PERSAHINI SIDIK

Persahini Sidik ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Nama Unik dalam Keluarga Sidik (Tantangan menulis hari ke-2)

Kisah hidup dapat diabadikan menjadi sebuah nama, inilah yang terjadi di dalam keluarga Muhammad Sidik, selalu memberikan nama kepada anak yang dilahirkan disesuaikan dengan kisah yang terjadi saat itu. Ayah-ibu memiliki sembilan anak yang terlahir dalam dua kelompok. Sampai saat ini, selalu disebut kelompok anak besar lahir pada tahun 1953, 1954, 1956 dan 1957 dan kelompok anak kecil lahir pada tahun 1963, 1964, 1965, dan 1966. Unik, ya. Siapa sajakah nama-nama anaknya dan apa saja kisahnya? 

Kelompok anak-anak besar terdiri dari lima orang, yaitu: 

Anak Pertama, bernama Kurniasih (1953), adik-adiknya memanggil dengan sebutan Yayuk, karena merupakan anak tertua. Tetirah keluarga besar dari bapak, anak perempuan pertama otomatis diberi gelar Yayuk. Kelahiran anak pertama ini, setelah ayah dan ibu menuggu lima tahun sejak menikah. Sebagai ujud rasa syukur atas kurnia dari Allah SWT, dan ucapan terima kasih, maka ditorehkan menjadi nama anaknya, Kurnia-sih. Tahun 2003 Yayuk wafat beberapa hari setelah merayakan Idul Fitri. Almarhumah sosok yang tangguh dan kuat, wafat karena serangan kanker yang bertahan selama 20 tahun.

Anak kedua laki-laki bernama Wahidin (1954), dengan nama panggilan mas Idin. Lahir di rumah sakit bersalin di jalan dokter Wahidin, Jakarta Pusat. Untuk mengenang tempat kelahiran, maka nama jalan menjadi pilihan anak kedua. Tahun 2013 Mas Idin wafat, satu minggu setelah dirawat di rumah sakit.

Anak ketiga bernama Sofiati, (1955) bayi perempuan yang dipanggil Sofi, atau terkenal dengan sebutan Mbak Sofi. Saat kelahirannya, ayah memiliki mobil baru dengan merk @Fiat. Bagi ayah, mobil tersebut memiliki kenangan tersendiri yang mengesankan. Untuk itu anak ketiga ditorehkan bernama So-Fiat- i, artinya Fiat yang selalu di hati. 

Anak keempat bernama Ahmadsah (1956 - 2015), bayi laki-laki yang dipanggil Atjah, atau mas Atjah. Saat mas Atjah lahir, ayah baru lulus kuliah di Akademi Hukum Militer yag disingkat AHM. Sebagai kenangan maka diberi nama AHM-ad-sah, yang berarti lulus dari AHM dengan sah. Tahun 2015 mas Atjah wafat, karena mendadak serangan jantung. 

Anak kelima bernama Januji (1957), lahir di bulan Januari yang menjadi suntingan nama nya. Penulis tidak sempat bertemu karena wafat di usia enam bulan.

Selanjutnya, kelompok anak-anak kecil terdiri dari empat orang, jarak kelahiran dari anak besar pertama bertaut sepuluh tahun, yaitu:

Anak keenam  bernama Iriansah (1963), bayi laki-laki dipanggil Iyan. Pemberian nama bertepatan dengan pembebasan Irian Jaya dari penjajah. Secara sah kembali berdaulat ke Negara Indonesia, Nama ini merupakan persembahan bagi para pejuang di pulau paling timur dengan menorehkan nama Irian yang sah kembali ke bumi pertiwi.

Anak ketujuh bernama Persahini (1964), bayi perempuan yang dipanggil Penny. Saat kelahiran bertepatan dengan jabatan ayah sebagai Ketua Persahi di Indoneia, yaitu Persatuan Sarjana Hukum Indonesia. Suku kata ni menjadi pemanis nama. 

Anak kedelapan bernama Seskoadi (1965), bayi laki-laki dengan panggilan Didit. Luar biasa, kisah saat ibu hamil sedang mengikuti pendidikan di Seskoad, kepanjangan dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Ibu pernah menunjukan bukti foto berseragam saat pendidikan yang menunjukan perut buncit dan memegang pistol.

Anak bungsu bernama Prihatiman (1966), bayi laki-laki dipanggil Iman. Menurut kisahnya, saat terlahir ada goncangan keprihatinan di keluarga yang membuat kesedihan amat dalam. Maka sepakat ditorehkan nama Prihatin, dengan penambahan man yang dapat diartikan laki-laki.  

Semasa hidup, ayah dan ibu sangat senang bercerita tentang kisah pemberian nama anak-anaknya, seringkali diulang dan disampaikan kepada semua orang. Bahkan, ayah pernah menggubah lagu dengan judul nama anak-anaknya sampai melakukan rekaman sendiri menggunakan kaset. Penulis sangat senang mendengarkan alunan suara ayah yang berat, dan tidak pernah bosan memutar hasil rekamannya. Hanya saja, rekaman tidak tersimpan dengan baik sehingga tidak punya arsip kenangan lantunan nyanyian ayah.

Saya bersyukur dan bangga dibesarkan dari seorang ayah berkarakter tegas, disiplin, dan selalu memperhatikan pernik-pernik kebutuhan anaknya, mulai dari pakaian sampai alat-alat sekolah. Ibu adalah sosok tegar yang sabar mengurus anak-anaknya, disiplin mengontrol makan dan waktu tidur. Ibu sangat lihai membuat macam-macam kue, yang paling disuka cemilan lemper yummy yang belum ada tandingannya. Setiap pagi, semua wajib minum susu yang sudah dituangkan ke gelas-gelas yang sangat teratur dan tidak boleh bertukar. Selain itu, setiap hari memasak untuk makan pagi, siang dan malam. Jika ada di rumah, maka wajib makan bersama di meja makan besar. Indahnya bersama keluarga, kenangan yang tak terlupakan.

Kangen almarhum ayah, almarhumah Ibu, juga kakak-kakak yang telah dipanggil Allah. Semoga Allah melapangkan kuburnya dan mendapat tempat terbaik. Aamiin.

Medio : 3 Juni 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post