Petrus Pito, S.Pd., Gr.

Lahir di Lewolera - Lembata, Tanggal 27 April. Aku Hanyalah Seorang Guru di Pelosok Negeri Ini. Aktivitas Sekarang Mengabdi Sebagai Guru Garis Depan, Mengajar ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Segelas Kopi dan Solusinya (Part 1)
Menikmati Kopi Mencari Solusi

Segelas Kopi dan Solusinya (Part 1)

Pagi cerah. Burung-burung yang hinggap di dahan, bersiul dan mencicit nyaring mendedangkan lagu, menyambut sinar mentari pagi yang ramah menyapa dari balik jendela. Aku tersenyum, menatap hari dengan segala ceritanya. Secangkir kopi tersaji di depan mata. Apa yang terjadi dengan hidupku hari ini?

Terdiam, menikmati setiap tegukan kopi yang mengalir di tenggorokkan. Ada harapan dan doa untuk cerita hidup hari ini. Izinkan diriku berpikir untuk yang ini saja. Hari ini, yang kuinginkan hanyalah kewajaran bukan pada apa yang indah-indah.

Pagiku berlalu. Bergerak lebih cepat dari yang aku inginkan. Inginku berdiam lebih lama menikmati pagi, tapi dunia memanggil namaku berkali-kali. Mengajakku mengarungi cerita siang hari dengan sebuah rencana yang tergambar pada selembar kertas.

Seiring berjalannya waktu di awal tahun 2018, kampung Kaktuan yang sebelumnya adalah bagian dari Desa Waemite mengalami pemekaran menjadi satu desa persiapan. Tentu disambut gembira oleh seluruh warganya. Sebagai persyaratan, untuk meperlancar segala urusan sebagai salah satu desa persiapan membutuhkan seorang penjabat. Penjabat inilah, sebagai kepala desa sementara untuk memperlancarkan segala urusan pemerintahan desa.

Kepala sekolahku adalah seorang Pegawai Negeri Sipil ditunjuk sebagai penjabatnya. Ia pun menjalankan tugas itu sebagai tanggung jawabnya, di samping ia sebagai seorang kepala sekolah. Tentu ia harus membagi waktu untuk dua jenis tanggung jawab yang berbeda. Beberapa kali ia terlibat dalam pertemuan. Baik dengan kepala desa induk, di kantor camat, bahkan sampai di kota kabupaten.

Namun, pernah sekali aku mendengar dari seseorang bahwa ada pembicaraan dan rencana dari beberapa tokoh adat, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda yang akan memintaku untuk menggantikan posisi penjabat kepala desa yang sekarang. Namun, aku menganggapnya hanyalah kabar angin yang tak perlu aku percayai. Namun anggapanku itu, ternyata menjadi kenyataan. Beberapa kali aku didekati oleh mereka. Aku diminta untuk menggantikan posisi kepala sekolahku untuk menjadi penjabat kepala desa. Mereka mengajak aku sekedar untuk duduk ngobrol sambil menyeruputi kopi. Sambil mereka memintaku untuk menerima tawaran tersebut. Namun, dengan halus aku menolak tawaran tersebut.

***

bersambung...

#GuruPelosok

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah keren tulisannya

31 May
Balas

Terimakasih Bunda,

31 May

Wah keren tulisannya

31 May
Balas

di tunggu kelanjutannya pak

31 May
Balas

Segera nyusul ditantangan hari berikutnya Bu,

31 May

di tunggu kelanjutannya pak

31 May
Balas

bagus Pak.. ini cerpen kan Pak? Kok di kategori kolom tulisannya...

31 May
Balas

Ini kisah nyata Bu masih ada lanjutannya. Terimakasih Bu, sudah mampir. Salam Literasi

31 May

Akankah menerima tawaran menjadi pejabat kepala desa? :D

31 May
Balas

Saya mau bergabung dengan Bahtiar & Fauzan bang,

31 May



search

New Post