nama ayah dan Aa Ari”

Ezra : “Sudah bu, kata ayah harus begitu”.

Aku : “Ibu minta maaf ya, dan terima kasih Ezra bisa memahami tugas ibu”. Sambil tercekat menahan air mata.

Ezra : “Gak pa-pa, bu”. Tampak raut wajah datar, sepertinya menahan tangis juga.

Ku peluk dek Ezra dan sampaikan pesan : “Tetap semangat ya, banyak berdoa supaya kita terus bisa bersama-sama”

Bismillah, saya pencet HP dan lanjut WA ke pak Imron untuk memesan tiket ke Malang pulang-pergi. Alhamdulillah, tidak harus menunggu lama, pesanan tiket dipermudah. Akhirnya, keputusan telah diambil, walaupun berat dengan memilih momentum indah di Character building. Ayah merangkul, kemudian mengacungkan jempol dan berkata “Ibu hebat. Semangat ya.” Selanjutnya menambahkan pesan mendalam : “Ayah ingin ibu bekerja dengan baik dan nyaman. Kegiatan Character building bisa menjadi jembatan terbaik untuk mengenal orang-orang di sekitar ibu. Itu bukan kegiatan main-main, tetapi kegiatan yang sangat bagus untuk membangun kebersamaan. Ibu kan sudah dipercaya menjadi tumpuan MAN IC lain. Disitulah ibu bisa mengenal karakter teman-teman baru dikenal yang hanya bertemu sewaktu-waktu saja. Yang paling penting adalah MEMBANGUN KEBERSAMAAN. Ok, paham kan. Kenapa ayah mendorong ibu ke kegiatan Character building”. Terasa hangat dan mesra rangkulannya. Hati ikhlas seorang ayah bagaikan vitamin kehidupan yang menguatkan pilihan.

Ucapan lirih dan datar aku : “Terima kasih ayah.” Walaupun hati masih belum siap 100% menerima keputusan tersebut.

Masih mencari jawaban terbaik, aku berkonsultasi dengan psikolog di MAN IC Serpong, yang biasa dipanggil pak Agus Pramudya. Dengan gamblang menceritakan apa yang aku rasakan saat ini, memulai kata-kata: “Suami saya aneh pak.”

Agus : “Lho, kenapa?”

Aku : “Memilihkan di antara dua kegiatan yang sama-sama penting, tetapi ternyata tidak berpihak pada anaknya. Kok, bisa ya?” Lanjut panjang lebar aku menceritakan runutan kondisi yang terjadi, dimulai dari WA yang mengarahkan pilihan yang bukan pilihan istrinya, mengabaikan perasaan anak gadisnya, sampai memaksa dengan pemikiran yang terbaik adalah pilihan ayah Wiwing.

Tanpa diduga, psikolog menjawab pendek :”Bu Penny, kalau saya jadi suami ibu, saya akan melakukan hal yang sama. Ikuti yang disarankan suami ibu. Itu adalah saran terbaik. Suami ibu orang hebat.”

Aku :”oh, kenapa begitu pak?” sambil berkata perlahan : “Apa semua laki-laki berpikir seperti itu ya?”

Agus : “ Tidak juga, bergantung pada kekuatan pribadinya”

Aku : “Saya masih belum bisa menyelami keputusannya pak. Khawatir, kondisi ini adalah bentuk kekecewaan suami saya, karena saya terlalu tenggelam dan sibuk dengan urusan MAN IC.”

Agus: : “Tidak, bu. Berbeda, suami ibu menyatakan hal yang jujur.” Dan melanjutkan dengan tegas “Bisa jadi, karena ibu terlalu dekat dengan Ezra. Ini waktu yang baik untuk Ezra agar tidak banyak bergantung ke ibu.” Ow, tersengat kembali dengan untaian kata yang menggugah alam bawah sadar, ada sesuatu yang perlu dibenahi dari pribadiku sendiri.

Pernyataan terakhir dari psikolog telah membulatkan hati, untuk siap memilih momentum indah bersama sahabat-sahabat perjuangan MAN IC di Malang.

Hai, sahabat-sahabat MAN IC aku siap bergabung bersama kalian. Malang aku akan datang untuk berselancar membangun impian dan kita akan menjadi lebih kompak.

Gugatan hati untuk memilih momentum indah ini menjadi pembelajaran terindah dalam perjalanan hidup seorang kepala madrasah perempuan. Tetap sebagai seorang ibu, ada sisi perempuan yang sering muncul rasa takut mengecewakan banyak orang dan tidak dapat membahagiakan keluarga dan orang-orang di sekitar. Terima kasih ayah yang hebat atas pilihan terbaiknya. Terima kasih Aa Ari yang selalu menguatkan ibu. Terima kasih Dek Ezra yang bisa ikhlas menerima keputusan.

Rasa syukur yang tak terhingga. Ternyata benar, kegiatan Character building di Malang sangat elegant dan cantik. Penuh keceriaan dan canda ria yang tak henti. Membangun kekompakan dan semangat juang.

Patuh terhadap suami tercinta, berbuah momentum indah yang tidak akan terlupakan.

Ditulis: 9 Juni 2017 pada acara Lokakarya Penulisan Buku Karya Kreatif Tahap II

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah. Dua pilihan yang berat. Keluarga yang hebat. Terima kasih sudah berbagi.

10 Jun
Balas

terima kasih, pak. Masih harus banyak belajar,

14 Jun

Hikmahnya ...indah Bu Peni. Alhamdulillah...semuanya baik-baik saja.

10 Jun
Balas

Terima kasih bu.

14 Jun



search

New Post